Part 35 || Dream Catcher

14 9 0
                                    

Terhitung sudah 4 hari mereka menghabiskan waktu berlibur di Jogja dan berwisata sepuas hati. Besok adalah hari terakhir mereka berada di Jogja.

Malam hari ini, Fino berencana mengajak Putri untuk ke malioboro dan menikmati suasana di sana. Menikmati malam yang sejuk sekaligus menikmati wisata kuliner maupun membeli pakian atau aksesoris khas Jogja.

Fino melangkahkan kakinya menuju pintu kamar Putri lalu mengetuk pintu tersebut. Terdengar jawaban dari dalam. Orang yang berada di dalam meminta agar pintu tersebut dibuka.

Fino membuka pintu tersebut dan menyembulkan kepalanya di sana. Dia melihat Putri sudah siap dengan pakaian dan sling bag nya.

"Udah siap?" tanya Fino sambil menyembulkan kepalanya di antara pintu dan tembok. Putri mengangguk sebagai jawaban lalu tersenyum simpul kepada Fino.

"Sekarang aja yok," ajak Fino.

"Boleh. Tapi pulang ngak terlalu malem. Lo tau kan besok pulang. Nanti takut telat bangun," ucap Putri memperingati Putri.

"Tau kok. Tenang aja gue bakal ajak lo pulang jam 11. Lagian ini juga masih jam 9. Ngak terlalu mal—AW. SAKIT ANJIR," ringis Fino begitu saja saat merasakan pukulan di belakang kepalanya.

Fino mengeluarkan kepalanya dari celah-celah pintu dan tembok lalu membalikkan tubuhnya. Dia melihat Alesya yang sedang berkacak pinggang di sana sambil memakan permen lolipop.

"Lo ngintip apaan hah?" tanya Alesya sambil berkacak pinggang.

"Ngintip orang ganti baju," ucap Fino ngasal sambil mengusap kepalanya.

Plak...
Kini bahu Fino yang di pukul oleh Alesya. Fino mendengus kesal karena calon kakak iparnya ini sangat ringan tangan sekali.

"Gue congkel mata lo. Ngintipin adik gue hah? Nikahin dia sekarang juga kalau lo ngintip adik gue ," dengus Alesya sambil menatap tajam Fino.

Fino mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa Alesya tidak ingin mendengar penjelasannya dulu. Ingin sekali Fino berteriak menghadapi Alesya yang gila ini.

"Lo gila kali ya? Yakali anjir gue ngintip anak orang yang belum gue nikahin. Put, keluar anjir. Lo ngak kasian apa ke gue di tempelengin kakak lo terus," ucap Fino dengan wajah memelas kepada Alesya.

Putri dari dalam terkekeh pelan mendengar itu. Kasian sekali wajah Fino yang terlihat memelas. Karena dia baik hati, jadi Putri keluar dari kamarnya dan menolong Fino agar tidak tekena amukan dari kakaknya.

"Udah kali kak. Dia ngak ngapa-ngapain kok. Fino ngajak Putri ke malioboro. Kak Ale mau ikut?" tawar Putri pada kakaknya.

Fino memelototkan matanya pada Putri. Kan ini hari dimana seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu berdua bersama. Kenapa Putri malah mengajak kakaknya.

"Boleh."

"Ngak."

Alesya dan Fino menjawab tawaran Putri secara bersamaan. Alesya menatap tajam ke arah Fino.

"Gue ikut," paksa Alesya kepada Fino.

"Ngak. Kak Ale ngak boleh ikut. Ini waktu gue sama neng Putri. Dari kemarin, gue ngak bisa ngehabisin waktu sama dia. Selalu aja ada gangguan. Kak Ale mending ngajak bang Stev aja sana," ucap Fino lalu mengenggam lengan Putri dan menarik gadis itu jauh dari jangkauan Alesya.

Putri yang ditarik paksa oleh Fino menatap lelaki itu dengan jengkel.

"Fino, lepasin tangan gue," ucap Putri sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Fino.

Fino menatap ke arah belakang. Dia lupa jika sedang menarik Putri dengan kuat. Dengan refleks, Fino melepaskan cekalan tangannya dan mengusap pelan dan halus bekal cekalannya tadi.

Peismatáris (Spin-off HS) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang