Part 12 || Bolos

22 4 0
                                    

Kring...
Jam walker milik Putri berdering. Gadis yang masih tertidur pulas itu tidak mempedulikan suara dari jam walker yang terus meraung-raung. 5 menit setelah jam itu berbunyi, sang pemilik baru saja membuka kelopak matanya. Dia menyibakkan selimutnya dan segera berjalan gontai ke kamar mandi. Hari ini, dia berencana untuk membolos.

Putri membasuh wajahnya lalu mengeringkannya menggunakan handuk. Gadis itu segera keluar dari kamarnya dan segera turun menghampiri ayah dan kakaknya di meja makan.

"Doh, tuan putri baru bangun. Kenapa ngak pakai seragam?" tanya Alesya kepada adiknya itu.

"Bolos," jawab Putri seolah tak bersalah dan langsung duduk di kursinya sambil mengoleskan selai rasa coklat di roti yang baru dia ambil.

Alesya menatap tajam adiknya itu. "Kenapa bolos? Mandi sana terus berangkat," pinta Alesya pada adiknya itu.

"Bapak ku tercintah, tersayang, ter segalanya. Anakmu ini boleh ya bolos. Besok juga hari sabtu dan bakal libur. Boleh ya," pinta Putri memohon pada ayah yang sedang menyantap sarapannya.

"Terserah kamu," jawab ayahnya.

"Nah kan. Bapak aja menyetujui. Jadi Putri boleh bolos," jawab Putri senang.

"Sabodo tuing Put. Lo mau ketemu Kayla? Dia kuliah siang hari ini," ucap Alesya pada adiknya itu.

Putri membelalakan matanya tak percaya. Baiklah, ada untungnya dia bolos hari ini. Dia akan menghabiskan waktunya bersama Kayla. Ya walaupun hanya sebentar nanti.

"Serius? Gue nanti mau ketemu dia," ucap Putri senang.

"Jangan lupa sama tugas kamu buat cari tau kehidupan Fino. Walaupun ayah tau, ayah ngak akan ngasih tau ke kamu. Ayah mau kamu cari tahu sendiri," ucap ayah mereka sambil bangkit dari duduknya.

Putri mengangguk paham. Dia akan mencari tahu tentang keluarga dan kehidupan Fino besok. Lagi pula, ayahnya akan bertemu dengan Fino nanti minggu.

"Ayah jadi ketemu Fino nanti minggu?" tanya Putri memastikan.

"Heum, emang kenapa? Mau di percepat?" tanya ayahnya kepada Putri.

Putri menggelengkan kepalanya pelan. Dia hanya memastikan saja kapan ayahnya akan bertemu dengan lelaki itu. Jadi dia bisa mengerjakan tugasnya terlebih dahulu.

"Enggak. Putri nanya aja sih. JJadi Putri tau kapan waktunya Putri ngerjain tugas dari ayah," ucap Putri jujur pada ayahnya.

Ayahnya mengangguk paham. Dia mengambil jas yang tersampir di kursi lain lalu memakainya.

"Ayah baru inget, kita ada kendala tentang senjata. Kamu nanti ke markas ya Put. Buat nanya sama Stev tentang masalahnya. Ayah baru dapet info doang dari dia. Masalah pastinya ayah belum tau," ucap ayah Putri memberitahu anaknya sebelum dia berangkat ke kantor.

"Perasaan Ale nih ya, adem ayem aja selama ini. Kok tiba-tiba ada masalah?" tanya Alesya heran.

"Mana ayah tau. Musibah ngak ada yang tau Sya. Ayah pergi dulu. Pulang agak malem dikit nanti," ucap ayah mereka lalu melangkahkan kaki jenjangnya untuk segera pergi.

"PUTRI KE MARKAS NANTI MALEM YA PAK," teriak Putri dari kejauhan setelah ayahnya pergi. Ayahnya hanya mengacungkan jari jempolnya pertanda setuju.

"Gue pergi dulu. Nanti kalau jadi keluar sama Kayla, kabarin gue. Biar gue ngak pusing nyari lo. Sesuai janji gue, mulai besok senin gue bakal habisin waktu gue setelah pulang kuliah sama lo. Babay adikku tercintah," ucap Alesya lalu melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari meja makan.

Putri mengangguk mengerti. Akhirnya dia bisa menghabiskan waktunya sendiri di rumah dan melakukan apapun yang dia inginkan.

***
Kring...
Bel istirahat berdering di seluruh penjuru SMA Bramawijaya. Semua murid yang ada di sekolah elite tersebut langsung berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin. Lain halnya dengan Alfino dan ketiga sahabatnya. Dari pagi, raut wajah Alfino begitu muram. Ketiga sahabatnya tidak tahu apa yang terjadi pada lelaki itu.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang