Kriettt
Suara pintu yang terbuka membuat Langit secara reflek menoleh ke belakang mendapati sesosok gadis berambut sedikit memanjang memasuki kamar nya, Rai menatap sekeliling kamar Langit dengan ragu,
"Rai, jangan masuk" cegah Langit pada Rai yang mencoba memasuki kamar nya lebih dalam,
"Langit"
"Keluar Rai, Kak Raja bakal mikir aneh-aneh kalo kamu disini" balas Langit dengan cepat membuat Rai menggeleng pelan semakin menghampiri Langit, Dengan cepat Langit menghampiri Rai dan menahan tubuh gadis itu untuk tidak masuk. Langit lalu mendorong secara perlahan Rai untuk keluar dari kamarnya, meski setitik genangan air mata Langit sadari pada Rai ia tetap tak bisa membuat kesalahn.
"Langit aku mohon" lirihan yang begitu menyesakkan bagi Langit terdengar begitu memilukan namun dengan cepat Langit beranjak memasuki kamar nya lagi.
Grepp
sebuah pelukan Langit terima dari punggung lebar nya,
"Aku kurang baik ya sampe kamu pergi dari aku dan memilih sama orang lain? sebenernya aku bukan hanya kehilangan kamu tapi aku juga kehilangan tempat bercerita, seorang pendengar, tempat bersandar, bahkan aku merasa bahwa kehilangan mu itu membuatku merasa kehilangan separuh dari diriku sendiri"
"Tiga tahun Rai, tiga tahun aku bareng sama kamu jalanin semuanya dengan baik tapi sekarang? seakan semua yang kita jalanin sia-sia sampe sini tapi yasudah lah aku udah gagal bersaing sama pilihan kamu saat ini, lagi pula perpisahan juga bagian dari sebuah kasih sayang katanya si hhe yaudah lagian dari pada trpaksa mendingan ga usah" lanjut Langit dengan sebuah tawa singkat di akhir kalimatnya. Langit lalu melepas pelukan Rai dengan perlahan dan meninggalkan gadis itu dan masuk kembali ke kamarnya.
Isakan tangis Rai semakin menyesakkan saat tangannya di hempas oleh orang yang dulu memperlakukannya dengan sangat lembut.
Sesosok pria yang mendengar apa yang Langit serta Rai katakan sejak tadi membuatnya berfikir panjang lalu kembali turun dari tangga lalu menghampiri saudaranya yang lain di ruang tengah.
"Mas Saka mau ke kos an dulu ngambil buku tugas" suara Mas Saka terdengar sambil membawa sebuah jaket hitam dari kamar Raja.
Bugh Bugh
Saka menyibakkan jekat miliknya yang terlihat berdebu karna di pinjam oleh Raja beberapa bulan lalu,
Tak
Tak
tujuh botol kecil menggelinding di lantai dari jaket yang Saka sibakkan barusaja menyita perhatian kedua kakak nya. Terutama Mas Esa yang menatap tajam obat-obatan itu, dengan cepat Esa memungut salah satu botol obat yang menggelinding mendekati dirinya utuk memastikan obat apa yang ada disana.
"Dari mana kamu dapat ini Saka?" tanya Esa degan tegas menatap adik nya yang juga menatap botol-botol obat di bawah kaki nya.
"Dari jaket yang di pinjem Raja"
"RAJA!" Teriakan yang begitu menggema seisi rumah membuat semuanya menegang, kemarahan Mas Esa yang tiba-tiba memuncak membuat mereka hanya diam Dengan cepat Mas Esa menyusuri sudut rumah mencari sesosok adiknya yang entah kemana. Tak peduli jika Rai masih disana atau tidak.
Satu persatu kamar serta ruangan Esa jelajahi namun tak menemukan Raja disana, hingga akhirnya Esa berhenti di depan kamar Langit. Esa menurunkan knop pintu kamar Langit dengan perlahan lalu menyalakan kamar Langit yang selalu gelap.
Bugh
Sebuah pukulan Esa layangkan pada Raja yang tengah memukul Langit habis-habisan, Sontak saja Saka yang mendengar keributan di atas menghampiri Esa yang masih terus memukuli Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...