16🌼

480 72 6
                                    

Hari berganti minggu, minggu berganti menjadi bulan, dan bulan berganti menjadi tahun. Tak terasa sudah emat tahun berlalu, banyak sekali yang sudah berubah empat tahun terakhir, banyak hal-hal baru yang menetup lembaran lama Chaeyoung yang begitu menyakitkan.

Di bulan kemarin, tak terasa Chaeyoung sudah menginjak usia dua puluh empat tahun, usia yang terbilang masih muda untuk memikul beban seberat ini sendirian.

Harusnya di usia ini seorang wanita sedang sukses dalam karirnya, bersenang-senang bersama keluarga dan menentukan jalan yang baru bersama kekasih mereka.

Tentu saja tak jarang dari dalam lubuk hati yang paling dalam Chaeyoung juga ingin dan kadang ia merasa iri terhadap nasib mereka yang sangat mulus dan bahagia.

Tidak ada beban pikiran untuk biaya rumah yang mereka tinggali, tidak ada beban pikiran mengenai apa yang akan mereka makan hari ini dan esok hari, tidak ada beban pikrian yang akan membuat mereka mencari-cari uang sampai larut malam.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar, mengapa ia terus-menerus membandingkan hidupnya dengan orang lain? Seharusnya Chaeyoung merasa bangga pada dirinya sendiri. Sudah sampai di tahap ini adalah suatu hal yang sangat berat, wanita lain mungkin tidak akan bertahan sepertinya.

Dan tentu saja jika di pikir-pikir lagi, itu semua tidak sebanding dengan seluruh kebahagiaan yang Chaeyoung rasakan. Chaeyoung memiliki satu kunci kebahagiaan, di segela situasi. Jika dia bersama Chaeyoung maka Chaeyoung akan selalu bahagia.

Tentu saja semua itu berkat putri kecil Chaeyoung. Park Chan Mi. Gadis kecil yang sangat cantik dan begitu aktif, Chan Mi adalah anak yang periang, senang bercanda, dan sangat menyukai hal-hal yang berbau coklat, sama dengan dirinya. Ah iya, wajah Chan Mi sangat mirip dengan Chanyeol, seperti Chanyeol namun versi perempuannya. Untunglah telinganya tidak terlalu lebar.

Usia Chan Mi kini menginjak empat tahun, gadis itu sudah pandai bernyanyi-nyanyi dan memainkan alat musik meskipun dengan nada-nada yang abstrak, bakat kedua orang tuanya  benar-benar menurun pada Chan Mi.

Ngomong-ngomong tentang Chan Mi, Chaeyoung selalu teringat betapa sakitnya masalalu saat Chaeyoung saat mengandung anaknya, terutama saat Chaeyoung berkerja susah payah sendirian hanya untuk menghidupi keduanya.

Dulu, tak jarang Chaeyoung selalu merasakan keram perut karena ia terlalu stres dan kadang juga terlalu kelelahan. Dokter kandungannya selalu meminta Chaeyoung untuk berhenti agar kandungannya juga tidak bermasalah, tapi tentu saja Chaeyoung tidak bisa menurutinya.

Hidup sendirian di tempat yang masih asing untuknya tentu saja Chaeyoung tidak memiliki alasan untuk berdiam diri dan menjaga kandungannya saja. Chaeyoung juga harus bekerja.

Setiap bulannya Chaeyoung tak pernah kelewatan untuk melakukan tes kehamilannya, beberapa kali Junhoe mengantar Chaeyoung melakukan test dan berpura-pura sebagai suaminya.

Di bulan-bulan terakhir Chaeyoung mengandung adalah saat-saat tersulit untuknya. Chaeyoung mendapat banyak cibiran dan menjadi bahan pergosipan warga sekitar yang mengira bahwa dirinya seorang jalang dan hamil tanpa seorang suami.

Memang mereka semua tidak salah, hal itu adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa Chaeyoung elak dan rasanya sangat menyakitian. Chaeyoung memang seperti jalang ketimbang seorang kekasih. Dan ia benar-benar merasa harga dirinya sangat di hancurkan saat Chanyeol menidurinya dan menghilang tak ingin bertanggung jawab atas hasil perbuatannya.

Strength Woman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang