Part 46 || Permintaan maaf

13 5 0
                                    

Bel cafe yang terletak di atas pintu berdenting pelan. Sepasang kekasih melanglahkan kaki mereka bersama. Mata Putri tertuju pada meja yang sudah diisi oleh ibu Fino dan Chacha. Hati Putri berdebar. Dia takut jika kejadian kemarin terulang kembali.

Fino mengenggam tangan Putri dengan erat dan menyalurkan energinya agar Putri tidak merasa takut.Ibu Fino bangkit dari duduknya saat melihat putranya datang bersama wanita pilihannya.

"Kalian udah dateng? Duduk dulu," ucap ibu Fino mempersilahkan keduanya untuk duduk.

Fino memilih kursi yang ada di sebelah Chacha. Posisi duduk Fino diapit oleh Chacha dan juga Putri.

"Tante ngundang kalian kesini bukan mau memaksa kalian berdua untuk melanjutkan perjodohan kalian dan meminta Putri menjauh. Tidak, bukan itu tujuan tante minta kalian kesini," ucap ibu Fino berbasa-basi terlebih dahulu.

"Tante disini mau menyampaikan permintaan maaf. Maaf karena tante udah hancurin hubungan Putri sama Fino. Maaf buaf Chacha yang harus yakinin ayah sama ibu kamu. Tante akui tante salah karena memaksa kalian. Maaf buat Putri karena kemarin tante bandingan kamu sama Chacha," ucap ibu Fino lirih sambik memandang 2 gadis yang ada di hadapannya.

"Ucapan Trisha kemarin benar. Dan ya, tante akui tante salah dan sekarang sadar akan kesalahan tante. Kalian berdua sama pentingnya buat Fino. Chacha yang udah nemenin Fino dari kecil dan Putri yang sekarang jadi cewek Fino. Maaf karena tante, hubungan kalian jadi renggang," lanjutnya berucap lirih karena merasa bersalah. Dia merasa bodoh karena telah mementingkan egonya ketimbang perasaan putra nya.

Putri dan Chacha saling pandang lalu tersenyum ke arah ibu Fino.

"Kita berdua ngak masalah. Saya tau tante mau yang terbaik buat anak tante," ucap Chaalista pada ibu Fino.

"Putri akui, omongan tante kemarin emang bikin sakit hati sih. Tapi lupain aja kejadian kemarin. Putri juga mau minta maaf sama perlakuan kakak Putri kemarin," ucap Putri juga meminta maaf atas perlakuan Alesya pada ibu Fino.

"Kakak kamu wajar bentak tante. Chacha juga wajar jadi pembangkang karena ngak nerima semuanya. Tapi kalian berdua mau memaafkan tante?" tanya ibu Fino menatap penuh harap kedua gadis yang ada di hadapannya.

"Tentu saja. Ngak ada salahnya maafin kesalahan tante. Chacha terima kok," jawab Chacha sambil tersenyum tulus ke arah ibu Fino.

"Putri udah maafin semuanya kok," tambah Putri yang juga tersenyum tulus pada ibu Fino.

Ibu Fino tersenyum lega. Akhirnya dia mendapatkan maaf dari dua orang gadis yang telah dia hancurkan kehidupannya beberapa hari lalu.

"Bun... hubungan Fino sama Putri dapet restu kan?" tanya Fino pada ibunya sambil memainkan jarinya dan dengan tatapan penuh harap.

Ibunya tersenyum lalu mengusap puncak kepala anak lelakinya itu. "Bunda perbaiki kesalahan bunda kemarin. Hubungan kamu sama Putri dapet restu dari bunda," ucap ibunya itu tulus.

Fino dan Putri saling pandang lalu tersenyum bahagia. Chacha yang mendengarnya juga ikut bahagia karena sahabatnya mendapatkan wanita yang telah dia perjuangkan selama 2 tahun dan mendapatkan restu dari ibunya.

"Makasih bunda. Fino pamit duluan ya sama Putri. Ada yang harus Fino omongin sama dia," ucap Fino kepada ibunya.

"Silahkan," ucap ibunya memberikan izin pada Fino.

***
"Kenapa lo bawa gue kesini?" tanya Putri menatap heran ke arah Fino yang duduk di sebelahnya sambil meminum air mineral.

Setelah berpamitan kepada ibunya, Fino mengajak Putri ke taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari cafe. Dia ingin bertanya pada Putri tentang hubungan Putri dengan Cio.

"Gue mau nanya soal hubungan lo sama Cio. Lo bersedia jawab jujur?" tanya Fino sambil meletakkan botol air mineral yang baru saja dia minum.

Putri mengangguk. Sudah pasti Fino akan bertanya soal ini. Mungkin, Fino bertanya karena Cio mengancam Fino akan merebut dirinya dari Fino.

"Sebelum lo nanya, gue jujur dulu. Cio memang ada rasa sama gue. Pertemuan pertama kita itu waktu misi beberapa minggu lalu di Inggris. Dia jalanin misi bareng sama gue, kak Ale, dan bang Arya. Dia jujur atas rasanya waktu gue pulang dari rumah lo beberapa hari lalu. Tapi, gue sadar. Gue anggap dia sebagai kakak gue sendiri dan gue tau kalau gue udah menjadi milik lo," ucap Putri jujur sambil tersipu saat mengatakan kalimat akhirnya.

Fino sempat bengong sesaat mendengar penuturan Putri. Jadi, Cio memang sudah memiliki rasa pada Putri sebelum dirinya memberikan jawaban pada Putri? Namun itu tidak masalah baginya. Itu hak Putri untuk memberikan rasanya pada orang yang dia suka. Fino tidak berhak menentukan cowok yang akan Putri pilih. Dia tidak bisa mengatur semuanya.

Fino menarik ujung bibirnya saat mendengar kalimat terakhir dari Putri. Gadis itu memang benar-benar telah menerimanya dalam kehidupannya. Dia tidak boleh menyia-siakan gadis yang telah mempercayai dirinya dan juga memperbolehkannya hadir dalam kehidupannya.

"Lo tau? Waktu Cio bilang mau rebut lo dari gue, hidup gue ngak tenang. Gue ngerasa bakal kehilangan semesta gue. Gue takut lo bener-bener milih Cio saat hubungan lo dan gue kemarin renggang," ucap Fino khawatir pada Putri.

Putri menggelengkan kepalanya pelan. Dia tidak mungkin membuka hati pada Cio yang sudah dia anggap sebagai kakak sendiri. Selebihnya, dia juga baru dekat dengan Cio beberapa minggu ini. Jadi, tidak mungkin dirinya bisa langsung berpaling dari Fino.

"Ngak lah. Bang Cio itu gue anggep kayak kakak gue sendiri. Dia mungkin ada rasa sama gue, dia ngancem lo kayak gitu biar lo ngak salah ambil langkah. Ibaratnya, dia pengen cewek yang dia suka ngak salah sasaran di tangan cowok lain. Walaupun dia ngak bisa milikin. Agak kasian juga gue sama dia. Tapi gue kan ngak mungkin langsung berpaling gitu aja. Terlebih, gue baru deket beberapa minggu sama bang Cio," ucap Putri jujur pada Fino.

"Iya juga sih. Tapi kan gue takut lo cepet berpaling. Makanya gue cepet-cepet mau memperbaiki semuanya sebelum dia rebut lo," kesal Fino pada Putri.

"Ya ngak gitu juga Fin. Gue nolak dia secara baik-baik. Kalau lo tau, waktu gue pulang dari rumah lo, di yang jemput dan ungkapin rasanya ke gue. Saat itu gue bisa aja nerima dia karena gue mau move on dari lo. Seandainya gue terima itu, keadaan lo sekarang gimana?" goda Putri pada Fino.

Fino mengetuk jarinya di kening miliknya seolah sedang berpikir.

"Keadaan gue sekarang? Jadian sama Chacha dan manas-manasin lo biar lo balik lagi sama gue dan putusin Cio," goda balik Fino.

"Ih ngeselin banget sih," ucap Putri kesal sambil memukul lengan Fino.

"Aw. Sakit Put. Gue cuman bercanda kali. Itu kan cuman kejadian lampau dan untung lo ngak ngasih jawaban sama Cio. Jadi ngak perlu khawatir. Seperti ucapan lo tadi. Sekarang lo milik gue dan gue milik lo," ucap Fino lalu mengarahkan tangannya ke arah tengkuk leher Putri dan menahannya. Mendekatkan kening Putri ke arah bibirnya lalu mengecupnya dengan lembut.

***
Tbc.
Adoh-adoh, dikit lagi abis nih. Part ending ada di next part kawan.Makasih yaw masih betah di cerita absurd ini. Kesan kalian selama baca cerita ini tu apa sih? Komen yok di samping.

Jangan lupa vote, share, comment juga yaw. Ramaikan pokoknya.

See you next part.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang