Keping 34 : Punyanya Siapa?

465 109 78
                                    

-maaf jika kepanjangan, teman. semoga tak bosan-

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Happy reading

🌻🌻🌻

Siang ini, di luar gedung lima belas lantai milik ayah Arqam, matahari sedang bersinar dengan pongahnya. Royal berbagi cahaya untuk seluruh penjuru kota. Panas tak kira-kira.

Dan seolah mengilhami teriknya mentari yang ada di alam bebas, ruangan Arqam juga tak mau ketinggalan, ikut-ikutan panas tak karuan.

Padahal pendingin ruangannya berfungsi, sangat baik malah. Lima belas derajat di bawah suhu normal. Sedikit lagi angkanya digeser ke bawah, alamat selimut bakalan berfungsi dalam ruangan itu.

Nampaknya apa yang barusan Ratna sampaikan cukup menjadi pemicu berkobarnya hawa hareudang dalam ruang kerja Boss Besar.

Pemikiran penuh ketidaksangkaan berterbangan diseluruh penjuru ruangan. Menguar dari kepala Juan, Tania, Galih dan terlebih Arqam.

Hanya si comel yang tak tahu apa yang kini tengah terjadi. Magister? Asisten dosen? Cumlaude? Tidakkah itu hanya seonggok kata tak penting bagi Rumaisha? Coba bahas kuaci Mang Ujang, permen kapas dan air mancur, mungkin Rumaisha bakalan ikut nimbrung, mengemukakan idenya bahwa makan kuaci di depan air mancur sambil menggenggam permen kapas adalah nikmat dunia yang terlalu kurang ajar jika tak disyukuri.

Arqam tak tuli. Ia dengar, ia cerna, ia paham semua kata yang Ratna sampaikan tentang Mila.

Lelaki berhidung mancung itu sudah semakin mendekatkan jaraknya dengan Mila, terus menggumamkan 'masyaAllah istri gue' tanpa henti. Dan membiarkan Rumaisha mengekorinya di belakang.

Arqam menuju Mila.

Jelas sekali menuju Mila.

Tak peduli dengan empat orang lain yang kini menatapnya tanpa suara.

Sementara Mila yang sadar bahwa jaraknya dan Arqam semakin menyempit hanya bisa menggeser posisi berdirinya perlahan ke belakang. Berupaya untuk tetap di bawah kontrol. Tak mau membongkar apa yang seharusnya tak dibongkar.

Mila menggeleng pelan. Berusaha membuat Arqam paham bahwa mereka tidak berdua saja di ruangan itu.

Tapi sayang, pandangan Arqam mengabur kini. Ia tak bisa mengangkap dengan jernih maksud kode yang Mila lemparkan padanya.

Dalam benak lelaki berhidung mancung itu bermunculan desingan kalimat menjatuhkan, bahwa ia tak tahu apa-apa tentang Mila. Benar-benar tak tahu apa-apa tentang istrinya. Ia tak tahu warna kesukaan Mila. Tak tahu ukuran sepatu Mila. Tak tahu harus membelikan hadiah apa untuk Mila. Tak tahu Mila ternyata begini. Dan tak tahu Mila ternyata begitu.

ArqaMilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang