20🌼

618 81 23
                                    

"Eonni sebentar lagi kau akan menjadi nyonya Junmyeon," Chaeyoung mendudukan dirinya disamping Jisoo yang kini tengah merawat wajahnya menggunakan maskernya.

"Chaeyoung-ah jangan menggodaku," dengus Jisoo sebari merapikan maskernya.

"Setelah menikah nanti apa eonni akan sering-sering kesini? Eonni mungkin saja akan tinggal di Seoul, kan? Bersama Junmyeon oppa,"

"Aku akan sering datang kesini, bagaimana aku bisa melepasan tanggung jawabku sebagai pemilik cafe ini begitu saja,"

"Baiklah-baiklah, ujung maskernya eonni itu tertekuk," ucap Chaeyoung sebari menunjuk bagian masker yang digunakan Jisoo. Dengan jahil Chaeyoung menarik sedikit masker itu membuatnya lepas dari wajah Jisoo.

"Aish! Lebih baik kau pergi menjemput Channie eoh," dengus Jisoo kesal.

Chaeyoung tertawa pelan. "Baiklah, aku pergi eonni," ucapnya yang di jawab anggukan kepala dari Jisoo. Chaeyoung berjalan santai keluar dari kediaman Jisoo yang tidak terlalu jauh dari cafe miliknya. Beberapa hari lagi pernikahan Jisoo akan di gelar.

Chaeyoung sudah tidak sabar untuk menyaksikan acara pemberkatan itu, ingin melihat bagaimana wajah bahagia Jisoo. Chaeyoung menyengir aneh, ia juga ingin melihat bagaimana ciuman Jisoo nanti. Chaeyoung akan bersorak paling keras.

Di perjalanan Chaeyoung menyempatkan diri untuk membeli sekotak susu dan dua corndog untuk dirinya dan putrinya Channie juga. Chaeyoung sesekali bersenandung kecil mengamati pemandangan sekitar.

Sampai matanya tiba-tiba saja membulat melihat Channie yang berjalan sambil menangis tak jauh di depannya. Buru-buru Chaeyoung menghampirinya.

"Channie-ah kau kenapa?" Tanya Chaeyoung khawatir.

Channie menggelengkan kepalanya sebari menyingkirkan tangan ibunya yang mengusap kedua mata Channie. "Channie tidak kenapa-napa," jawab Channie sebari berjalan mendahuli Chaeyoung.

Chaeyoung menatap Channie dengan heran, ada apa dengan gadis kecil itu? Tapi Chaeyoung memilih untuk menanyakan hal ini nanti saat mereka sudah berada di rumah saja.

Sesampainya mereka di rumah Chaeyoung meminta putrinya untuk mandi dan mengganti pakaian terlebih dahulu. Sepuluh menit berlalu akhrinya Channie sudah selesai dengan urusan mandinya. Gadis kecil itu kini tengah menunduk sebari menyuapkan corndog yang Chaeyoung berikan padanya.

"Apa ada yang mengganggu Channie di sekolah?" Tanya Chaeyoung hati-hati. Channie hanya menjawabnya dengan gelengan kepalanya.

"Apa Channie merindukan Junhoe appa?" Tanya Chaeyoung lagi. "Atau Channie ingin mainan, Ice cream? Atau apapun itu, Channie katakan saja. Eomma akan memberikannya pada Channie," bujuk Chaeyoung.

"Channie ingin appa,"

Deg!

Hati Chaeyoung mencelos, namun ia masih berusaha berpikiran positif. Mungkin saja yang Channie maksud adalah Junhoe. Bukan apa yang ada di kepala Chaeyoung sekarang.

Chaeyoung tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "iya Junhoe appa sebentar lagi kesini," jawab Chaeyoung.

Tiba-tiba saja Channie kembali terisak membuat Chaeyoung kalang kabut. "Channie kenapa?" Tanya Chaeyoung frustrasi.

"Ee-eomma berbohong," lirihnya sebari terisak pelan.

"Kapan eomma berbohong pada Channie? Eomma tidak pernah berbohong," jawab Chaeyoung sebari mengusap punggung kecil Channie yang bergetar hebat.

"Teman-teman Channie bilang, Channie tidak punya ayah," lirihnya sebari terisak sebari menangis tersedu-sedu.

Nafas Chaeyoung seketika tercekat. Seakan-akan ada yang menekan dadanya hingga Chaeyoung kini merasa sangat sesak sekali untuk bernafas.

Strength Woman ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang