Part 10 || Hari biasa

30 4 0
                                    

Kring...
Jam walker milik Alesya berdering tepat di sebelah Putri. Putri langsung mematikan jam tersebut dan menyibakkan selimutnya. Dia tidak melihat Alesya di sebelahnya. Mungkin kakaknya sudah bersiap untuk ke kantor ayahnya.

Terkadang, jika Alesya tidak ada jadwal kuliah pagi, dia akan pergi ke kantor ayahnya dan membantu ayahnya di sana hingga jam kuliahnya tiba. Jika dia ada jadwal kuliah di pagi hari, dia akan datang ke kantor ayahnya saat pulang kuliah. Terkadang hingga larut malam. Putri sampai heran sendiri. Apa saja yang kakaknya lakukan di sana hingga pulang larut malam.

Setelah nyawanya terkumpul, Putri segera bangun dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya untuk ke toilet. 13 menit dia menyelesaikan ritual mandinya itu, akhirnya Putri keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkap dan handuk yang terlilit di kepalanya.

Putri berjalan ke arah meja rias dan membuka ponselnya yang dia letakkan di sana. Dahinya berkerut. Dia heran. Tumben sekali Fino tidak mengirimkan 1 pun pesan kepadanya.

"Tumben banget ni anak adem ayem. Dia kesambet apaan ya?" tanya Putri heran pada dirinya sendiri.

"Cewek yang kemarin itu beneran adiknya ya? Kan ngak lucu anjir kalau misalkan gue nerima si Fino sedangkan tu anak punya pacar," ucap Putri kesal sendiri saat mengingat kejadian kemarin saat di gramedia.

"Makanya cari tau. Jangan gengsian jadi orang. Kalau lo emang suka bilang. Kasian anak nya. Nunggu kepastian dari lo," ucap Alesya dari ambang pintu kamar sambil menyenderkan tubuhnya di dinding dengan tangan yang bersedekap di depan dadanya.

"Sejak kapan lo disitu? Nguping lo kak?" tanya Putri menatap kakaknya curiga.

"Ngak lah. Gue mau berangkat bentar lagi. Gue ke sini mau ngambil barang gue. Tapi gue tunda berangkatnya. Sekarang lo cerita ke gue. Lo sebenernya suka ngak sama Fino? Kalau suka bilang. Kalau enggak tolak. Kasian anaknya nunggu kepastian dari lo selama 2 tahun. Nanti kalau dia dapet yang baru karena capek ngejar lo, sedangkan lo sendiri nyaman sama dia, lo nyesel Put. Yakinin diri lo dari sekarang," ucap Alesya pada adiknya itu sambil mengambil barang-barangnya.

Putri termenung sebentar meresapi ucapan kakaknya. Ucapannya sama persis dengan yang Chelsie katakan maupun Kayla katakan. Jujur dia memang nyaman. Tetapi apakah rasa cinta itu tumbuh di dalam hatinya? Putri sendiri tidak mengetahuinya.

"Gue udah tolak dia kak. Tetep aja dia ngejar gue. Gue jujur nih ke lo. Gue nyaman sama dia. Untuk rasa cinta? Gue rasa ngak ada tuh,"  jawab Putri jujur sambil membuka handuk yang terlilit di rambutnya.

"Ngak ada cinta? Mustahil gue rasa. Gue ngerasa banget dan yakin banget kalau adik kecil gue ini emang suka sama Fino. Lo ngak mau ngaku kan karena lo belum bisa ceritain latar belakang bokap ke dia? Lo takut dia ninggalin lo kan? Lo takut tentang itu?" tanya Alesya pada adiknya itu.

Deg...
Putri terdiam mendengar pertanyaan dari kakaknya. Pertanyaan yang sama sekali tidak meleset. Putri takut itu terjadi. Dia takut Fino akan meninggalkannya. Jika dia menceritakan latar belakang ayahnya, akankah Fino menerimanya? Apakah dia tidak menyesal setelah mengejar dirinya selama 2 tahun?

"Kak... kalau gue nerima Fino terus dia tau latar belakang bokap dan dia ninggalin gue gimana? Apa perjuangan dia sia-sia begitu aja setelah tau latar belakang bokap? Kasian gue sama dia," ucap Putri sambil menundukkan kepalanya.

Alesya menghampiri adiknya lalu menepuk pundak adiknya itu. "Tenang aja Put. Kalau misalnya dia cerita keluarganya dan lo udah tau itu, lo cukup dengerin aja dia cerita. Jadilah pendengar yang baik. Lo jangan terus ngehindar setiap Fino ngedeket. Setelah lo percaya lo bisa ceritain latar belakang bokap ke dia atau paling nanti bokap ngajak ketemuan dia. Semuanya berjalan seiring berjalannya waktu. Semuanya udah di rencanakan sama Tuhan Put."

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang