"MAS ESA!!"
Teriakan Langit dari arah kamar membuat Esa yang tengah asik memakan kerupuk udang kesukaannya terlonjak kaget dan segera menyusul ke arah sumber suara Langit. Pagi itu timbul kepanikan dalam rumah sederhana Pak Hadi pasalnya hampir semua anggota keluarga pak Hadi hadir kecuali Saka mendengar teriakan Langit, apalagi reaksi Esa yang panik membuat mereka mengikuti Esa menyusul ke kamar Langit.
" Jangan ada yang masuk " suara tegas dan dingin Esa terdengar begitu mengerikan membuat saudara-saudara nya yang telah berada di depan pintu kamar Langit terdiam.
" Balik makan pagi aja, Langit gapapa" ucap Esa sebelum ia menutup pintu lalu mengunci kamar Langit, Setelah selesai mengurusi pintu kamar, Esa segera menghampiri Langit yang tengah meringkuk ketakutan di atas lantai membuat Esa benar-benar panik setengah mati.
Esa membelalakkan matanya tak percaya ketika rambut Langit yang tercecer di lantai dengan begitu banyak.
"Mas, Langit takut"
"Rambut Langit ilang mas"
Grepp
Esa memeluk Langit dengan begitu erat, mencoba menenangkan Langit yang ketakutan sambil memegangi kepalanya.
"Gada yang perlu kamu takutin Langit, besok bakal tumbuh yang baru okey, semuanya bakal baik-baik aja" ucap Esa yang terus mengusap bahu Langit dengan perlahan, bahkan sesekali Esa mengusap surai rambut Langit yang terlihat menipis.
"Sekarang kamu istirahat, Mas siapin obat kamu dulu" lanjut Esa yang mencoba membantu Langit berdiri dengan perlahan lalu membawanya ke tempat tidur dan menyelimuti adiknya itu dengan perlahan.
"Jangan kemana-mana, nanti mas minta Bunda bikinin surat ijin"
Langit mengangguk lemah, Esa lalu keluar dari kamar Langit dan segera turun menghampiri sang bunda yang sedang berada di dapur bersama kak Biru. Semua mata tertuju pada Esa yang menuntut penjelasan dari nya.
"Bun tolong buatin surat buat Langit ya, dia ga masuk hari ini" ucap Esa pada sang ibu, Ayesha mengangguk tanpa bertanya sedikitpun. Esa lalu mengambil nampan dan menyiapkan makan pagi untuk Langit bahkan Esa tak segan untuk menyiapkan pisang dan apel yang di potong dengan rapi untuk nya.
"Wih Mas Esa lagi siapin makanan buat si pangeran ni" Raja berucap dengan nada sinis saat melihat kakak nya begitu telaten merawat Langit.
"Diem Ja" Esa hanya menjawab sindiran Raja dengan singkat karna untuk saat ini ia tak ingin berdebat sedikitpun pasal Langit.
"Langit kenapa sa?" kini Mas Juna yang sejak tadi mengawasi perdebatan itu sontak bertanya tentang apa yang terjadi dengan Langit,
"Cuma sa"
"Halah palingan juga cuma caper mas"
"RAJA!" Ayesha membentak Raja cukup keras saat Raja yang terus memancing kericuhan antar saudaranya sendiri telah berhasil membuat sang Bunda geram akan tingkah putra kelima nya itu. Raja yang mendengar bentakan dari sang Bunda hanya diam mematung tak percaya, ini kali pertamanya ia mendengar bentakan dari sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...