"Mingyu?"
"Pak Rafa?"
"Bibi?"
"Kalian dimana?" dengan bibir bergetar remaja yang baru saja tersadar dari masa kritis nya kini mencoba terus membuka matanya meski yang ia rasakan kedua matanya telah terbuka namun yang ia dapati sekarang hanyalah kegelapan.
"Bunda? Bunda? bunda disini?" suara nya kembali terdengar semakin nyaring, tubuh nya ikut bergetar mencoba meraih sesuatu yang ada di sekitar nya,
Brakk
Tubuh Langit terjatuh dari ranjang rumah sakit ketika ia tak bisa menggapai sesuatu apapun di sekitar nya, Tubuh nya benar benar tak bisa berfikir dengar jernih atas apa yang sedang ia alami saat ini. Hanya sebuah kesunyian yang ia dapati, dengan tenaga yang masih lemah serta bantuan dinding putih rumah sakit Langit mulai berdiri mencoba mencari seseorang yang bisa membantu nya.
"To long" Langit berucap lirih di setiap langkah nya, tenggorokan nya yang terasa sangat kering karna dahaga membuat Langit sedikit kesulitan untuk bisa berbicara dengan suara keras.
Brukk
"LANGIT!!" Mingyu yang baru saja pergi membeli makanan dari kantin Rumah Sakit cukup di kagetkan dengan sesosok remaja yang sangat ia kenali tengah berjalan dengan wajah pucat serta ketakutan di lorong rumah sakit.
"Mingyu itu kamu?" Langit yang mendengar suara Mingyu segera menolehkan kepala nya ke sumber suara yang ia dengar dengan senyuman lega.
Srett
Mingyu menggendong Langit di punggung nya dengan segera lalu membawa nya kembali ke kamar rawat inap Langit. Menidurkan anak itu diatas ranjang dan langsung memencet tombol untuk memanggil dokter serta sang perawat untuk segera datang.
"Mingyu ini aku kenapa sama penglihatan aku? Ini cuma reaksi obat kan?" pertanyaan Langit padanya dengan tatapan kosong membuat mingyu terenyuh, Mingyu memeluk tubuh Langit dengan erat.
"Gapapa Langit, gapapa nanti gua yang bakal jadi kedua mata lo buat lo okey, semua bakal baik baik aja" balas Mingyu memeluk tubuh Langit semakin erat sembari mengusap punggung Langit berulang kali agar tetep tenang. Namun kenyataan itu tak dapat di terima oleh Langit, penjelasan yang semakin membuatnya ber spekulasi buruk membuat Langit mencoba melepaskan pelukan Mingyu meski itu semua gagal dengan isakan tangis Langit yang mulai terdengar dengan perlahan.
"Mingyu aku gak bisa liat apa apa sekarang, gimana cara aku buat cari uang buat Mas Juna lagi gyu? Gimana? Aku gabisa jadi badut lagi"
Balasan Langit membuat Mingyu sedikit tertegun, bukan tubuh nya yang sedang Langit khawatirkan saat ini tapi ia lebih mengkhawatirkan tentang uang dan pekerjaan nya sebagai badut jalanan untuk keluarga nya.
"Langit jangan pikirin apa apa sekarang ya, lo harus istirahat supaya cepet pulih dan pulang" ucap Mingyu lagi mencoba menenangkan Langit yang terlihat begi khawatir meski sorot mata nya yang dulu selalu berbinar hingga kilatan cahaya sering terlihat dari kedua penglihatan nya kini terlihap hampa dan kosong.
"Engga Mingyu, aku udah sembuh ayo pulang, aku masih banyak utang budi yang harus aku bayar aku ga bisa disini terus Mingyu ayo pulang" balas Langit cepat mencoba mencengkram lengan Mingyu mencoba membujuk remaja itu agar membawanya pulang.
"Langit lo harus istirahat, lo baru aja sadar Langit gua mohon okey" Mingyu terus-terusan berusaha dengan keras menenangkan Langit yang terus memberontak ingin pulang dengan tubuh Langit yang berkeringat dan bibir bergetar gelisah.
"LANGIT!" Mingyu sedikit meninggikan suara nya pada Langit agar segera tersadar dari rasa panik nya, sambil mencoba menyatukan kedua sisi pipi Langit untuk menghadap dirinya Mingyu terus-terusan berucap mencoba menangkan Langit sambil menunggu dokter serta perawat akan datang menangani Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
FanfictionJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...