Chapter 29

92 28 13
                                    

Luna seketika itu pingsan saat kepalanya membentur lantai. Teriakan kepanikan menjadi melodi yang memenuhi jalur transit keberangkatan.

Orang-orang berhamburan keluar dengan panik mencoba menyelamatkan diri. Sang wanita yang tercengang oleh serangan balik dari Acrux, menoleh menatap Acrux tidak percaya. Seolah tidak menyangka, akan ada serangan penangkis.

Acrux yang sadar telah memakai kekuatannya pun terpaksa, berlari dan menerjang sang wanita dan menindihnya di atas ubin lantai keramik bandara.

"Kau ... siapa?!"

Orang-orang yang semula berjaga dari kejauhan atas perintah Lucas. Mendekat dengan pistol tipe Glock 17 yang mampu membawa tujuh belas butir amunisi sembilan milimeter. Lalu mengarahkan moncong Glock 17 ke arah Acrux dan sang penembak.

"Kau yang di atas sana! Cepat menghindar!" Seseorang berseru  dari lingkaran. Lucas yang sedang memapah Luna di punggung mendekat dengan pelipis berdarah.

"Libra?" lirih Lucas. "Menjauh darinya, Bung. Mereka berbahaya."

Acrux tidak mempedulikan seruan Lucas. Ia pun semakin menindih salah satu anggota Libra yang terkenal paling memburu pewaris moon industry.

"Manusia aneh!"

Sekonyong-konyong. Sebuah belati di tusukkan dari pinggul sebelah kanan Acrux.  Cairan berkoloid biru mendadak merembes keluar. Acrux pun kehilangan keseimbangan.

Menyadari hal tersebut, salah seorang pasukan pelindung Luna mengeluarkan tembakan ke arah anggota Libra yang masih ingin melukai Acrux. Bahu wanita itu pun tertembak.

Tidak tinggal diam, ia meraih sesuatu dari balik punggungnya. Lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara.

Bunyi ledakan kembali terjadi entah dari mana. Peralihan tersebut, membuat sang anggota berhasil menyelamatkan diri saat semua orang memejamkan mata. Anggota keamanan bandara yang mendengar kericuhan tersebut sudah mulai berdatangan.

Lucas yang terhenyak melihat darah biru Acrux di lantai, segera meminta Toriq untuk menggontong pria Argian tersebut sebelum orang lain menyadari apa yang terjadi.

Para keamanan yang masih ingin menahan mereka untuk dimintai keterangan pun dihadang oleh anggota Lucas yang lain.

Dan kasus pun mulai tersebar di seluruh platform media sosial.

.
.
.

Luna yang terbaring dalam penerbangan menuju Amerika pun tersadar setelah beberapa jam lepas landas. Ruangan kabin bagian kelas bisnis tersebut, dipenuhi oleh setidaknya tiga orang pengawal terlatih pilihan Lucas di beberapa bangku penumpang.

"Lucas," lirih Luna. Suasana kabin kelas bisnis yang sepi, membuat Luna tersadar, mereka sudah meninggalkan Jakarta bahkan ketika penyerangan terjadi.

"Di mana Acrux?"

"Kau seharusnya bertanya tentang keadaanmu."

"Di mana dia?!" Luna mempertajam suaranya. Geram dengan sikap Lucas yang tetap menuruti perintah Paman Max.

"Kalau kujawab dia ditinggalkan?" pancing Lucas.

"Aku tidak memaafkanmu, Bang."

Satu kata magis, satu kata yang membuat Lucas merasa hidupnya tidak sia-sia.

"Aku hanya bertindak sebagai kakak yang baik. Dia sedang dirawat di kursi belakang. Temanmu itu terluka."

Luna yang ingin bergerak menjenguk Acrux pun segera dicegah oleh Lucas.

"Dia memiliki darah biru, Luna. Dia juga bisa mengeluarkan cahaya biru seperti petir dari tubuhnya."

Raut wajah Lucas mendadak menjadi serius.

"Apa yang terjadi padanya, Luna? Apa dia seorang mutan? Tidak ada manusia yang memiliki sel darah biru."

"Alien," balas Luna pendek. Lalu melirik ke sekitar pengawal pribadinya. Lucas paham maksud gerakan mata Luna. Lalu memerintahkan ketiga anak buahnya bergerak pergi.

"Luna, aku serius." Lucas menatap Luna lamat-lamat.

"Dia yang membuat hujan meteor tersebut," ungkap Luna. "Dia jatuh bersama meteor-meteor itu. Aku tidak berbohong."

Lucas, dia mencoba meresapi semua penjelasan Luna. Berdiri terdiam sambil menatap bentuk lekuk wajah Luna. Mencari-cari sesuatu yang mungkin saja itu sebuah kebohongan.

"India?" seru Lucas. "Kau tidak pernah berjalan-jalan ke luar kota. Tapi kau tahu-tahu mengajak teman-temanmu liburan ke luar negeri. Apa yang kalian lakukan di India?"

Luna menghela napas berat. Lucas pun sekonyong-konyong meraih dan menggengam tangan Luna.

"Orang-orang itu masih mengicarmu, Luna. Kau harus ingat, setelah kejadian di Las Vegas. Mereka tidak akan melupakanmu."

Luna, yang benci diingatkan oleh trauma masa lalu. Seketika saja berteriak histeris. Bayangan kematian ayah dan ibunya membuatnya kembali syok.

Lucas yang sadar telah melakukan kesalahan, langsung menarik Luna dan mendekapnya dengan erat.

"Maaf, Luna. Maaf."

Luna meraung-raung histeris. Acrux yang semula tertidur di kabin belakang pun terbangun. Ia membuka mata karena terkejut. Tetapi ia lebih terkejut melihat pergelangan tangannya diborgol di lengan kursi penumpang.

"Apa-apaan ini?!" Ia mengamuk dan melemparkan tatapan kekesalan pada Toriq dan anggotanya.

"Mutan, tenanglah. Kita sedang dalam penerbangan kormesial," seru Toriq. Lalu ia meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

"Kau, tidak memiliki sel darah merah?" tanya Torik. Ia teringat bagaimana mereka dengan cepat melakukan pertolongan pertama di laboratorium dan segera membawa Acrux mengikuti penerbangan menuju Amerika bersama Luna.

Tentu, para ilmuwan yang bekerja di laboratorium kapal. Tidak akan mensia-siakan sampel darah biru milik Acrux.

"Aku pangeran," ungkap Acrux dengan bangga. "Bedebah sialan! Lepaskan ini atau kau mau aku menghancurkan pesawat ini dan wajahmu, huh?"

Acrux masih ingat dengan jelas suara Toriq yang memintanya melepaskan si wanita Libra. Dia tersenyum menantang.

"Tanpa perintah Lucas. Aku tidak bisa."

"Jika perintah Luna?" sergah Acrux dengan sebuah seringai.

Toriq terdiam. Desas-desus Nona Muda mereka menjalin kasih dengan pria berambut perak menjadikan Acrux masuk dalam prioritas mereka menjaganya juga setelah Luna.

"Jika Nona Luna memerintahkannya."

"Kau dengar itu, Luna? Aku ingin kau menyuruh pasukanmu ini melepaskanku."

Toriq berbalik, terkejut karena pandangan Acrux mengarah ke belakangnya.

Di baliknya, ada Lucas dan Luna. Ia agak terhenyak mendapati tangan Luna dan Lucas saling bergandengan menjadi satu.

Sejujurnya, Acrux pun mendelikkan mata melihat pemandangan seperti itu.

"Lepaskan dia," titah Lucas. Toriq menurut, walau ia agak loading sedikit karena gagal fokus.

Setelah borgol Acrux terlepas. Ia mendatangi Luna. Lalu menatap wajah penjaganya itu lekat-lekat. Kemudian meletakkan satu tangannya di atas kepala Luna.

"Syukurlah, kau baik-baik saja."

Toriq yang melihat pemandangan tak lazim ini menjadi risih. Satu wanita, dengan tangan yang digenggam pria lain. Dan satu pria lain yang sedang menaruh tangannya di pucuk kepala si wanita.

"Thoriq," bisik salah seorang rekan kerjanya. "Sebaiknya kita pergi. Walau Lucas mengatakan Nona Muda adalah adik tirinya. Tapi, matanya berkata lain."

Toriq mengganguk setuju. Lalu balas berbisik.

"Berani taruhan. Lucas yang akan jadi Sad boys."

"Setuju," balas si rekan.

__/_/_/_____
Tbc

Garuda The Avengers ( GTA ) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang