-❤-
Happy reading
🌻🌻🌻
Menunggui Galih hingga tersadar adalah misi utama Arqam dan Mila saat duduk disofa di balik dinding anyaman bambu ruang perawatan super duper kece itu.
Tapi entah kenapa, suasana percakapan, tekanan perasaan, konflik hati yang tak berselesaian malah mengantarkan keduanya pada kondisi yang sulit untuk dijelaskan meski kata-kata sudah dirangkai seindah mungkin bak kelopak teratai mekar.
Harusnya keduanya bahagia saat mendengar suara Galih. Berarti si latah sudah kembali ke alam makhluk fana. Misi terselesaikan.
Tapi kenyataannya tidak demikian. Saat mendengar suara Galih, Arqam dan Mila justru seperti anggota tim hadroh Darul Qalam yang ditinggal sebentar saat latihan lalu ketahuan menyanyikan lirik Yamet Kudasi alih-alih mengumandangkan Shalawat Badr.
Yamet kudasi, yamet kudasi, Bang Yamet parake dasi...
Keduanya memucat. Cemas mendadak. Takut dituduh yang tidak-tidak oleh Galih jika saja Galih melihat mereka dari balik anyaman bambu.
Maka usai suara Galih lenyap ditelan udara, Mila langsung mendorong Arqam sekuat tenaga, hingga membuat lelaki berhidung mancung itu tersandar ke sudut sofa, berantakan seperti serigala kalah lelang.
Lalu setelah memastikan Arqam menjauh darinya, si gadis manis gelagapan merapikan duduknya, menunduk sejadi-jadinya tanpa berani melihat ke arah Arqam.
Sementara Arqam, belum utuh pulih dari pusingnya karena terkejut oleh suara Galih dan mendadak di dorong Mila, langsung berdiri meninggalkan Mila tanpa kata dan berjalan ke ruangan tempat Galih berbaring.
Wajah si tampan memerah. Puncak hidung, tulang pipi dan cuping telinganya tak bisa berbohong. Malu dan kaget menjadi pemberi warna paling banyak dibentangan wajah setengah domestik setengah impor itu.
Tapi Arqam memaksakan langkah kakinya seolah ia baik-baik saja agar Galih tak curiga. "Alhamdulillah Galih, kau sadar Galih, kau sadar."
"Bang Boss?" Galih menatap heran pada Arqam. "Jadi ini bukan surga?"
Arqam menelan ludahnya susah payah, ia tak langsung menjawab tanya Galih. Lelaki tampan berhidung mancung itu sedang salah tingkah kini. Sesekali ia melirik ke arah dinding anyaman bambu, memastikan Mila masih ada di sana. Dan sesekali menatap Galih dengan canggung.
"Ini beneran bukan surga, Bang?" Galih bertanya ulang. Menatap ke sekelilingnya dengan tatapan yang berkali-kali lipat lebih heran. "Aku hidup Bang? Aku selamat?"
Arqam mengangguk, mendekat pada Galih dengan mata yang terus mengarah ke dinding anyaman bambu. "Ini rumah sakit, Lih. Bukan surga. Kau masih hidup. Masih Allah izinkan hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
ArqaMila
General Fiction[CERITA KE 3] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🌻 Kategori : baper menantang Bagaimana jika sebuah kecelakaan memaksamu menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk keponakan titisan kuaci gorengmu yang aduhai? Itulah yang Arqam alami. Bagaimana ji...