"Ah! Akhir-akhir ini jadi sangat membosankan." Yoona menggerutu sementara pandangannya terus fokus lurus kedepan. Sesekali kedua tangannya menggenggam setir mobil dengan geram. Yoona baru saja akan kembali bersuara saat tiba-tiba ponselnya berdering.
Yoona mendecak sebal saat mengetahui nama kontak ibunya yang tertera di layar ponsel. Ia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan. "Ibu, kalau ini tentang pernikahan aku tidak mau-"
"Cepat datang ke rumah sakit!"
Air muka Yoona langsung berubah. "A-apa?!"
.
.
.
"Untung saja Ayahmu tidak apa-apa." Ny. Im berujar sembari memijit-mijit pelan lengan suaminya. Tuan Im hanya tersenyum. Senyumnya begitu mengembang dan dia terlihat begitu bahagia.Sementara itu, Yoona yang duduk disamping ibunya hanya bisa menatap Ayahnya dengan wajah yang teramat kesal. Salahkan saja dokter Lee atas semua yang terjadi saat ini. Ya, satu jam yang lalu dokter Lee, yang merupakan dokter yang selama ini menangani kesehatan keluarga Yoona, mengatakan pada Yoona dan ibunya bahwa penyakit jantung Tuan Im semakin memburuk. Dan hal itu membuatnya tidak bisa untuk mendengar berita-berita buruk. Jadi demi kebaikan Tuan Im, dokter Lee yang juga paham dengan duduk permasalahan keluarga ini menyarankan pada Yoona untuk menyetujui usulan pernikahan yang dianjurkan Ayahnya.
Tentu saja, hal itu langsung disambut gembira oleh ibu Yoona. Dan Yoona ... ya, dia tidak punya pilihan selain menerima usulan pernikahan itu atau dia akan melihat Ayahnya meninggal dalam keadaan menyedihkan, karena keinginan untuk melihat putrinya menikah tidak terlaksanakan.
"Yoona, setelah keluar dari rumah sakit, Ayah akan langsung mengenalkan calon suamimu." ujar Tuan Im tersenyum senang sedangkan
Yoona mendesah pelan, lalu melengos. "Terserah."
.
.
.
Yoona menghembuskan napas cukup panjang. Ia menatap lekat-lekat pantulan dirinya di cermin. Malam ini adalah malam dimana Ayahnya akan mempertemukannya dengan calon suami pilihan Ayahnya. Well, karena orang tua Yoona juga tahu bahwa selama ini Yoona tidak pernah memliki teman dekat pria apalagi pacar. Hingga akhirnya merekalah yang memutuskan mencarikan calon suami untuk Yoona. Yoona mengenakan dress berwarna soft brown hasil desain-nya sendiri. Ia mengenakan make-up natural dan membiarkan rambut kecokelatan sebahunya tergerai bebas."Oke, siapapun kau... aku tidak akan..." Yoona seolah menggantung kalimatnya. Ia diam sejenak, mengepalkan kedua tangannya dan..
"Aaarrgghh!!"
.
.
.
Yoona berjalan kasar menuju ruang makan di rumahnya. Saat langkahnya hampir mendekati meja, ia berhenti. Disana ada Ayah, ibunya dan lelaki muda tengah menatap kearahnya."Yoona, cepat kemari."seru ibunya sembari melambai Yoona.
Yoona hanya diam, memandang lekat-lekat lelaki yang tengah tersenyum padanya.
Lantas Yoona membalasnya dengan tatapan mata menyipit. "Ya, lumayan." batin Yoona.
Lalu melanjutkan langkah, mendekati meja makan dan duduk disamping laki-laki yang akan menjadi calon suaminya.
"Selamat malam, Yoona."
Yoona hanya mengangguk dan menoleh sekilas. Tingkah tidak sopannya ini membuat Tuan Im nyaris menegurnya namun sang istri segera menahannya.Lelaki itu tersenyum tipis. "Namaku.. Park Chanyeol."
Yoona mengangguk sekali. Tangannya mulai sibuk menyiapkan makanan saat ia menyahut."Ya, aku tahu. Namamu Park Chanyeol, usiamu satu tahun lebih tua dariku. Ayah bilang kau adalah pria yang menyelamatkan Ayah saat Ayah kecelakaan mobil dulu. Ayah juga mengatakan, jika tidak ada kau mungkin dia sudah meninggal. Kau adalah anak tunggal di keluargamu, sama sepertiku. Kau lulusan dari universitas London dan saat ini bekerja di perusahaan Ayahmu. Setelah jadi suamiku, kau akan membantu Ayah di kantornya karena Ayah sudah tua dan membutuhkan penerus. Ayah bilang kau juga orang baik." kedua tangan Yoona berhenti dari aktivitasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•What a Married?• [M] ✔️
Cerita PendekMature content (21+) 🔞 Im Yoona mempunyai keinginan untuk menjadi seorang desainer terkenal dunia. Mengejar karir hingga tidak memperdulikan dengan sebuah pernikahan. Baginya itu sesuatu hal yang sangat dia hindari. Jangankan pernikahan. Melihat an...