Part 45 || Permintaan Fino

18 5 0
                                    

Bel istirahat telah bergema di seluruh SMA Bramawijaya. Avi dan Kaivan langsung membereskan buku mereka dan membalikkan kursi mereka ke arah belakang.

Sejak tadi mereka bertemu Fino, wajah lelaki itu tetlihat gelisah dan bimbang. Mereka yakin ada hal yang terjadi pada sahabat mereka.

"Itu muka ditekuk mulu. Kenapa sih Fin? Ada masalah?" tanya Farel sambil memasukkan bukunya ke dalam laci yang ada di meja.

Fino menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Avi tahu betul tingkah Fino. Fino tidak mungkin diam saja kecuali memang sedang memiliki masalah.

"Kalau lo diem terus, masalah lo itu ngak akan selesai. Kalau lo coba cerita, masalah lo bakal terasa ringan dan kita bakal coba cari solusinya," ucap Avi meyakinkan Fino.

"Gue ngak papa. Cabut kantin aja yok. Laper gue," ucap Fino lalu bangkit dari duduknya dan berjalan terlebih dahulu menuju ke kantin.

Avi, Kai, dan Farel mengernyitkan keningnya heran. Ada yang salah dengan Fino hari ini. Lelaki itu sama sekali tidak menghampiri Putri sejauh ini. Biasanya, Fino akan mengajak mereka untuk ke kelas Putri atau Fino sendiri yang datang ke sana menghampiri gadisnya. Tetapi hati ini? Fino sama sekali tidak melakukan itu.

"Dia lagi ada masalah sama si Putri?" tanya Kaivan sambil menatap kedua sahabatnya.

"Entah. Ngak semangat hidup gitu si Fino. Gue rasa sih dia emang lagi ada masalah sama Putri. Kita ngak tau pasti. Kita cuman bisa berharap hubungan mereka baik-baik aja," ucap Farel pada Kaivan.

"Bukan kayak Fino yang biasanya. Dia kan biasanya ceria tiap hari. Ini tumben kek orang tipes. Lemes amat. Mana mukanya muka-muka orang bingung, sedih, kecewa gitu," ucap Avi sambil bersedekap.

"Itu masalah hubungan dia sama Putri. Kita ngak punya hak buat ikut campur. Biarin dia yang selesain sendiri," imbuh Farel.

"Nah. Kita cuman bisa doain yang terbaik. Ayo susul Fino. Kasian dia," ajak Avi yang berjalan terlebih dahulu.

***
Chelsie bingung karena sejak tadi Putri terus diam. Dia hanya mengatakan kalimat-kalimat yang hanya dia inginkan. Gadis yang biasanya banyak bicara dengannya itu kini diam saja itu membuat dirinya bingung.

"Lo kenapa Put?" tanya Chelsie pada Putri sambil memasukkan bakso kecil yang dia tusuk menggunakan garpu ke dalam mulutnya.

Putri yang sejak tadi diam sambil memainkan kuah baksonya pun mengalihkan pandangannya ke arah Chelsie yang bertanya.

"Ngak papa kok. Emang ada yang aneh?" tanya Putri kembali pada Chelsie. Dia berusaha terlihat baik-baik saja.

"Lo nyembunyiin sesuatu dari gue kan?" tanya Chelsie sambil membuka tutup air mineral yang tadi dia beli dan meneguk isinya.

Putri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Gue ngak papa. Emang kenapa sama gue?" tanya Putri kembali.

Chelsie mendengus kesal. Dia baru menyadari jika Fino sejak pagi tidak menghampiri sahabatnya ini. Bukankah Fino sangat bucin pada sahabatnya ini? Tentu itu membuat Chelsie heran.

"Dah lah. Ditanya malah nanya balik," kesal Chelsie lalu meletakkan botol air mineral sedikit dia banting.

Chelsie mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kantin. Dia melihat kekasihnya bersama para sahabatnya datang. Chelsie melambaikan tangannya pada Farel. Farel yang menangkap lambaian tangan dari Chelsie langsung menghampiri kekasihnya itu diikuti yang lain.

Putri mengalihkan pandangannya lada Fino. Dia melihat Fino yang terlihat dengan keadaan yang tidak baik. Dia menatap dalam Fino. Kedua tatapan yang saling mengunci satu sama lain. Terdapat secercah harapan diantara tatapan keduanya.

"Chel. Gue pinjem Putri bentar ya," ucap Fino begitu saja saat sampai di meja Chelsie dan Fino.

"Gue duluan," ucap Putri lalu meninggalkan meja tersebut. Fino langsung mengejar Putri yang berjalan terlebih dahulu.

Chelsie dan yang lain mengernyitkan keningnya heran dengan dua sejoli itu. Sepertinya hubungan keduanya sedang renggang.

"Lo tau mereka kenapa?" tanya Avi penasaran pada Chelsie.

Chelsie menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. Putri sama sekali tidak mengatakan apapun padanya sejak tadi pagi.

"Kayaknya mereka lagi punya problem sih. Gue ngak tau apa-apa tentang mereka. Putri juga diem terus dari tadi," jelas Chelsie pada Avi.

"Doain aja hubungan mereka baik-baik aja," ucap Farel pada kekasihnya itu.

Sedangkan Fino terus mengejar gadis yang ada di depannya sambil terus memanggil namanya. Putri kesal karena Fino yang terus memanggilnya. Dia membalikkan badannya dan melihat Fino yang berdiri di hadapannya dengan wajah penuh harap.

"Kenapa Fin?" tanya Putri pada Fino.

Fino melirik keadaan sekitar. Banyak murid yang menatap keduanya dengan tatapan kepo. Fino tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian. Fino memilih untuk memegang lengan Putri dan mengajak gadis itu ke taman belakang.

"Kenapa sih Fin?" tanya Putri sambil melepaskan cekalan lengan Fino. Putri memilih untuk duduk di kursi besi yang ada di taman tersebut.

"Maaf buat ucapan ibu gue kemarin," ucap Fino lirih sambil duduk di sebelah Putri.

Putri menghembuskan napasnya kasar. Kejadian kemarin tidak seharusnya Fino ungkit.

"Gue juga minta maaf buat kakak gue yang terlalu ngasih tekanan ke lo kemarin. Gue ngak tau kalau kak Ale bakal lepas kendali kayak kemarin," ucap Putri juga meminta maaf pada Fino.

Fino menganggukkan kepalanya. Alesya tidak salah karena telah memberikan tekanan padanya. Alesya wajar melakukan itu karena ini sepenuhnya kesalahannya. Tidak akan ada seorang kakak yang tidak sedih melihat adiknya terluka.

"Kak Ale wajar ngelakuin itu. Dia ngak salah. Ngak ada kakak yang diem aja ngeliat adiknya terluka. Setelah kepulangan lo sama kakak lo, bunda dapet kabar dari orang tua Chacha yang bakal batalin semua. Chacha berhasil buat yakinin orang tuanya dan nanti setelah pulang sekolah, bunda mau ketemu lo dan Chacha buat minta maaf," jelas Fino sambil mengalihkan pandangannya ke arah Putri dan menatap manik mata Putri.

Putri berpikir sejenak. Apakah ini akal-akalan dari ibu Fino? Tapi seharusnya Putri tidak berfikir buruk seperti itu pada ibu Fino.

"Lo ngak perlu khawatir kalau misalkan ini akal-akalan ibu gue. Ibu gue bener-bener mau minta maaf sama lo dan gue mau lo nerima ini lagi sebagai tanda hubungan kita berlanjut lagi. Lo mau lanjutin ini semua 'kan?" tanya Fino penuh harap pada Putri dan seolah mengerti kecemasan Putri. Fino  mengeluarkan kalung yang saat itu dia berikan pada Putri dan meletakkan di telapak tangan gadis itu.

Putri menerima kalung yang diberikan oleh Fino. "Kata ayah, selama masih bisa diperbaiki kenapa enggak. Kita bisa perbaiki semuanya. Gue harap, hubungan lo sama gue bisa membaik dan seperti semula lagi," ucap Putri tulus sambil memakai kembali kalung yang diberikan oleh Fino.

Fino tersenyum bahagia. "Serius lo? Makasih Put," ucap Fino senang lalu memeluk Putri.

"Gue bakal temuin ibu lo nanti. Tapi, lo ikut kan?" tanya Putri memastikan.

"Gue ikut. Malemnya, gue ketemu kak Ale. Gue bakal kasih jawaban ke dia," jelas Fino.

***
Tbc.
Gimana kawan? Dikit lagi beres nih. Asksksk. Jangan lupa vote, share, comment yaw.

See you next part.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang