Ditemani rasa lelah yang begitu melekat dalam tubuh, Mingyu dan Langit kini tengah asyik menghitung uang yang mereka dapatkan hari ini. Mingyu yang tengah menghitung uang diatas meja belajar sedangkan Langit berada diatas ranjang tengah menghitung recehan dengan menumpuknya hingga total nya mencapai sepuluh ribu rupiah,
"Satu dua tiga , satu dua tiga empat lima, dua ratus" Langit berucap lirih menghitung penghasilan nya menjadi badut jalanan haribi ini.
"Aku dapet tiga puluh lima ribu dua ratus" Ucap Langit lagi pada Mingyu, Mingyu yang juga baru saja menghitung uang nya pun segera berdiri mengambil sebuah kotak sepatu yang ada diatas lemarinya, Mingyu meniup kotak tersebut yang penuh degan debu halus.
"Nah masukin disini terus simpen" ucap Mingyu yang memberikan kotak itu pada Langit untuk disimpan agar tak di curigai oleh sang ayah.
Langit mengangguk lalu memasukkan semua uang nya ke dalam sana, sebuah suara percikan koin yang beradu terdengar cukup lama .
"Mingyu kamu tau kenapa aku pilih kostum Naruto?"
"Enggak, apa?"
"Karna Naruto itu perjuangan nya buat mendapatkan gelar seorang hokage itu penuh dengan tantangan yang tidak masuk akal untuk di lalui, tapi dengan perjuangan serta tekad kerja kerasnya Naruto bisa meraih mimpinya meski disaat teman-temannya sudah berada di pangkat tinggi ia masih menjadi sesosok genin, dari itu aku selalu mengagumi sosok naruto dan berharap aku bisa menjadi seperti dirinya dimana aku bisa membahagiakan orang-orang di sekitar ku"
"Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, Naruto pernah main bola dengan bayangannya sendiri, dia pernah makan ramen dan bermain kartu dengan bayangan nya sendiri yang berarti ia cukup kesepian, Lo kesepian?" tanya Mingyu pada Langit saat keduanya membahas sosok Naruto yang melengendaris itu. Langit hanya tersenyum lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya dan tidur, setelah mengetahui Langit masuk ke kamar mandi Mingyu lalu mengambil kotak sepatu yang Langit sembunyikan di bawah ranjang dan memasukkan uang penghasilan nya dari menjadi badut siang tadi ke dalam kotak uang milik Langit. Meski tak seberapa, setidaknya Mingyu ikut membantu Langit dengan hasil keringat nya sendiri.
Setelahnya Mingyu kembali duduk di kursi meja belajarnya guna belajar untuk besok ke sekolah.
°°°°°
Titik 0 KM kota yogyakarta, sebuah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta, dan juga sebuah tempat yang memiliki puluhan kenangan mantan sepasang kekasih antara Rai dan Langit. Keduanya sering menghabiskan waktu saat sore bahkan hingga malam menikmati malam dan makanan yang terjual disana,
"Sayang ini aku beliin kamu minuman" seorang pria memberikan sebuah minuman botol pada sang kekasih yang tengah duduk dengan tenang, menikmati sebuah gedung BNI yang cukup tua dan terlihat menonjol.
"Raja?"
"Ya"
"Langit udah ketemu?" tanya Rai pada Raja yang menatapnya dengan lembut, hembusan nafas kasar terdengar dari Raja meski seutas senyuman masih tetap terjaga disana. Emosi Raja sering kali meluap saat Rai yang kini menjadi kekasihnya sering mempedulikan Langit, toh ini semua juga sepenuhnya bukan salahnya. Raja sama sekali tak tau jika Rai dan Langit adalah sepasang kekasih bahkan waktu dekat mereka cukup lama, tapi Raja benar-benar tak tau itu dan saat Raja mendekati Rai dengan alasan organisasi sekolah mereka benar-benar cukup dekat higga akhirnya Raja memberanikan diri untuk mengajak Rai untuk berkencan dan Rai menerima Raja begitu saja.
Keraguan Raja pada Rai bermula saat Rai mengajak Raja ke sebuah rumah pohon dekat danau, Awalnya tak ada yang aneh dan keduanya juga menikmati semilir angin dengan banyak camilan yang ada disana. Waktu menunjukkan sore hari dan Raja harus segera pulang tapi Rai meminta dirinya meninggalkan nya disana saja dan akan pulang dengan ojek. Awalnya Raja menolak meninggalkan Rai disana sendirian tapi karna paksaan dari Rai akhirnya Raja pergi terlebih dahulu. Dalam setengah perjalanan Raja menyadari jika sebuah sapu tangan merah kesayangannya tertinggal disana, sebuah sapu tangan miliknya dari kecil.
Tanpa pikir panjang Raja melajukan kemudi motornya untuk kembali ke rumah pohon, disana ia menemukkan Rai tengah berboncengan dengan seseorang dengan sebuah vespa merah. Karna Raja yang ada di belakang, ia tak menyadari jika itu adalah Langit dan berfikir jika itu adalah ojek yang Rai katakan tadi. Raja mengabaikan itu dan memilih untuk segera naik mengambil saputangan yang telah terlipat rapi diatas meja serta rumah pohon yang telah rapi dari bungkus snack yang mereka seraki tadi.
Dan yang membuat Raja ragu adalah lipatan sapu tangan itu, sebuah bentuk lipatan yang sangat Raja kenali. Lipatan tangan khas dari Langit,
"Aku minta maaf nggak bisa jawab itu, karna aku udah bilang sebelumnya Rai aku tidak mau membahas masalah keluarga aku pada orang lain" ucap Raja denga nada lembut, ia terlalu mencintai Rai hingga akhirnya ia lebih memilih melupakan masa lalu Rai meski ia sadar jika Rai masih terdiam dan belum beranjak dari masa lalunya.
Rai hanya mengangguk paham dan memilih untuk menikmati ramainya jalanan mengenang kenangannya dengan Langit di bangku yang sama, katakanlah jika gadis itu sangat jahat dan egois tapi memang itulah kenyataannya. Ia tak bisa melepaskan antara Raja atau Langit meski pikirannya lebih mendominasi Langit dari pada Raja.
"Tenang aja Rai, aku bakal sabar dan kalo misal kamu belum sepenuhnya cinta sama aku maka aku yang akan buat kamu cinta sama aku sepenuhnya, supaya kamu bisa terbiasa tanpa Langit meski mustahil"
______________________________________𝚂𝚒𝚗𝚌𝚎®𝙰𝚐𝚝 𝟸𝟶𝟸𝟶
More Info
𝐢𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 @𝐡𝐚𝐝𝐞𝐬𝐩𝐞𝐫𝐬𝐞𝐟𝐨𝐫𝐢𝐚
_____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...