(You are the reason)
I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, 'cause I need you to see
That you are the reason
.Happy reading
🌻🌻🌻
Ucapan Mila tak tersampaikan seutuhnya karena Arqam telah lebih dulu menghentikan pergerakan lidah gadis manis itu dengan melilit pinggang si gadis tanpa izin.
Arqam benar-benar merapatkan tubuhnya dengan tubuh sang istri tanpa celah. Merengkuh erat hingga tak terlihat lagi jarak di antara keduanya.
Mila tercekat. Apa yang tengah Arqam lakukan kini berhasil membuat paru-parunya terasa kehabisan udara. Sesak.
Ada dua jantung yang sedang beradu, dan di antara keduanya, tak bisa dipastikan milik siapa yang berdetak paling gila. Karena baik Arqam maupun Mila sama-sama sedang berjuang melawan perasaan aneh yang kini sedang menjajah ginjal mereka.
Mereka hampir sama tinggi. Dan dalam posisi seperti itu, jelas saja wajah mereka hampir sama datar.
Mila bahkan dapat merasakan deru napas Arqam yang tersengal-sengal tepat di telinga kanannya. Membuatnya sedikit tak nyaman karena selain Arqam, tak pernah ada lelaki dewasa yang memeluknya seintim ini.
"K-Kak..." Mila mencoba mengeluarkan suara, tapi tak bertenaga untuk menguatkan volumenya.
Arqam tak menjawab meski ia dengar dengan jelas Mila menyapanya.
Saat ini memang hanya Arqam saja yang memeluk. Sementara Mila tak membalas pelukan itu karena tangannya masih terkurung dalam kekangan lengan Arqam. Lagian, jika tangannya tak terkurung pun, Mila pasti akan berpikir seribu kali untuk memeluk balik tubuh Arqam.
"Kak, Mila ngep Kak. Bi-bisa lepas sebentar?" Mila memohon, mencari cara agar Arqam tak menahan tubuhnya lebih lama lagi. Deg-deg-ser soalnya.
Alih-alih menjawab menggunakan suara, Arqam justru mengeratkan kekangannya pada pinggang Mila. Menolak untuk melepaskan pelukan. Malah semakin berani menyandarkan dagunya di bahu sang dara.
Mereka kini belum masuk rumah. Masih berada di teras. Dan untung rumah besar itu punya halaman yang luas dan pagar yang tinggi.
Kalau tidak, apa yang Arqam lakukan saat ini mungkin akan jadi aksi viral sekomplek yang membuat Ibu-Ibu kembali berkumpul untuk menyerangnya, merumuskan hukum baru : bermesraan di luar rumah, meski sudah halal adalah tindakan kejahatan karena melanggar kedamaian hati kaum penyendiri.
"Kak, kalo kita terus kayak gini di depan pintu, Mila agak nggak nyaman Kak." Mila berusaha membujuk Arqam untuk kembali berjarak dengannya.
"Gue nggak peduli." Arqam menjawab datar.
"Tapi Mila peduli, Kak." Mila membalas setengah putus asa.
"Bodo amat." Arqam membalas seperti tanpa kasihan.
"Please Kak, bisa lepasin Mila 'kan?" Mila hampir habis kewarasan, takut khilaf mengeluarkan jurus bela dirinya. Bisa-bisa Arqam terbanting ke lantai tanpa perlawanan.
"Gue lagi ngehukum lo. Wajar lo ngerasa nggak nyaman." Arqam merespon asal permintaan Mila.
Ada aroma dark-mint yang kini tengah bersarang di hidung Mila. Aroma Arqam yang khas dan sangat gadis manis itu kenal. Yang membuatnya semakin tak kuat berdiri kalau terus dikekep seperti itu.
Dan demi mempertahankan sisa harga dirinya, dengan keberanian seujung kuku, Mila mencoba protes sekuat yang ia bisa. "Menghukum? Kak Arqam ngehukum Mila? Nggak kebalik nih? Bukannya harusnya Mila yang ngehukum Kakak? Yang mulutnya pedih kayak duri kaktus 'kan Kak Arqam."
KAMU SEDANG MEMBACA
ArqaMila
General Fiction[CERITA KE 3] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🌻 Kategori : baper menantang Bagaimana jika sebuah kecelakaan memaksamu menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk keponakan titisan kuaci gorengmu yang aduhai? Itulah yang Arqam alami. Bagaimana ji...