Luna tidak berkutik, begitu pula Lucas dan Sadr. Semua terdiam, tidak ada yang menduga pagi ini bisa jadi sangat menegangkan melebihi ujian nasional.
"Paman," seru Luna.
"Paman Max," seru Lucas turut menimpali.
"Baiklah. Itu memang aku. Apa ada masalah?"
Sadr menyepak kaki Acrux dari bawah meja. Bagaimana bisa, Acrux bersikap seperti itu. Dia seharusnya panik atau apapun itu, sesuatu yang wajar di suasana seperti ini.
Tetapi bukan Acrux namanya, jika tidak songong. Dia malah menatap Paman Max tanpa ragu. Namun di bawah meja, ia menggenggam tangan Luna dengan kuat.
Paman Max yang melihat situasi ini malah tertawa terbahak-bahak. Sadr, Lucas, dan Luna saling melemparkan pandangan.
"Menarik." Paman Max menyeka mulutnya dengan kain sorbet. Lalu beranjak dari meja makan. Lucas pun turut mengikuti.
"Lucas?" seru Paman Max. "Ada apa? Sarapanmu belum selesai."
"Paman ingin pergi ke mana?"
Lucas bersiap siaga. Dia harus melindungi Luna. Tidak, seharusnya dia melindungi Acrux juga. Karena kalau Acrux kenapa-kenapa. Luna yang akan jadi orang pertama yang merasa kehilangan.
"Duduk dengan tenang, Lucas. Kau pikir aku ingin apa? Ya sudah." Paman Max kembali duduk di kursinya. "Virgo?"
Ya, Tuan.
"Aktifkan mode perlindungan dalam rumah ini."
Siap, Tuan Max.
Virgo sang kecerdasan buatan mengaktifkan mode perlindungan dengan segera. Semua tampilan dalam rumah berubah. Dinding-dinding lapis baja diturunkan. Sebuah parabola kecil muncul mendadak di atas atap. Semua lampu taman menyala redup. Sensor penjagaan yang semula berwarna merah berubah menjadi kuning.
"Apa yang terjadi?" tanya Sadr yang mewakili rasa penasaran semua orang.
"Rumah ini akan jadi markas militer darurat. Jejak satelit yang ada di luar bumi tidak punya akses untuk menggunakan GPS untuk melacak sampai sini. Jika ada yang memaksa ... boom!" Paman Max menggertak Sadr dengan tawa kecil.
"Kupikir Paman Max akan menangkap Acrux," seru Luna. Sinar matahari di luar sana sedang bersinar cerah. Namun, suasana dalam rumah terasa seperti di medan pertempuran.
"Bukannya kita harus menjaga, Acrux?" tanya balik Paman Max pada Luna. "Kau tidak ingin menjaganya?"
Luna tersentak. Dia tidak menyangka Paman Max akan berbuat seperti itu. Dia pikir, Paman Max adalah orang yang jahat. Dia akan jadi Paman yang sangat terobsesi untuk mendapatkan apapun yang diinginkannya.
"Virgo?" panggil Paman Max kembali.
Ya, Tuan.
"Batalkan semua pertemuanku hari ini dan beberapa hari ke depan."
Siap, Tuan.
Luna masih tidak mengerti. Berdasarkan institut dan buku harian ayahnya. Luna harus bersikap waspada pada sang Paman. Tetapi yang sekarang terjadi. Sangat berbeda dengan yang Luna pikirkan.
"Bagaimana cara kita menjaga, Acrux?" Pertanyaan Sadr segera mengalihkan atensi Luna.
"Tidak ada yang boleh keluar dari rumah," seru Paman Max. "Itu rencana pertama kita."
"Bagaimana jika mereka menyerang ke sini?" tanya Lucas.
"Kau pikir, seberapa jauh Asia Timur sampai Amerika? Apa mereka bahkan sampai satu jam kemudian dan menembak kita semua?"
Lucas terdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Paman Max.
"Rencana B," lanjut Paman Max kembali. "Kita akan kabur dari sini saat mereka mengejar."
"Kabur ke mana?" sela Sadr.
"Itu plan C," balas Paman Max. "Sekarang bersikap tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja. Orang-orang itu butuh waktu seumur hidup untuk mengelilingi seluruh benua."
Ya, Luna seharusnya mempercayai itu. Mustahil, bisa mengelilingi seluruh daratan dan benua di bumi demi menemukan Acrux. Lagipula, Acrux juga tidak akan keluar rumah. Sebab, hal tersebut akan memancing mereka untuk lebih muda melacak keberadaan Acrux.
Leo yang masih bersembunyi dalam baju Acrux memiliki pendapat lain. Hewan pengerat itu tidak bisa tenang.
.
.
.Satu, dua dan tiga hari berlalu. Sejauh ini semuanya baik-baik saja. Anak buah Paman Max telah mensuplai segala kebutuhan pokok di dalam rumah. Jadi, mereka tidak perlu khawatir kelaparan karena harus terkurung.
"Luna," sapa Sadr saat mereka tengah sibuk menyiapkan makan malam bersama Lucas. Paman Max sedang sibuk di kamarnya sejak siang dan belum keluar kamar sampai sekarang.
"Apa kita akan seperti ini terus?"
"Seharusnya." Lucas menyela dengan mengambil potongan sayur dari tangan Luna.
"Kita harus percaya pada Paman Max. Asia Timur ke Amerika itu bukan perjalanan yang pendek."
Sadr setuju dengan pendapat tersebut. Tetapi, dia gelisah dan benar-benar gelisah. Dia pun kembali duduk di dekat Acrux yang sibuk bermain bersama Leo.
Luna pun hendak mendekati Acrux. Namun, suara deru mobil dari halaman rumah. Membuat mereka mengintip. Ada beberapa mobil baja anti peluru yang terpakir. Lalu seseorang tengah berteriak dari depan pintu depan.
"Tetap di situ," seru Paman Max yang tahu-tahu sedang menuruni tangga. "Luna, ambil barang-barangmu dan Lucas. Bersiap di pintu belakang."
Lucas segera bertindak. Ia mematikan kompor. Lalu menarik Luna naik ke lantai atas. Sadr turut ikut lari bersama Luna dan Lucas. Akan tetapi, Acrux justru tetap di dapur dengan bersembunyi di balik dinding.
"Arthur?" seru Paman Max pada seorang perwira militer.
"What Happend? Everything ok?"
Arthur berusaha melirik ke balik punggung Paman Max. Seolah sedang mencari keberadaan orang lain.
"Where is him?"
"What? I don't understand."
Arthur lalu menyerahkan sebuah dokumen dengan cap TOP SECRET yang di cap dengan warna merah.
Ada foto-foto soal meteor yang jatuh, potongan artikel tentang insiden di India dan soal pembajakan dan cctv di bandara yang seharusnya telah di hapus oleh Lucas. Menunjukkan wajah Luna dan Acrux yang sedang berkelahi dengan seorang anggota Scorpion.
Paman Max tersenyum tipis. Dia tidak menduga, orang-orang ini bekerja lebih cepat. Ia lalu menyerahkan berkas tersebut kembali kepada Arthur.
"Kau tidak punya wewenang untuk membawa keponakanku." Paman Max menatap tajam ke arah pasukan militer yang seolah ingin menyerbu dan menangkap teroris di rumahnya.
"Gadis itu menyembunyikan alien di sini," geram Arthur. "Sebaiknya, kau bersikap baik, Max. Mari kira urus semua demi kepentingan masa depan umat manusia. Ada pasukan asing yang sedang menginvesi bumi."
Arthur memberi kode untuk menyerang masuk. Tetapi, Paman Max hanya mengangkat jari telunjuk ke udara. Sensor Virgo segera menangkap gerakan tersebut.
Sekonyong-konyong, terdengar ledakan dari arah halaman. Mobil-mobil militer telah ditembak hingga hancur oleh sebuah serangan dari dalam rumah Max. Pintu di depan Arthur tertutup otomatis.
"Lucas! Bawa Luna ke pulau bulan!" Paman Max berteriak cepat. Ia lalu berlari menekan tombol di dekat saklar. Lalu mendadak, dinding di ruang tamu bergerak dan menampilkan rak penuh senjata.
"Kita lari?" seru Sadr panik.
"Yah, kita menjauh ke arah halaman belakang untuk naik helikopter."
Lucas segera berlari membawa Luna lewat pintu belakang. Dari arah depan, terdengar bunyi rentetan senjata. Luna ingin tinggal menolong Paman Max. Tetapi jika dia melakukan itu, justru membuat semua rencana Paman Max menjadi berantakan.
___/_/_/___/___
Season 1 End
KAMU SEDANG MEMBACA
Garuda The Avengers ( GTA ) End
Science FictionHujan meteor jatuh di Ibukota. Itu bukan hanya sekedar hujan meteor biasa. Mereka membawa sesuatu. Seorang makhluk yang memperkenalkan dirinya sebagai Acrux A. Seorang makhluk luar angkasa dari planet bernama Argian. Datang meminta perlindungan pad...