𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 | 5 |

14.3K 2K 85
                                    

"Langit pandu maheswara , jl Veteran silahkan masuk ke ruangan" suara yang menggema lewat speaker membuat Mas Esa yang sejak tadi memainkan TTS yang ia ambil dari rak baca Rumah sakit segera meminta Langit untuk masuk ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Langit pandu maheswara , jl Veteran silahkan masuk ke ruangan" suara yang menggema lewat speaker membuat Mas Esa yang sejak tadi memainkan TTS yang ia ambil dari rak baca Rumah sakit segera meminta Langit untuk masuk ruangan.

"Mas Esa disini saja, Langit udah gede malu kalo ditemenin masuk nanti di ketawain dr Naresh lagi kaya kemarin sama Bunda" ucap Langit pelan pada Mas Esa yang beranjak berdiri ingin menemani Langit untuk masuk meski sebenarnya bukan itu alasan utama Langit meminta Mas Esa membiarkannya masuk sendiri.

"Yaudah nanti langsung cerita sama Mas kenapa, biar bisa jelasin ke Bunda" balas Mas Esa yang kembali duduk ke bangku Rumah sakit yang memanjang dengan lubang di beberapa tempatnya.

Langit mengangguk sebelum dirinya benar-benar memasuki ruangan sang Dokter, Langit tersenyum menatap figura yang mendapati dirinya yang sedang berfoto dengan dr Naresh saat berumur delapan tahun, sekarang mengertikan seberapa dekat seorang Langit dengan dr dihadapannya.

"Jangan terus-terusan skip pertemuan seenak jidat kamu Langit" belum lima langkah Langit memasuki ruangan sang Dokter, Langit langsung kena semprot omelan dari Dokter duda di hadapannya ini.

"Yaudah Langit pulang saja kalo sampe sini di marahin lagi" balas Langit dengan nada kesal segera membalikkan dirinya kembali ke arah pintu.

"Eh eh eh sini duduk enak aja kamu" ucap Dokter Naresh pada Langit membuat Langit tersenyum kecil, Sebelum mengobrol banyak dengan Langit, dr. Naresh segera menimbang berat badan dan tekanan darah tinggi Langit.

"Keluhan dua bulan terakhir kamu gimana?" tanya dr. Naresh yang siap menulis semua kalimat yang akan di ucapkan Langit dengan pena dan buku riwayat pasien di hadapannya.

"Masih seperti biasa tidak ada yang berubah" balas Langit jujur.

"Kapan terakhir kali Pingsan?" tanya nya lagi.

"Semalam"

"Mimisan?"

"Dua hari yang lalu"

"Tubuh masih membiru?"

"Tentu saja"

"Sering muntah darah atau pendarahan saat buang air besar?"

"Masih, tapi Tidak sesering dulu lagi"

"Lepas kemeja mu!"

"Ha?!?" Langit berujar dengan kaget saat dr Naresh memintanya melepas kemeja hitam yang ia kenakan setelah sesi jawab cepat yang mereka lakukan baru saja.

"Saya mau liat seberapa banyak tubuh kamu yang membiru" ucap dr Naresh dengan mendecak kesal bibirnya.

Langit diam enggan memberi tahukan tubuhnya yang pasti memang membiru, ia hanya tak mau dr Naresh berbicara yang tidak-tidak pada bundanya.

"Cepat atau aku akan menelfon Rainey dan memberitahukan semuanya" ancam dr Naresh yang siap membuka lock screen ponselnya di hadapan Langit.

"Baik-baik dokter jadi turunkan ponsel mu sekarang" balas Langit sambil memutar bola matanya malas, tangan kanan nya meminta dr Naresh menurunkan ponselnya sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk membuka satu persatu kancing kemeja nya.

LANGIT DAN SEMESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang