Sebuah suara langkah kaki yang saling bersautan satu sama lain terdengar dengan begitu cepat dari arah lorong koridor rumah sakit.
Kriett
Deritan pintu yang dibuka dengan terburu-buru menciptakan sebuah suara yang sangat amat nyaring dan memekak kan telingan.
"Langit!?" Suara Aksara yang terlihat tertahan terdengar saat melihat seseorang yang tengah terbaring diatas tempat tidur.
"Aksara?" Langit menduduk kan dirinya ketika mendengar suara Aksara yang memasuki indra pendengaran nya dengan suara lirih menatap asal suara.
Srett
Dengan cepat Aksara menghampiri Langit menatap kedua mata Langit yang benar-benar kosong disana, meski seulas senyum masih terbit di bibir Langit seperti biasa membuat Aksara semakin khawatir. Wajah nya yang terlihat sembab telah memberikan fakta baru jika Langit baru saja menangis cukup lama.
"Gak usah pura-pura kuat di hadapan gua, gua tau pasti lo capek sama semua nya kan?" ucap Aksara mencengkram baju pasien yang Langit kenakan.
Tes
Krystal bening lolos begitu saja dari kedua mata Langit meski wajah anak itu yang maaih tetap tersenyum pada Aksara seperti biasa.
"Aksara, aku gak pernah minta pintar aku juga gak pernah minta untuk bisa ngalahin nilai kamu, aku juga ga berniat melukai atau melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa semuanya menjadi kesalahan ku, apa aku bodoh?"
"Aku juga butuh alur cerita bahagia seperti cerita yang lain" lanjut Langit lagi, sebuah pelukan Langit terima dari Aksara membuat sebuah suara isakan Langit kembali terdengar.
"Nangis kalo lo mau nangis,jangan di tahan sama senyum lo itu mulu"
"Aksara ngomong sama Langit kaya ngajak berantem anjing, pake nyengkram baju Langit segala"
Plak
"Supionto diem sialan, lagi sesi sedih tolol" Gilang berucap dengan tatapan sadia menatap Pio yang berujar pada nya dengan nada julid nya, hal itu sontak saja membuat Gilang dengan cepat memukul belakang kepala Pio untuk diam.
"Pokok nya lo harus janji sama gua untuk tetep sehat dan bakal tetap jadi sahabat gua sampai kapan pun itu! Ngerti?" ucap Aksara dengan nada tegas pada Langit sambil mengusap air mata sahabat nya itu dengan lengan pakaian nya.
Langit mengangguk pelan,
"Iya Aksara, aku janji bakal nemenin sahabat aku ini sampai punya gelar dokter ya kan" balas Langit sambil mencoba melepaskan cengkraman Alsara dari pakaian nya.
Setelah sesi tangis selesai, Langit duduk di sofa dengan bantuan Aksara. Dalam segi fisik, sekilas Langit telah sembuh hanya saja ia mengalami kebutaan serta fisik yang melemah. Selang infus juga telah terlepas dari tubuh Langit sejak dua hari yang lalu.
"Sekolah kalian gimana?" tanya Langit pada teman-teman nya setelah sedikit kecanggungan menghampiri mereka.
Terdengar sebuah suara hembusan nafas yang terlihat lelah dari sisi kiri nya, membuat langit sontak menoleh ke arah sumber suara,
"Ini lagi beban pikiran ngit, memilih untuk tetap melakukan ujian sekolah atau memutuskan untuk berinvestasi dengan berjualan banana soup with javanese sugar with cassava and coconut sauce di suatu bulan tertentu untuk memiliki penjualan yang meningkat secara drastis" ucap suara Pio dengan nada lelah nya, mendengar nama jualan yang akan di jual Pio yang sangat asing membuat Langit mengernyit bingung.
"Itu makanan asal mana? Berarti mau buka restoran maksud kamu? Keliatan mahal" balas Langit setelah mendengar ucapan Pio di seliokan beberapa pertanyaan untuk Pio.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...