02🌼

937 102 6
                                    

Pagi telah datang, Chaeyoung kini tengah sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk sebari bersenandung kecil, hari ini jadwalnya kelas pagi dan akan ada presentasi karena minggu ini adalah giliran kelompok Chaeyoung.

Gadis itu begitu bersemangat hari ini. Setelah mengenakan sedikit parfume, Chaeyoung bergegas untuk segera berangkat mengingat ia sudah memiliki janji dengan seseorang, siapa lagi kalau bukan kekasihnya?

Chaeyoung berjalan santai menuruni satu persatu anak tangga, ia melihat bibinya yang tengah sarapan bersama putri menyebalkannya. "Selamat pagi," sapa Chaeyoung, senyum tak pernah luntur di paras rupawannya.

"Pagi," jawab mereka acuh tak acuh.

"Imo, aku berangkat sekarang, ada presentasi di kelas, jadi aku akan mempersiapkan semuanya dan berlatih bersama tem---"

"Pergi saja, bicaramu berbelit-belit, kau menganggu ketenangan pagiku," sela bibinya membuat Chaeyoung langsung bungkam tak lupa senyumnya yang tidak selebar tadi.

Chaeyoung mengangguk dan membalikan badannya untuk segera pergi. Baru beberapa lagkah Chaeyoung berjalan, namun tiba-tiba saja Jennie menghengikannya.

"Aku butuh uang untuk kelas make up ku. Minggu depan harus sudah ada," ucapnya membuat Chaeyoung membulatkan kedua matanya.

"Bukankah tiga hari yang lalu aku sudah memberikan uangnya padamu?" Tanya Chaeyoung, bagaimana bisa ia meminta uang lagi, Chaeyoung sudah memberikan sisa uang yang tadinya simpan untuk di tabung pada Jennie. Chaeyoung tidak mengerti,  dirinya benar-benar diperbudak oleh wanita bermata kucing itu.

"Memang, tapi uangnya sudah habis," jawab Jennie dengan entengnya.

Chaeyoung memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut, uang dalam jumlah yang lumayan banyak itu habis dengan waktu tiga hari, sebenarnya apa yang Jennie lakukan pada uang itu?

"Jennie-ah! Aku tidak bisa memberikanmu uang lagi, bulan ini bahkan gajiku di---"

"Kau dengar apa yang Jennie katakan, lakukan saja jangan banyak protes!" Sela bibinya membuat Chaeyoung menghela nafasnya kasar, ia segera beranjak dari tempat itu dengan sedikit membanting pintu melampiaskan emosinya.

"Anak dan ibu sama saja! Pemeras!" Gerutu Chaeyoung dengan langkahnya yang ia hentakan. Hingga sebuah klaskonan mobil membuat antensinya beralih.

Chaeyoung langsung mengembangkan senyumnya. Rasanya beban pikiran Chaeyoung sedikut berkurang, tanpa menurunkan kacapun ia sudah tau bahwa Chanyeol menjemputnya. Gadis itu langsung membuka pintu mobil itu dan masuk kedalam.

"Pagi," sapa Chanyeol tepat saat Chaeyoung menutup kembali pintu mobilnya.

Chaeyoung mendekatkan wajahnya mengecup singkat pipi Chanyeol, "pagi," Chaeyoung membalas sapaan Chanyeol.

Chanyeol tersenyum bahagia, pria itu kembali melajukan mobilnya membelah jalan untuk segera berangkat ke kampus mengingat waktu sudah mulai siang, Chaeyoung harus melakukan presentasi hari ini.

"Ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" Tanya Chanyeol saat mendapat keanehan dari sikap Chaeyoung, tak biasanya ia diam saat bersama dengan Chanyeol, Chaeyoung akan sangat cerewet menanyakan tentang berbagai hal pada Chanyeol.

"Jennie," gumamnya lirih.

Chanyeol langsung mengerti apa yang Chaeyoung maksud, "berapa yang di butuhkan?" Tanya Chanyeol membuat Chaeyoung langsung terhenyak.

"Aniya, aku masih punya uang oppa," tolaknya.

"Ck! Uangmu itu simpan saja, katakan berapa?" Tanya Chanyeol dengan tegas. Chaeyoung memang sedikit keras kepala, gadis itu perlu sedikit di sentil baru dia akan bercerita.

Strength Woman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang