-ini panjang dan semoga tak bosan, teman-
-❤-
Happy reading
🌻🌻🌻
Rumaisha oh Rumaisha, kepolosannya nyaris membawa bencana. Tapi tak apa, toh menyenangkan. Kapan lagi si comel menyudutkan Arqam di depan yang lain kalau tidak sekarang 'kan? Mumpung pada ngumpul.
Sesaat setelah gadis comel itu mengeluarkan kalimatnya, mata Tania, Juan dan Ratna langsung menatap Arqam dan Mila bergantian.
Kata istir yang keluar dari mulut Rumaisha bukanlah kata-kata yang sulit untuk dimengerti 'kan?
Tapi jangan kira kalau si comel sudah selesai. Justru ia baru memulai. Tadi itu hanya ekspansi awal, bombardirnya baru akan on the way.
Rumaisha masih berdiri dengan bangga dan berani di atas kursi. Terlihat hampir sama tinggi dengan Juan yang ada di seberangnya.
"Ruru sebenarnya sampai sekarang bingung kenapa Bu Nin bilang Tanmi itu istirnya Ombi. Ruru nggak tau istir itu apa, Tante Tania. Maap yak, muehehe." Rumaisha tertawa ringan, tak peduli pada tatapan terkejut Tania. "Tapi Ruru mah bodo amat, yang penting kalau di rumah... kalau di rumah..."
Rumaisha terlihat kebingungan menyambung kalimatnya. Untung Ningrum yang ada di belakangnya sigap memberi ide. Ibu tua itu terlalu amat senang dengan budaya embernisme yang Rumaisha anut. "Kalau di rumah biasanya Tanmi nggak pakai jilbab, Ru. Mau bilang itu 'kan?"
"Iya! Bu Nin hebat! Ruru baru mau mikir begitu, tapi belum kesampaian." Rumaisha memutar tubuhnya ke arah Ningrum, mengacungkan dua jempol semoknya. "Kalo di rumah Tanmi nggak pakai jiblab, Tante Tania. Kata Tanmi nggak apa nggak pakai jiblab kalau di rumah, karena Ombi sama Tanmi itu seperti Ayah dan Ibuk Ruru."
Tania susah payah menelan ludahnya.
"Tapi waktu kemarin-kemarin Om Jeel-Lih di rumah, Tanmi nggak pernah buka jiblab. Kata Ombi nggak boleh nggak pake jiblab kalo ada Om Jeel- eh Om Galih, soalnya berdosa kalau rambut Tanmi keliatan ama Om Jeel-Lih. Tapi kalau keliatan sama Ombi nggak apa, dipegang juga nggak apa-apa. Iya 'kan Ombi?" Rumaisha berceloteh dengan polosnya, tersenyum bangga ke arah Arqam.
Sementara Mila yang berdiri di dekat Ratna sudah mulai kabur pemandangan. Takut menatap Arqam. Berprasangka bahwa setelah ini ruangan VVIP Galih yang bak surga bakalan berubah jadi arena balap liar dengan tunggangan aligator.
Namun, sebelum kehebohan yang Mila persangkakan terjadi, ternyata Ningrum telah lebih dulu memanfaatkan keadaan dengan sempurna. Ia mengontrol lidah Rumaisha menggunakan pikirannya. Menampakkan pada Arqam dan Mila bahwa ia benar-benar pendukung mereka. Kepala arak-arakan. Ketua di atas ketua para shipper. Murni hengkang dari paguyuban emak-emak pecinta sinetron Ikatan Dinas demi Arqam dan Mila. "Soal peluk dua dua juga bisa tuh Neng Ruru kasih tau. Tadi 'kan belum Neng Ruru jelasin."
Mendengar ucapan samar Ningrum yang berdiri tegak lurus di belakangnya, mata Rumaisha langsung membulat. Seketika si gadis polos dengan pipi penuh berkah itu kembali berteriak, "oh iya, satu lagi Tante Tania, tadi 'kan Ruru bilang soal peluk dua dua, jadi..."
Tania tak bisa membuka mulut. Tapi matanya memberi kode pada Rumaisha untuk terus lanjut berbicara. Meski ia tahu harus membayar dengan apa rasa penasarannya.
Sementara Galih yang dari tadi hanya berbaring tenang di atas ranjang perawatan menarik selimutnya perlahan, berniat untuk melingkupi dirinya dengan selimut itu sampai ke kepala. Bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ArqaMila
Fiksi Umum[CERITA KE 3] Follow biar Teman bisa baca semua chapter 🤗 🌻 Kategori : baper menantang Bagaimana jika sebuah kecelakaan memaksamu menjadi Ayah sekaligus Ibu untuk keponakan titisan kuaci gorengmu yang aduhai? Itulah yang Arqam alami. Bagaimana ji...