19🌼

508 77 14
                                    

Jam sudah menunjukan pukul lima sore, Chaeyoung menghela nafasnya berkali-kali sebari menunggu putri kecilnya yang sampai sekarang belum juga pulang. Tentu saja ia merasa bersalah saat tadi melampiaskan emosinya tepat didepan Channie. Semoga anaknya tidak takut atau kenapa-kenapa.

"Menyesal, ya," ejek Junhoe sebari bersandar depan pintu.

"Diam kau landak!" Sungut Chaeyoung sebari menatap Junhoe tajam, "Channie kau suruh bermain dimana eoh?" Tanyanya.

"Di taman, sebentar lagi juga pulang," jawab Junhoe.

"Awas saja kalau lima menit lagi belum kembali, kau akan ku cekik sampai sesak!" Ancamnya. Junhoe hanya mendelikan matanya, ancaman Chaeyoung tidak menyeramkan sedikitpun.

Tak jauh dari halamannya Chaeyoung menatap Channie yang baru saja pulang, gadis kecil itu nampak berjalan santai sebari memakan ice cream coklat di tangannya.

Senyuman sumringah Chaeyoung tampakan, "Channie!" Seru Chaeyoung. Gadis kecil itu berlari kecil untuk menghampiri ibunya. "Sudah selesai mainnya?" Tanya Chaeyoung sebari mengusap ujung bibir putrinya yang belepotan.

Channie mengangguk sebagai jawaban, gadis kecil itu menatap Chaeyoung dengan ragu-ragu seakan ingin mengatakan seuatu tapi dia takut. Sadar akan hal itu Chaeyoung tersenyum dan mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut.

"Eomma mianhae," ucapnya, "maaf karena eomma tidak bisa menahan emosi didepan Channie tadi, Channie pasti sangat takut, kan?" Sambungnya.

"Eomma memangnya Yeollie itu siapa? Apa dia orang jahat?" Tanya Channie masih setia memakan ice cream nya.

"Yeollie itu---" Chaeyoung nampak terdiam sejenak sebari berpikir alasan apa yang akan dia berikan, "i-itu, Yeollie itu kecoa raksasa yang jahat," ucap Chaeyoung asal.

Channie tampak menunjukan raut wajah ketakutannya, "Yeollie itu kecoa raksasa yang jahat?" Tanya Channie, Chaeyoung menganggukkan kepalanya dengan matanya yang sengaja ia besarkan, "setinggi apa eomma?" Tanyanya lagi.

"Dia lebih tinggi dari Junhoe appa," tunjuk Chaeyoung pada Junhoe yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka. "Iyakan, Junhoe appa?" Chaeyoung menatap Junhoe tajam meminta pria itu untuk mengiyakan ucapannya.

Junhoe mendudukan dirinya disebelah Channie, "iya dia itu sangat besar, tinggi, dia bahkan lebih galak dari Chae eomma, iih menakutkan ya Channie," ucap Junhoe sebari bergidik ngeri dan menatap Chaeyoung dengan senyuman mengeneknya.

Gadis kecil itu terkekeh kemudian menghamburkan dirinya memeluk Junhoe dan Chaeyoung bersamaan, "Channie sangat menyayangi eomma dan appa," ucapnya, kemudian masuk kedalam rumah.

Chaeyoung menatap punggung kecil putrinya yang mulai menjauh, tentu saja hati kecil Chaeyoung terasa begitu sakit. Dia menganggap bahwa Junhoe benar-benar ayahnya.

Chanyeol-ah, bahkan putrimu sendiri menganggap orang lain adalah ayahnya, lalu untuk apa aku masih mengharapkan bahwa kau mencariku dan memikirkanku sekarang? -batin Chaeyoung.

Rasa ini. Chaeyoung mulai membenci rasa cintanya pada Chanyeol yang dari dulu masih sama. Kenapa ia tidak bisa sepenuhnya membenci Chanyeol? Kenapa ia tidak bisa melupakan pria yang jelas-jelas sudah menghancurkan hidupnya.

Terkadang disetiap malam Chaeyoung selalu mengingat kembali saat-saat dimana mereka masih bersama. Manis, sangat manis. Seperti menyemili gula, awalnya memang manis tapi akhirnya pahit.

Chanyeol adalah pria yang sempurna, semua kriteria pria idaman Chaeyoung ada padanya, baik, tinggi, tampan, mahir dalam bidang seni, suaranya yang bagus, dan tulus.

Bahkan Chaeyoung tak menyangka bahwa dengan semua sikap baiknya Chanyeol dia malah tega untuk mengaborsi anak mereka. Chaeyoung tersenyum kecut.

Memang pada intinya akulah yang salah, hidupku menjadi hancur karena aku terlalu percaya dan terlalu berharap kepada manusia sepertimu Park Chanyeol - batin Chaeyoung.

Strength Woman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang