Keping 52 (A) : Cinta Kebalik

372 88 20
                                    

(Lovely)

Thought I found a way

Thought I found a way out

But you never go away

So I guess I gotta stay now

.


Happy reading

🌻🌻🌻

Mila malu pada dirinya sendiri sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, ia tak bisa menyembunyikan betapa bahagianya dia saat Arqam mengatakan kalau mereka harus bertemu.

Harus!

Dan itu malam ini juga.

Tanpa ada kesempatan untuk menolak.

Padahal dua jam yang lalu mereka baru saja berpisah.

Ah, Boss Besar memanglah. Selalu semaunya saja. Gadis yang sedang tertidur pun dibangunkannya tanpa tenggang rasa.

Mila keluar dari kamar mandi dengan wangi segar. Gadis manis itu membasuh wajahnya delapan kali. Memastikan tak lagi ada sisa mengantuk di balik kelopak matanya.

Setelah menjauh dari kamar mandi, Mila berjalan pelan ke arah lemari pakaian untuk mengambil baju terbaiknya. Gadis itu benar-benar memerhatikan langkahnya. Tak mau membuat keributan agar Rumaisha dan Ningrum tak terjaga. Maklum, kamar itu kecil, jadi wajar saja jika jarak antara kasur dan lemari tak terlalu jauh.

Sialnya, saat Mila sudah hati-hati dengan langkahnya, lemari tuanya tak mau bekerja sama. Ketika tangannya menarik pegangan pintu lemari itu, seperti perut kelaparan, si lemari mencicit tak kira-kira. Membuat Mila otomatis memutar kepalanya ke belakang untuk memastikan dua orang yang terlelap di kasurnya tak membuka mata.

Rasa lega langsung menyelimuti dada Mila saat matanya menangkap tak ada perubahan di wajah Rumaisha dan Ningrum. Kedunya masih sama-sama khusuk terpejam.

Ini tengah malam dan Mila seperti putri di negeri dongeng yang janjian diam-diam dengan seseorang tanpa diketahui oleh siapa pun. Seru-seru mendebarkan. Seolah-olah ketemuannya akan batal jika ada yang memergokinya berdandan.

Mila memasang baju terusan marunnya dengan sangat hati-hati. Menyampirkan penutup kepala bewarna senada di wajah bulatnya. Terlihat begitu menarik.

Tak seperti biasanya, dini hari ini Mila memilih untuk menegaskan lekuk bibirnya. Gadis manis itu menempelkan warna terang di bibirnya agar tak terkesan pucat dan mengantuk.

Lagian dia hanya berjumpa dengan Arqam saja. Tak ada yang lain. Jadi menutupi lebam di wajah dan luka kering di sudut bibirnya dengan berdandan rasanya bukanlah masalah besar. Ia tidak sedang berlebihan. Ia hanya ingin menampilkan yang terbaik. Ya, penampakan yang terbaik yang bisa ia tampakkan untuk seseorang yang telah ia beri posisi terbaik di hatinya.

Sangat manusiawi sekali, bahkan wajar jika hati selalu menuntun untuk melakukan, menampakkan, mengucapkan segala yang terbaik yang bisa diri lakukan dihadapan dia yang dicinta. Dan Mila, malam ini ingin mengambil seluruh beban itu agar Arqam tahu, seberapa pun kuatnya ia menolak bahwa ia tak berharap perasaannya diketahui Arqam, ia tetap tak bisa membohongi egonya bahwa ia ingin Arqam paham apa yang sesungguhnya ia rasa.

Mila tersenyum menatap cermin kecil yang tergantung di dinding dekat tumpukan bukunya. Mematut sudut jilbabnya dengan sangat hati-hati sambil terus memerhatikan wajahnya yang terpantul dalam cermin itu.

Gadis manis itu berdebar, malu, bahagia, takut, dan segalanya.

Gadis manis itu gelisah tak karuan, senang, berkeringat, dan sebagainya.

ArqaMilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang