Bisa dikatakan jika Raja mengetahui semua hadiah serta buku diary milik Langit lebih dulu dari Saka, Ia juga telah mengambil semua catatan yang tertempel di hadiah yang seharusnya Langit berikan pada nya lalu memajang semua nya di meja belajar nya. Itulah alasan kenapa Raja sama sekali tak tertarik dengan barang-barang yang Esa berikan pada nya karna sejak awal ia sudah tau semua nya. Raja juga sejak awal telah datang menjenguk Langit di rumah sakit saat Mingyu telah pergi ke sekolah selama berhari-hari meski ia datang hanya untuk memperhatikan Langit tanpa memulai sedikitpun obrolan, setelah berhari-hari melakukan hal yang sama akhinya Raja mulai berbicara dan sebisa mungkin mengontrol emosi milik nya.
Dan kini Langit telah duduk di samping nya, meja makan yang telah sepi kini terisi kembali, Kak Saka, Mas Esa, Kak Biru, dan Bunda. Kini mereka dengan secepat kilat telah hadir di meja makan,
Ayesha mengusap surai rambut si bungsu dengan penuh kelembutan, Kak Biru yang terlihat basih berkeringat karna tergesa bahkan jas putih milik nya masih melekat di balik kemeja biru laut yang ia kenakan. Kak biru mengeluarkan sebuah map berwarna coklat yang berisikan tes DNA yang ia lakukan diam-diam dengan DNA rambut milik Langit yang ia ambil dari kamar si bungu di masa lalu. Kak Biru mengeluarkan semua isi laporan yang merogoh saku nya hingga sepuluh juta hanya untuk Tes DNA keturunan agar mereka bisa tau, apakah Langit benar anak asing ataukah benar-benar si bungsu keluarga pak hadi.
Semuanya tertegun menatap kertas yang baru saja Kak Biru keluarkan, hembusan nafas yang begitu berat seakan beban di bahu Kak Biru begitu mencolok.
"Ini Laporan tes DNA keturunan Langit di keluarga ini"
Deg
Langit terdiam, kini ia menyadari kenapa sang Bunda berhenti mengusap surai rambut nya dengan lembut. kegugupan serta ketakutan berbaur menjadi satu dalam jati diri Langit. Ia takut jika semuanya benar dengan diyakini nya tes DNA itu.
"Dan hasil nya.."
"99,99% kemungkinan Langit adalah benar-benar si bungsu keluarga ini" ucapan Kak Biru membuat Langit sontak mendongakkan kepala nya menatap sumber suara dengan tatapan tak percaya nya. Sebuah pelukan dan isakan tangis dari sang bunda membuat Langit langsung saja membalas pelulan sang Ibunda dengan air mata yang kembali keluar dari kedua kelenjar air mata milik nya.
"Tidak papa nak, semuanya akan kembali seperti semula dan kita akan berkumpul lagi mengerti? Tidak papa, semuanya akan baik-baik saja seperti sebelumnya" ucap sang Bunda sambil mengusap punggung Langit dengan lembut, isakan keduanya kembali terdengar. Kak Saka mulai berdiri menghampiri kedua nya di susul oleh Mas Esa dan Kak Biru di belakang nya yang ikut memeluk tubuh Langit dan sang Bunda. Ayesha mempererat pelukan anak-anak dengan mengusap wajah putra-putra kesayangan dengan lembut. Kak Biru dan Mas Esa juga saling memeluk keluarga dan menerima usapan lembut dari sang ibu dengan kasih sayang.
Ayesha lalu mengalihkan pandangan nya pada Raja yang hanya diam dengan menunduk, tatapan sang bunda membuat Kak Saka ikut mengalihkan pandangannya.
"Raja sayang? Sini nak" ucap sang Bunda sambil merentangkan satu tangan nya pada sang anak, Raja mendongakan kepala nya menatap kakak serta adik nya yang saling berpelukan dengan sang Ibunda.
Srett dug
Raja membelalak mata nya tak percaya, Kak Saka membawa kepala nya ke dada bidang nya lalu mengusap rambut Raja dengan lembut.
"Kamu ga mau peluk bunda?" tanya Saka pada sang adik yang masih terdiam duduk dengan bahu yang bergetar, dengan cepat Raja melepaskan pelukan dari Saka lalu menghampiri sang bunda, menghampiri pelukan sang bunda di samping Langit yang masih dengan senantiasa memeluk tubuh sang bunda.
Pelukan hangat Raja terima dengan begitu menenangkan, beberapa kali kecupan kasih sayang Raja dan Langit terima di kedua dahi mereka dari Ayesha.
"Anak-anak Bunda yang baik, sekarang kita lanjut makan ya takut keburu dingin" lirih Ayesha pelan sambil mengusap air mata anak-anak nya dengan penuh kasih sayang,
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
Hayran KurguJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...