Part 18 || Menginap 1 malam

21 8 16
                                    

"Selesaikan masalah dengan pikiran dingin. Kalau lo panas dan orang tua lo panas, masalah itu ngak akan selesai. Melainkan semakin parah." — Putri Acasha.

***

Grep...
Sebuah pelukan di berikan oleh Fino tanpa aba-aba pada Putri. Gadis itu hampir terjungkal ke belakang karena pelukan Fino. Fino memeluknya dengan erat sehingga dia sulit untuk bergerak.

"Lo kenapa? Cerita sama gue," ucap Putri membalas pelukan Fino sambil bertanya lembut.

"Hug me for a while," bisik Fino di telinga Putri.

Perut Putri seperti terisi banyak oleh kupu-kupu setelah mendengar suara berat Fino tadi dan juga mendapatkan pelukan dari Fino. Sial, dia benar-benar jatuh cinta kepada lelaki mabuk di hadapannya itu.

Putri membalas pelukan Fino. Dia berusaha melepaskan pelukan itu karena semakin lama semakin erat. 2 menit lamanya dia terperangkap dalam pelukan erat Fino. Akhirnya lelaki itu mengendorkan pelukannya dan Putri bisa bebas bergerak.

"Sekarang lo cerita ke gue, lo kenapa? Kenapa pulang dengan keadaan mabuk? Lo ngak kasihan gitu sama adik lo?" tanya Putri khawatir.

"Gue ngak mabuk sepenuhnya. Gue cuman minum yang kadar alkohol dikit. Gue lagi pengen tenangin diri gue setelah mendapat kabar buruk dari orang tua gue. Lo tau kan gimana keadaan keluarga gue? Bokap dan nyokap gue yang ngelakuin persaingan sampah, adik gue ngak dapet kasih sayang sepenuhnya dari mereka, dan tiba-tiba mereka pisah dan bilangnya ke Trisha. Kalau gue yang denger kabar itu ngak masalah. Gue bisa sembunyiin dari Trisha. Gue cuman ngak mau adik gue sedih dan kecewa sama mereka. Trisha masih punya harapan kalau mereka bisa baik-baik aja dan hidup bareng kita berdua lagi," cerita Fino dengan tatapan kosong ke depan dan suara lirih.

Putri yang mendengar cerita Fino ikut sedih. Dia mengusap pundak lelaki itu untuk menenangkan lelaki itu. Kisah keluarga Fino hampir sama dengan keluarganya. Begitu miris jika diingat kembali.

Putri rasa, Fino saat ini sedang tertekan karena masalah keluarganya itu. Selain tentang masalah keluarga, Fino juga memikirkan keputusan yang akan di ambil nanti.

"Lo ngak harus sampai bentak Trisha juga Fin. Kasihan dia. Gue bakal ada di sisi lo buat bantu ataupun selesaiin masalah lo. Gue bakal bantu semuanya," ucap Putri halus pada Fino.

Fino yang mendengar itu tersenyum kecut. "Lo mau bantu apa? Mereka itu seolah lebih sayang sama persaingan dan pekerjaan mereka. Mereka ngak mikir kalau anak mereka mau ngehabisin waktu bareng mereka. Lo mau bantu apa Putri?" tanya Fino dengan nada tinggi.

Putri terkejut mendengar nada bicara Fino yang meninggi. Putri  tidak pernah melihat sisi amarah dari Fino ini. Bisa Putri pastikan jika Fino memang sangat kecewa dan marah pada kedua orang tuanya itu.

"Lo ngak usah bentak gue kayak gitu Fin. Lo bisa ngomong baik-baik ke orang tua lo buat batalin perceraian itu. Kalau masih bisa dilakuin kenapa ngak? Lo coba ngomong baik-baik ke mereka. Siapa tau mereka dengerin lo. Masih ada harapan sebelum mereka ke pengadilan buat nyelesain berkas perceraian itu," ucap Putri pada Fino.

Fino yang sadar telah membentak Putri pun merasa bersalah. Amarah nya kali ini memang sulit di kontrol. Dia kembali memeluk gadis yang ada di sampingnya. Putri yang di peluk oleh Fino pun membalas pelukan lelaki itu.

"Gue rasa itu ngak mungkin. Mereka pasti udah ngurus berkas perceraian itu sampai pengadilan. Gue ngak tau harus gimana lagi," ucap Fino sambil memeluk Putri. Putri dapat merasakan bahunya basah. Putri yakin, lelaki yang ada di pelukkannya itu sedang menangis.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang