09🌼

500 68 14
                                    

"Mianhae Chae, tapi ini yang terbaik untuk kita," jawab Chanyeol sebari menundukkan kepalanya.

Chaeyoung menatap Chanyeol tak percaya. "Jalan yang terbaik?" Tanya Chaeyoung. Gadis itu berdecak kemudian menghempaskan map itu tepat didepan wajah Chanyeol.

"Bagaimana bisa kau berpikir aborsi adalah jalan yang terbaik Park Chanyeol!" Pekik Chaeyoung sebari mendorong bahu Chanyeol hingga pria itu sedikit terhuyung kebelakang.

Chaeyoung memukul-mukul dada Chanyeol sekuat tenaganya, "Kau yang melarangku untuk menyakitinya, tapi kau malah ingin melenyapkannya sialan! Kenapa!?" Pekik Chaeyoung , gadis itu mulai terisak lirih, pukulannya pun mulai berganti menjadi cengraman kuat di baju yang Chanyeol gunakan.

Chanyeol masih terdiam sebari menerima semua pukulan Chaeyoung yang di layangkan padanya, Chanyeol memang pantas mendapatkan semua ini, tapi ini benar-benar demi kebaikan keduanya.

"Chae dengarkan penjelasanku," ucap Chanyeol sebari menahan tangan Chaeyoung yang hendak memukulnya lagi, "jebbal," pintanya.

"Aku tidak ingin mendengarkan apapun!" Tolak Chaeyoung sebari menghempas tubuh Chanyeol agar menjauh darinya. Chaeyoung memegangi perutnya yang kini masih rata.

Gadis itu mendudukan dirinya sebari memeluk dirinya sendiri,  memang selama ini banyak sekali hal rumit yang ia alami, tapi percayalah bagaimanapun Chaeyoung menyayangi anak yang tengah Chaeyoung kandung.

Bagaimana bisa dia yang tidak tau apa-apa menanggung semua hal yang seharusnya tidak pantas ia dapatkan? Chaeyoung tidak akan bisa hidup dengan tenang jika ia benar-benar menggugurkan kandungannya.

"Ini bukan salah dia," gumam Chaeyoung, ia menggelengkan kepalanya sebari terisak semakin kencang.

Chanyeol menjatuhkan dirinya sebari bersimbuh di hadapan Chaeyoung. "Chae aku tau keputusan ini adalah keputusan yang sangat berat, tapi aku tidak memiliki cara yang lain," gumam Chanyeol sebari menatap Chaeyoung sendu.

"Chaeyoung kita baru saja akan memulai kehidupan kita, banyak yang harus kita lalui, apa kau akan melewatkan semua kesempatan untuk meraih mimpi kita? Sudah banyak tawaran dari agensi-agensi besar untuk kita Chae. Bagaimana bisa kita menerimanya jika---" Chanyeol tak melanjutkan kalimatnya.

"Apa kau yakin kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan j--jika mem--pertahankan dia?" Chanyeol mengigit bibirnya dengan kuat setelah mengetakan hal itu.

Appa mianhae - batin Chanyeol sebari menatap kearah perut Chaeyoung.

"Jika kita memilih dia, bagaimana cara kita menjamin kehidupannya nanti? Darimana kita bisa mencukupi kehidupannya saat ia sudah beranjak besar nanti Chae? Aku tidak bisa terus menerus bergantung pada appa atau eomma,"

"Kumohon pikirkan ini baik-baik Chae, aku tidak ingin masa depan kita terhalang," sambung Chanyeol sebari mengenggam kedua tangan Chaeyoung.

Chaeyoung tak menjawab, gadis itu hanya terdiam sebari memikirkan seluruh perkataan Chanyeol padanya. Dia memang benar. Chaeyoung dan Chanyeol baru saja akan memulai hidup mereka yang sebenarnya.

Banyak hal yang ingin Chaeyoung lakukan, tapi apa ia bisa melakukannya jika dirinya menjadi orang tua? Chaeyoung bingung, mana yang harus ia pilih? Masa depan, atau anaknya?

"Chae kau mengerti bukan apa maksduku?" Tanya Chanyeol sebari menatap Chaeyoung penuh harap.

Chaeyoung terdiam sejenak sebari menatap kedua manik Chanyeol. Pria itu bersungguh-sungguh dengan keputusannya untuk menggugurkan anaknya.

Chaeyoung tersenyum kecut sebari menatap Chanyeol begitu dalam. "Ng, aku mengerti," jawab Chaeyoung membuat senyum terukir di wajah Chanyeol.

"Oppa aku ingin pulang," ucap Chaeyoung sebari memungut map berisi formulir persetujuan pembersihan rahimnya. "Aku yang akan membawa ini," sambungnya, ia berjalan mendahului Chanyeol menuju mobil pria itu.

Strength Woman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang