𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 | 28 |

8.8K 1.5K 79
                                    

Kejadian yang baru saja terjadi seminggu yang lalu atas kisruhnya Langit yang hilang berhasil membuat sang ibu yang memiliki fisik lemah kini hanya bisa terbaring di atas tempat tidur, Saka dan Mas Esa secara bergantian merawat sang ibu mulai dari membasuh kulit sang ibu sampai menyuapi dan memberikan obat pada Ayesha.

"Bunda ayo makan dulu, Saka buatin bubur buat Bunda" Saka masuk ke kamar sang Bunda dengan semangkuk bubur yang baru saja ia masak khusus untuk sang Ibu. Baju Korsa dari organisasi BEM kampus masih ia kenakan yang mengartikan jika Saka langsung pergi ke dapur sehabis pulang dari kuliah tanpa beristirahat.

Saka meletakkan terlebih dahulu makanan yang ia bawa di atas meja sebelum ia membantu sang Ibu untuk duduk bersandar dengan dashboard kasur.

"Saka buatin bubur buat Bunda, aaa" Saka berucap sambil menyuapkan sesendok bubur buatan nya pada sang Bunda, Ayesha memalingkan wajah nya dari suapan Saka menolak untuk makan. Wajah pucat dan lesu dari sang Ibu membuat Saka benar-benar tak tahan dengan kondisi nya,

"Bunda, Bunda makan ya biar Saka bisa cepet-cepet langsung cari Langit" Lanjut Saka pada sang Bunda dengan nada lirih, Saka benar-benar takut saat sang Bunda dalam kondisi seperti ini. Rasa trauma nya kehilangan sang Ayah membuat Saka memiliki spekulasi pikiran yang buruk.

Ayesha menatap putra nya,

"Kamu mau cari Langit?"

"Iya bun, makanya Bunda makan yang banyak ya biar Saka makin semangat cari Langit nya" balas Saka sambil tersenyum saat sang Bunda mulai menerima suapan makanan yang ia berikan, Saka mengusap jejak bubur dari bibir sang bunda dengan lengan pakaian nya,

"Bunda harus cepet sehat supaya Hati Saka juga sehat" Lanjut Saka pelan,

"Raja dimana? Raja masih marah sama Bunda?" Pertanyaan itu kembali dengan tatapan kosong sang Bunda, padahal baru pagi tadi Sang Bunda menanyakan perihal Raja ia kembali menanyakan lagi . Masa ini adalah masa yang lebih parah dari pada hari setelah sang Ayah tiada, saat itu sang Bunda lebih memilih menemani anak-anak nya dari pada menghabiskan waktu untuk bersedih. Tapi kali ini berbeda, sang Bunda benar benar berbeda dari biasanya . Tak ada yang mengoceh tiap pagi untuk bisa bangun, tak ada teriakan sang Bunda yang meminta anak nya untuk menghidupkan saluran air agar bisa menyirami tanaman-tanaman kesayangan nya, tak ada makan pagi ataupun malam bersama.

Keluarga itu seakan senyap dan sepi, anggota satu sama lain tak ada yang saling bertegur sapa untuk bersantai seperti biasa. Raja, anak itu semakin banyak menghabiskan waktu nya di luar rumah dari pada di rumah, kekecewaan yang masih mendominasi hati nya tak bisa ia toleransi dengan keadaan rumah yang terjadi.

"Raja sekarang lagi belajar mungkin bun, kan dia udah kelas tiga" balas Saka menanggapi pertanyaan sang Ibu agar sang Ibu bisa tenang meski sesaat.

Semangkok bubur habis dalam diam, Saka lalu membantu sang Ibu untuk minum obat agar sang Bunda bisa kembali beristirahat dan pergi mencari Langit.

Percayalah, Saka sangat menyayangi adik bungsu nya itu, persetan dengan saudara kandung atau bukan.

Setelah memastikan jika sang Bunda telah tertidur Saka lalu pergi lagi tanpa beristirahat untuk mencari Langit, jalanan demi jalanan ia susuri dengan motor berwarna merah milik almarhum sang ayah. Hingga akhirnya Saka pergi ke sekolah Langit dulu untuk mencari tahu keberadaan Langit.

"Warung bu memed"

Dengan bantuan rumor yang tersebar tentang adik nya yang katanya sering pergi bersama Aksara , Saka berhasil sampai di depan sebuah warung soto di dalam nya. Dengan cepat Saka mengeluarkan foto Langit guna sebagai petunjuk.

"Permisi buk" Saka berucap dengan sopan pada seorang ibu-ibu yang tengah membersihkan sebuah meja makan.

"Iya ada apa nak?"

LANGIT DAN SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang