Keping 33 : Istri Gue... Masya Allah!

503 114 71
                                    

-doa kan semoga kisah ini bisa tertuntaskan-

-moga teman tak bosan berkunjung-

.

Happy reading

🌻🌻🌻

Mila kaget dong, bagaimana tidak? Rumaisha yang dia rapatkan ke tubuhnya tiba-tiba dijangkau paksa dari samping oleh seorang pria.

Lalu pria itu menggendong Rumaisha dengan pergerakan kilat tanpa bisa Mila cegah, dan setelahnya sang pria merapatkan jaraknya dengan Mila, berdiri sambil memasang wajah yang sangat ramah di sebelah kanan Mila.

Tak lama, pria lainnya juga muncul dari belakang si gadis manis. Ikut berdiri bersisian dengan Mila, menatap lurus ke arah empat panjaga yang ada di depannya.

Membuat empat penjaga yang tadinya kompak mencegat Mila lupa untuk mengatupkan bibir mereka.

Kejadian itu jika diuraikan dalam hitungan waktu hanya memakan sekitar lima belas detik saja. Ligat, cepat dan akurat.

Belum sempat meyakinkan para penjaga agar tetap mengizinkannya masuk, Mila sudah diapit dua pria yang tiba-tiba muncul dari arah yang sama dengannya.

Dua pria yang sangat para penjaga itu kenal. Benar-benar kenal.

"Ppa-Pak Juan... Ppa-Pak Galih..." Si penjaga yang posisinya paling dekat dengan Mila, yang paling nyolot omongannya, tiba-tiba menunduk usai menatap siapa yang kini tengah berdiri di samping Mila.

Sementara tiga rekannya hanya diam tak bersuara. Di dalam hati mati-matian merutuki diri.

Galih tersenyum tipis menatap empat penjaga yang sangat ia kenal itu, lalu memajukan langkahnya sambil melipat tangan ke dada, "jadi Kakak ini ceritanya nggak boleh masuk? Ditahan di depan dan disuruh balik pulang?"

Satpam jaga pojok kanan mengangguk cepat, "sesuai SOP Pak, semua yang boleh masuk adalah pekerja. Dan jika itu orang lain, maka harus ada bukti temu janji."

"Bagus." Juan menyorong dengan tangan yang semakin kokoh mendekap Rumaisha dalam gendongannya. "Bagus karena Bapak semua patuh pada SOP perusahaan kita. Tapi..."

Mila untuk saat ini hanya bisa diam. Dia diam seperti diamnya Rumaisha. Tak mau gegabah menyambung kalimat Juan yang terdengar seperti sengaja digantung.

Gadis manis itu tak mau mencak-mencak dihadapan Galih dan Juan, mengadu untuk menyudutkan para satpam penjaga. Mila sadar, mereka memperlakukan dirinya seperti itu karena memang itulah pekerjaan mereka. Sedang cari nafkah untuk keluarga.

Mendapati Galih dan Juan ada di dekatnya disaat paling tepat tanpa ia duga sudah sebuah pertolongan baginya. Jadi, kenapa ia harus menyuramkan nasib orang lain sementara tanpa sepengetahuannya Allah membantunya lewat kehadiran rekan suaminya? Iya 'kan?

Kalau hati Mila busuk, gampang saja bagi gadis itu untuk bersuara menyudutkan empat satpam tadi di hadapan Juan dan Galih. Dan mungkin lusa, empat satpam itu tak lagi berdiri di depan pintu masuk.

"Tapi..." Juan masih menahan kata-katanya, sedikit mengambil langkah maju dan membuka topi putih milik Rumaisha, lalu menghadapkan Rumaisha pada empat satpam yang ada di depannya, "tahu ini siapa?"

Empat satpam yang dipampangkan wajah Rumaisha langsung terperangah tanpa dibuat-buat. Susah payah menetralkan keterkejutan mereka.

"Put-putri Pak Arham?" keempat penjaga gelagapan tak jelas.

Galih mengangguk, lalu mencebikkan bibir bawahnya dengan samar. "Jadi, kira-kira kalau itu putrinya Pak Arham, Ibuk ini berarti ada hubungannya dong deng..."

ArqaMilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang