Mingyu menyendokkan sebuah bubur dari makanan yang telah di siapkan oleh Rumah Sakit untuk Langit,
"Kamu selalu gak makan sarapan kamu dengan baik kan gara-gara ngurusin aku terus? mulai hari ini kamu harus makan makanan yang sehat setiap hari, bahkan kalo aku lagi ga ada di samping kamu, kamu harus makan makanan yang enak setiap hari jangan makan makanan dari kantin Rumah sakit terus, kalo kamu minta aku buat sehat kamu juga harus sehat" ucapan Langit membuat nya terdiam sesaat. Lalu kembali menyuapkan se sendok bubur ke arah Langit.
"Iya iya, Langit bawel banget lo" balas Mingyu pelan pada Langit yang selalu menasehati nya setiap hari dengan mengkhawatirkan dirinya sedangkan Langit tak pernah sekalipun mengkhawatirkan dirinya sendiri.
"Aku bisa makan sendiri gyu, kamu berangkat sekolah aja" ucap Langit lagi sambil menggerakkan tangan nya mencoba meraih mangkok yang ada di tangan Mingyu.
"Gada gada, tanggung tinggal sesuap ini" balas Mingyu cepat menyingkirkan mangkok yang ada di tangan nya agar tak bisa di raih oleh Langit. Mingyu kembali menyuapi Langit dengan perlahan sebelum dirinya berangkat ke sekolah seperti biasa. Setelah hampir sebulan Langit di rawat di Runah Sakit, Mingyu hampir seperti tinggal di Rumah sakit menemani Langit setiap hari.
"Inget jangan kemana-mana, gua pulamg sekitar jam satu kalo bosen makan aja camilan di keranjang pas di samping lo semuanya ada disana" lanjut Mingyu sembari menggendong tas nya di bahu nya dengan seragam lengkap telah melekat di tubuh nya.
"Iya sana sana keburu telat nanti" balas Langit lagi, Mingyu lalu meninggalkan ruangan Langit dan melangkah ke ruangan sang ayah untuk berpamitan pergi ke sekolah.
Kriett
"Bapak Mingyu berangkat sekolah dulu" pamit nya pada sang ayah yang telah sibuk menyiapkan dokumen dokumen pasien nya diatas meja.
"Yasudah hati-hati jangan ngrbut di jalan, oh iya Langit udah makan?"
"Udah tadi"
"Terus kamu udah makan?"
"Mingyu makan di kantin sekolah aja nanti disana, kan lumayan masa udah bayar uang makan tapi makananan dari sekolah nya gak di makan" balas Mingyu setelah menyium punggung tangan sang ayah sebelum ia berangkat sekolah, setelah berpamitan dengan sang ayah Mingyu lalu segera pergi menuju parkiran rumah sakit dan segera pergi dari sana.
Di sisi lain, Langit yang telah terbaring dengan selimut yang menutupi tubuh hingga dada nya, kedua matanya yang terbuka dengan kedua retina mata yang mulai berubah warna menjadi sedikit ke abuan membuat Langit hanya bisa diam. Setetes air mata mulai meluncur begitu saja dari kedua matanya setelah ia benar benar merasa jika hanya ada dirinya sendiri di ruangan ini.
Kriettt
Sebuah suara pintu terbuka membuat Langit segera mengusap air mata nya dengan cepat.
"Mingyu ada yang ketinggalan?"
Tak ada sautan yang Langit terima sedikit pun. Jika itu adalah Pak Rafa, Pak Rafa pasti akan menyapa nya dengan hangat terlebih dahulu ataupun jika ini adalah perawat yang mengambil bekas mangkok yang Langit gunakan makan pasti terdengar terlebih dahulu sebuah troli yang di dorong, tapi sekarang tidak.
"Apa perasaan ku doang denger suara pintu kebuka, perasaan akhir akhir ini aku selalu denger suara pintu kebuka tapi ga ada yang nyahut,?" tanya Langit pelan pada dirinya sendiri,
Tanpa di duga seorang remaja seumuran dengan dirinya tengah duduk di sofa kamar Langit dengan menunduk, sebagian wajah nya yang tertutup rambut serta wajah yang terlihat datar membuat nya mati matian tengah menahan emosi.
Seorang remaja yang tengah memakai pakaian seragam yang di balut dengan sebuah jaket hitam hanya menatap Langit yang tengah terbaring begitu saja diatas ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT DAN SEMESTA
Fiksi PenggemarJangan lupa follow dulu karna mungkin ada beberapa yang di privat Seseorang pernah bertanua pada saya "kak kenapa si harus Langit?" Membaca komentar itu, aku sedikit terhenyak dan tersenyum. Jemari ku mulai mengetik sebuah jawaban yang tersimpan dan...