Keping 21: Pahlawan 'Kami'

503 108 87
                                    

(Aku Siap)

Aku siap jika kau tak rasakan yang sama

Lebih siap jika kau mau tuk menerima

Tulus hati ini

Ingin membuatmu bahagia

Bersama mengukir cerita

.

Happy reading

🌻🌻🌻

Semua terdiam. Bahkan angin pun enggan menari usai Mila meneriakkan kalimatnya.

Ada tujuh belas pasang mata yang menatapnya tanpa kedip. Plus sepasang lagi milik seseorang yang demi Penguasa Langit, Mila tak sanggup untuk menatap orang itu tepat di wajah.

Malu, takut, merasa bersalah menjadi alasan terbesar Mila untuk tak menghadapkan pandangannya pada Arqam, lelaki kaya raya yang baru saja ia sabotase tanpa izin. Di depan orang banyak pula.

"Tadi itu kepelesat, hanya kepeleset, tak berniat yang begitu, sama sekali tak niat." Mila bergumam keras dalam hatinya, meyakinkan kalau ia masih bisa bertahan dalam situasi canggung seperti ini. Memberi penghiburan pada dirinya sendiri.

Pagi ini adalah pagi yang tak pernah Mila bayangkan akan menyapa hidupnya.

Benar-benar pagi yang penuh kejutan. Satu karena fitnah yang menimpa dirinya dan satunya lagi karena kecerobohan langkah awalnya.

Arqam ikut menatap Mila tanpa kedip? Tentu saja. Bukan karena ia kebobolan atau kalah cepat, ia hanya sedang kaku. Susah untuk memindahkan tatapannya, jadi tak punya pilihan lain selain hanya menatap Mila. Mana kelopak matanya berat lagi untuk digerakkan.

Arqam menahan ledakan rasa tak percaya dalam dadanya.

Ayolah, Mila baru saja melakukan sesuatu yang tak ada dalam benaknya. Mana mungkin ia akan baik-baik saja, iya 'kan?

Arqam beristighfar dan itu ternyata masih belum cukup untuk meredakan jedag-jedugnya.

Arqam hendak berlari masuk kamar, tapi sayang, memindahkan arah pandang saja ia sudah kesusahan.

Dibalik wajah tanpa ekspresi miliknya, Arqam menyimpan berjuta-juta jenis teriakan, mulai dari arrrh, asdhfjgkfk, haaa, huuu, whaa, sampai ma mo lagi ma, mo lagi. Dan si tampan mengulum semuanya itu rapat-rapat untuk diri sendiri.

Langkah awal yang Mila lakukan nampaknya tak seperti semboyan pegadaian yang mengatasi masalah tanpa masalah.

Dengan mengecup suaminya di depan Ibu-Ibu yang haus bukti, Mila justru malah menambah masalah ke dalam masalah.

Orang yang sedang makan bakso dengan level pedas paling tinggi tiba-tiba tersedak lalu terbatuk dan tak mendapati air di dekatnya pasti tahu bagaimana rasanya jadi Mila.

Pedih, perih, berkeringat, serasa hampir mati.

Dan hebatnya lagi, gadis manis itu mengiringi langkah awalnya menggunakan pertanyaan yang salah. Berlagak sok berani menutupi kegugupannya dengan redaksi yang tak ia pikirkan apa akibatnya, 'Ibuk-Ibuk semua mau bukti yang seperti apa tentang pernikahan kami? Perlu saya lanjutkan yang tadi?'

Ah, Mila benar-benar menambahkan minyak bud-bud ke dalam kobaran api.

Sekian menit tak membuka mulut karena syok, Bu Biyah menjadi orang pertama yang mencerotet, "ooo pantesan ya kau bisa mengelabuhi Arqam, bukannya malah malu, semakin kau lihatkan pada kami betapa murahannya kau. Main sosar-sosor aja, kau pikir kami apa ha? Patung batu Malin Kandang?"

ArqaMilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang