-❤-
Happy reading
🌻🌻🌻
Di dekat gerbang dengan pagar besi yang tingginya melebihi tinggi badan orang dewasa, enam setengah manusia yang berdiri berhadapan masih bertahan dengan posisi mereka masing-masing.
Enam yang dewasa saling tatap dengan raut kekhawatiran yang sama.
Menyisakan setengah manusia lainnya yang mendesak dengan tanya penuh penasaran, "Om Juan, Om Galih, Tanmi, Tante Tania, Tante baru, emang yang Ombi baca apa sih? Cerita buat Ruru ya? Kertas yang nenek itu beri ke Ruru isinya dongeng ya?"
Pertanyaan Rumaisha memaksa Juan semakin mengeratkan kekangan gendongannya di tubuh gadis berpipi semok itu.
"Semua kok pada diam? Nggak asik tauk!" Rumaisha masih bersuara, kali ini tangannya ia panjangkan untuk menjangkau kertas yang Arqam pegang.
"Jangan Ru." Arqam mengelak cepat. Tapi matanya tak sanggup ia alihkan ke wajah si comel. Takut menangis soalnya.
Galih baru bisa bernapas normal usai membuag jauh-jauh rasa takutnya, seperti Rumaisha, kini ia juga mengulurkan tangannya kepada Arqam, "sini aku yang pegang kertas itu, Bang Boss. Udah, nggak usah dibaca ulang-ulang. Mengganggu ketenangan batin aja."
Arqam tak menahan uluran tangan Galih, dengan gampangnya ia memberikan kertas itu pada Galih.
Dan tentu saja apa yang Arqam lakukan memancing protes si comel, "giliran Om Jel- eh Om Galih yang minta dikasih gitu aja. Kalo Ruru yang minta dilarang. Ombi mah nggak asik, sayang sama Om Jelek ketimbang ama Ruru. Jangan luk mi in di ais lagi ama Ruru kalo gitu."
Tania dan Juan yang mendengar omelan Rumaisha tak kuasa menahan tawa, mereka terkekeh pelan sambil membuang wajah.
Sementara Galih yang dimention Rumaisha hanya bisa nyengir tanpa perlawanan. Kondisi sedang tak kondusif untuk buka babak perang lidah soalnya. Ketimbang kesal, rasa kasihannya lebih merajai untuk si comel.
Hanya Mila yang sama sekali tak merasa terhibur dengan celotehan Rumaisha. Matanya kosong menatap lurus ke arah gadis lincah yang kini ada dalam gendongan Juan.
Mila berdiri dengan tubuh yang sengaja ia topangkan pada Ratna. Meminjam kekuatan mantan mahasiswinya itu.
Mengetahui isi kertas yang Arqam bacakan tadi cukup membuat hari Mila kelabu seketika. Jelas ia tak terima jika ada orang yang tega menggunakan anak kecil yang menggemaskan seperti Rumaisha sebagai alat.
Hening beberapa detik, akhirnya Juan yang baru saja berdamai dengan tawanya angkat bicara, matanya menatap pada Arqam yang berdiri tepat di depannya, mencoba mendiskusikan topik yang lebih serius dan masuk akal, "jika orang itu ingin berbuat jahat pada Ruru, pasti sudah dia lakukan dari tadi. Bukankah Ruru bilang dia hanya sendiran di gerbang ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ArqaMila
General Fiction[CERITA KE 3] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🌻 Kategori : baper menantang Bagaimana jika sebuah kecelakaan memaksamu menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk keponakan titisan kuaci gorengmu yang aduhai? Itulah yang Arqam alami. Bagaimana ji...