Part 41 || Terbongkar

13 8 0
                                    

"Jangan menilai orang dari luarnya.  Hanya dari luar, penilaian itu tidak cukup. Sifat dan kepribadiannya harus dinilai dari dalam. Jangan karena kulitnya buruk lalu mengecapnya dengan cap yang buruk. Dalamnya belum tentu buruk." — Trisha.

***

Fino menggandeng lengan Putri memasuki rumahnya. Sesuai janjinya kepada ayahnya, dia akan memperkenalkan Putri pada ayahnya. Fino juga sempat melihat mobil Trisha dan ibunya yang sudah terparkir rapih di parkiran. Saat melihat mobil ibunya, itu sempat membuat Fino berdecak pelan. Fino bisa bernapas lega karena Chalista tidak sedang ada di sini. Jika ada di sini, mungkin akan berantakan.

Saat sampai di depan pintu utama, Putri menghentikan langkahnya. Dia takut jika ibu Fino tidak akan setuju anaknya dengan dirinya.

Fino menggenggam tangan Putri dengan erat. Dia menyalurkan keberaniannya pada Putri. Putri mengalishkan pandangannya kepada Fino. Dia melihat Fino yang tersenyum tulus padanya. Putri membalas senyuman Fino lalu mengangguk kecil pertanda dia siap menghadapi semuanya.

Fino kembali melangkahkan kakinya memasuki rumah diikuti oleh Putri yang ada di sebelahnya. Fino langsung mengajak Putri ke ruang tamu karena dia sempat melihat Trisha dan ayahnya sedang duduk di sana.

"Eh kak Putri," ucap Trisha saat menoleh ke arah belakang. Dia melihat Fino dan Putri yang sedang menghampirinya dan juga ayahnya.Putri tersenyum ke arah Trisha.

"Duduk Fin," pinta sang ayah pada Fino.

Fino mengajak Putri untuk duduk. Putri duduk di sebelah Fino. Mereka berdua langsung berhadapan dengan ayah Fino.

"Jadi ini cewek yang mau kamu kenalin sama ayah? Cantik ya. Nama kamu siapa?" tanya ayah Fino pada Putri.

"Putri Acasha om. Bisa di panggil Putri," jawab Putri sambil tersenyum simpul pada ayah Fino.

Ayah Fino mengangguk paham. Dia menelisik Putri dari ujung kepala hingga kaki. Dari pandangannya, gadis yang bersama anaknya adalah gadis baik-baik.

"Kamu dapet restu dari ayah Fin sama Putri. Ayah kasih lampu hijau sama dia. Sha, kamu setuju kalau Putri jadi kakak ipar kamu nanti?" tanya ayahnya mengalihkan pandangannya dari Putri ke arah Trisha.

Trisha mengangguk bersemangat. "Setuju lah Yah. Kak Putri ini punya hobi sebelas duabelas sama Trisha. Jadi Trisha punya temen kalau misalkan kak Putri jadi kakak ipar Trisha nanti," jawab Trisha bersemangat.

Putri terkekeh pelan melihat Trisha yang begitu bersemangat. Hal yang membuat Putri heran, kenapa Trisha tidak mendukung kakaknya dengan Chalista?

"Masih lama kali Sha. Sekitar 2 tahun lagi mungkin," ucap Fino sambil menyenggol lengan Putri yang duduk di sebelahnya. Putri menatap tajam Fino yang berbicara seperti itu.

Ayah Fino terkekeh pelan. "Urusan itu belakangan. Kalian yang penting lulus dulu terus sukses bareng-bareng. Soal kedepannya, nanti ayah bakal ngomong sama ayahnya Putri. Gimana Put?" tanya ayah Fino menatap Putri.

"Boleh om. Nanti om boleh ngobrol sama ayah. Cuman, ayah sibuk akhir-akhir ini. Minggu aja kosongnya," jelas Putri pada ayah Fino.

"Itu gampang. Nanti om atur waktunya," jelas ayah Fino lalu tersenyum tulus pada Putri.

Saat mereka sedang berbincang-bincang, ibu Fino menghampiri mereka dengan wajah mengintimidasi ke arah Putri. Menatap dari ujung rambut hingga kaki.

"Kalian bahas apa sih? Kok asik banget keliatannya," tanya ibu Fino sambil duduk di sebelah anak perempuannya.

Fino meneguk kasar salivanya. Ibunya datang dengan tiba-tiba dengan tatapan mengintimidasi ke arah Putri. Tentu Putri tidak takut dengan wajah intimidasi ibu Fino.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang