𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 | 24 |

9.5K 1.6K 48
                                    

Langit dan Aksara berjalan dengan langkah cepat menyusuri koridor rumah sakit, gelapnya malam yang cukup dingin cukup membuat firasat keduanya cukup menambah kesan yang buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit dan Aksara berjalan dengan langkah cepat menyusuri koridor rumah sakit, gelapnya malam yang cukup dingin cukup membuat firasat keduanya cukup menambah kesan yang buruk. Mingyu terlihat khawatir dengan sikap Langit yang berlarian sejak tadi, Langit sudah seharian bekerja dibawah teriknya panas.

Langit membuka ruang inap yang ditinggali Embun dengan segera, namun hal yang mengejutkan terjadi. Tak ada seorang pun di dalam sana, disana hanya terdapat sebuah kamar inap kosong yang belum di tempati sama sekali.Hal itu sontak membuat Aksara berlari menuju meja administrasi rumah sakit untuk tau keberadaan Embun saat ini kemana.

"Maaf permisi, pasien di kamar mawar 12 dimana ya?" tanya Aksara pada sang petugas, dengan cepat sang petugas segera mencari data dari kmputer di hadapanya.

"Maaf mas pasien sudah di pindahkan ke luar kota karna kondisi nya memburuk jadi rumah sakit telah memindahkan pasien ke rumah sakit di Jakarta pagi tadi"

Deg

Aksara dan Langit terdiam setelah mendengar informasi yang mereka dapatkan dari sang petugas rumah sakit.

"Langit ayo pulang, bapak udah khawatir" Mingyu berucap pada Langit sambil menunjukkan posel miliknya yang menayangkan isi pesan dari Pak Rafa. Dengan langkah lunglai Langit membalikkan badannya menyusul Mingyu yang berada tak jauh dari mereka, sedangkan Aksara hanya terpaku diam di kursi tunggu Rumah sakit. Ia masih tak bisa mencerna kepergian Embun dari sana dengan tiba-tiba, baru kemarin ia berjumpa dengan gadis itu menikmati seharian waktu dengan menonton film dan kini Embun pergi begitu saja?

Aksara hanya bisa diam di lorong rumah sakit sedirian.

°°°°°

Brakk

Langit menempelkan tubuhnya di dinding saat merasakan rasa pusing yang begitu hebat kembali menghampirinya,

"Langit? lo baik?" Mingyu bertanya pada Langit yang masih memegangi kepalanya dengan bertumpu pada dinding putih di samping nya.

Tes

darah segar menetes dari hidung Langit dan beberapa detik setelahnya tubuh Langit ambruk dengan begitu saja membuat Mingyu langsung meminta bantuan sang Ayah untuk membantu Langit dipindahkan ke kamar.

"Kenapa Langit bisa kecapean gini?" Pak Rafa bertanya pada Mingyu yang tengah berdiri di sisi ranjang, karna ia yang banyak menghabiskan waktu di rumah sakit ia tak bisa memantau Langit secara langsung.

Mingyu diam, ia telah berjanji pada Langit untuk tidak mengatakan yang sebenar pada sang ayah.

"Mingyu ndak tau pak"

"Yaudah kamu juga istirahat ini udah larut bapak bakal tambahin dosis obat-obatan Langit" ucap Pak Rafa sambil menepuk bahu anak tunggal nya itu dengan perlahan. Mingyu mengangguk lalu segera tidur di samping Langit meski banyak pikiran berkecamuk dalam dinya bingungakan keputusan yang baru saja ia ambil.

LANGIT DAN SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang