Keping 43 : Pesan untuk Ruru

510 101 49
                                    

-Kok pestanya malah Ruru ama Bu Nin aja yang ada di rumah? Yang lain ke mana? Nggak seru jadinya kaaan-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Kok pestanya malah Ruru ama Bu Nin aja yang ada di rumah? Yang lain ke mana? Nggak seru jadinya kaaan-
.
.

Happy reading

🌻🌻🌻

Mila tak tahu apa yang ada di pikiran Arqam usai dirinya menyampaikan apa yang harusnya ia sampaikan. Tapi Mila cukup paham betapa Arqam sedang tidak baik-baik saja sekarang.

Deg-degan gadis manis itu karena tak lagi dipanggil dengan sapaan lo oleh Bossnya sepertinya tak sebanding dengan deg-degan yang sang Boss tanggung hingga si Boss menghentikan laju mobil secara mendadak. Tapi jujur, Mila tak mau mencari tahu lebih dalam alasannya, sang dara takut berharap soalnya

Maka kini, di tengah jalan ini, saat Arqam mendadak memeluknya usai memberhentikan laju mobil dengan tiba-tiba, Mila hanya bisa berdiam diri. Menerima pelukan Arqam meski jantungnya serasa ingin meledak.

Tadinya ia berniat untuk protes, tapi sayang, Arqam sudah membungkam protesnya dengan ucapan 'ssst' terlebih dahulu.

Dan siapa pun warga negara di negeri ini pasti paham arti 'ssst' itu apa.

Oleh karenanya, sebagai warga negara yang baik, yang taat administrasi, yang lengkap surat-surat diri, Mila tak lagi bersuara saat perintah 'ssst' Arqam tertuju untuknya.

Arqam memeluk dirinya erat, di dalam mobil yang terparkir tepat di badan jalan, di tengah teriknya mentari yang bersinar seolah tanpa rasa kasihan, dan di antara bisingnya klakson pengendara lain yang penuh kejengkelan.

Kalau kamu ingin bantu, maka kamu bisa peluk¸ kalimat Arqam yang itu nampaknya mengandung makna sangat dalam. Yang tak sembarang terucap. Yang tak asal-asalan tersampaikan demi menutupi deg-degan.

"Semua pasti ada hikmahnya Kak, insyaAllah selalu ada hikmahnya." Mila bersuara lembut. Memberanikan diri menggerakkan tangannya untuk menepuk pelan punggung Arqam. Menguatkan.

Arqam tak merespon ucapan Mila dengan kata-kata. Ia hanya mempererat kekangan lengannya di tubuh Mila dengan wajah yang ia pepatkan ke ceruk leher sang dara, terisak tanpa suara di sana.

Mila merasakan dengan jelas ada air yang menembus lapisan jilbabnya, menyentuh tanpa permisi kulit lehernya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan air itu terus dan terus bertambah.

Dalam kondisi Arqam yang seperti itu, nampaknya diamnya Mila adalah wujud simpati paling keren yang patut dihadiahi.

Gadis manis itu tak bersuara, ia meminjamkan tubuhnya dengan ikhlas, memberikan tepukan pelan di punggung Arqam dengan penuh kelembutan, dan mendoakan yang terbaik untuk Arqam di dalam hati dengan segala bentuk kesungguhan.

Terkadang benar, kita hanya butuh kehadiran seseorang untuk bisa sedikit lebih kuat menghadapi kelabunya kenyataan. Tak perlu ia bicara. Tak perlu ia muluk meyakinkan bahwa ia akan membantu kita. Cukup dengan dia ada di dekat kita, cukup dengan dia hadir bersama kita, tanpa sepatah kata pun terlompat dari bibirnya, kita sudah jauh lebih kuat dari yang sebelumnya. Percayalah. Dan Arqam terhadap Mila, sungguh merasakan hal itu.

ArqaMilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang