Langit memasuki Rumah nya dengan perlahan, mengembalikan sepatu serta helm yang baru saja ia kenakan kembali ke tempatnya. Langit melangkah lunglai begitu saja melewati Mas Juna dan Kak Biru yang tengah berbincang dengan sang Bunda. Mas Juna menatap Langit bingung saat Langit melewati mereka begitu saja tanpa menyapa."Langit dimana sop-"
Brukk
"LANGIT!" Ayesha menjerit panik saat Langit pingsan tepat setelah ia akan naik ke anak tangga pertama dimana Langit tergeletak tiba-tiba diatas dinginnya Lantai. Ayesha menghampiri tubuh si bungsu dengan cepat mengusap darah yang mengalir dari hidung Langit tanpa merasa jijik, lengan panjang sang Bunda telah kotor dengan darah setelah Ayesha mengusap darah itu dengan pakaiannya.
"Juna, Biru angkat Langit ke kamarnya" ucap Sang Bunda cepat saat Biru dan juna menghampiri si Bungsu. kedua kakak nya itu mengangguk dan segera membawa Langit masuk ke kamarnya sendiri lalu menidurkan anak itu ke atas kasur dengan perlahan.
"Bunda biar kakak bantu periksa Langit" ucap Biru pada sang Bunda, mengingat profesi nya yang juga seorang Dokter.
"Tidak perlu, Langit hanya kelelahan kalian keluar saja biar Bunda temani Langit" ucap Ayesha mendorong kedua putranya dengan perlahan untuk keluar kamar.
"Biru tolong urus makan malam hari ini ya, Bunda disini dulu" ucap sang Bunda lagi dengan lemah, mendengar nada sang Bunda yang lemas membuat Biru mengangguk kaku. Setelahnya hanya pintu tertutup saja yang Juna dan Biru lihat membuat kedua netranya bertemu satu sama lain dengan pikiran yang berkelana di pikiran masing-masing.
Sesuai permintaan sang Bunda Biru segera menyiapkan makan malam dibantu dengan Mas Juna yang membantu sang adik. Satu per satu anggota keluarga Pak Hadi mulai berkumpul di Ruang tengah kecuali Saka dan Raja yang sibuk dengan tugas kuliahnya serta Raja yang belum pulang dari latihan basket . Dengan kaos kedodoran serta kedua lengan kaos yang di lipat sampai pundak, Mas Esa sontak duduk di kursi meja makan dengan satu kaki yang ia tekuk untuk menompang lengannya sambil meraih setoples kerupuk udang di meja makan.
"Kak, Kerupuk udangnya habis nanti goreng lagi ya" ucap Mas Esa yang memperhatikan kerupuk kesayangannya tinggal tiga keping dan hanya tersisa rempahannya saja.
"Masak sendiri sa, kasian kakak kamu habis kerja langsung masak semua makanan untuk tujuh orang"
"Nggak, nanti berantakan tau sendiri Esa gabisa masak" ucap Biru cepat setelah mendengar perkataan Mas Juna, tak ingin wilayah kekuasaannya berantakan hanya karna ulah si galak dari keluarga Pak Hadi.
"Raja Pulang" suara Raja menggema dari pintu dengan pakaian basket yang masih melekat di tubuh Raja, ketiga kakak nya yang berada di meja makan sontak menoleh ke arah pintu.
"Mandi sana bau kamu sampe sini" ucap Mas Esa sambil menutup hidung nya seolah merasa bau karna kehadiran Raja membuat anak itu sontak melempar bola basketnya pada Esa dengan kesal. Dengan cepat Esa menangkap lemparan bola dari sang adik.
"Bunda kemana tumben nggak di dapur kan udah jam makan malem" ucap Raja yang bingung ketika netranya tak menemukan keberadaan sang Bunda di Meja Makan maupun di ruang keluarga.
"Bunda di kamar Langit dari tadi , Langit sakit" ucap Mas Juna menjawab pertanyaan Raja.
"Ck Langit lagi Langit lagi giliran Raja yang sakit cuma di diemin di kamar ga pernah tuh sama sekali di temenin Bunda sampe selama itu" Decak Raja kesal sambil terus berjalan menuju kamarnya meninggalkan ketiga kakaknya yang mendengar keluhan kesal dari Raja.
"Lanjut masak biar Raja Esa yang urus" ucap Esa yang beranjak pergi dari meja makan dan naik ke Lantai atas, bukan kamar Raja yang Esa masuki melainkan kamar si bungsu, Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...