Hai balik lagi sama cerita ini huhuhuu........
Gimana-gimana ada yang nungguin gak? Nungguin lah masa enggak🖤
Jangan lupa vote and spam komennya ya manteman.......biar cepat up nya hehe"Tolong, jangan pergi meninggalkan. Karena aku belum sempat menggemgam mu, ijinkanlah aku menggenggam mu dengan erat agar cinta ini tak harus sendirian lagi."
.
.
."Double kill."
"Triple kill."
"Woy cepet woy itu dikit lagi anjir, gol gol Goll," teriak Angga kesal sekaligus geregetan karena musuhnya ingin kabur.
Rizal menimpuk kepala Angga menggunakan bantal yang tersedia di sofa, Agam asik menggeser layar ponselnya cepat serasa membunuh Minion.
"Pala lo gol, lo kira lagi main bola"" ujar Ridho.
"Serah gue anjim yang ngomong kan gue, kecuali gue minjam mulut lo nah baru lo boleh sewot," jawab Angga kesal.
Lyta memandangi satu persatu teman-temannya dengan perasaan dongkol, ada perasaan dendam didalam hatinya.
Ingin sekali dirinya menjambak satu persatu rambut keempat cowok itu dengan ganasnya.
"Gak tau malu banget lo pada, sampe malam-malam gini belum pulang. Ribut lagi, kalian kira rumah gue kos kosan apa?" ujar Lyta marah, mereka terlihat acuh tak sama sekali merasa tersindir sedikit pun.
Mata Lyta beralih memperhatikan mejanya yang terdapat satu buket bunga. Teringat sesuatu di kepalanya, tentang misteri siapa yang mengirimkannya bunga tersebut.
Lain dengan Anna yang sedari tadi tersenyum menghadap ponselnya, entah apa yang terjadi dengan gadis itu.
Cintia tiba-tiba saja datang, Cintia menghela nafasnya dan matanya beralih menatap Lyta yang terlihat sangat kesal di atas tempat tidurnya.
"Ehem, masih pada main ya?" tanya Cintia mengalihkan atensi mereka.
"Astaghfirullah," ucap Ridho kaget hingga cowok itu terlonjak kaget dari duduknya.
Lain dengan Angga yang langsung berdiri dengan wajah tegangnya. Mereka semua melongo kecuali Lyta yang terlihat acuh.
"Kenapa pada kaget?" tanya Cintia lagi.
Rizal menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Heheh anu Tan."
"Anu?" bingung Cintia.
"Iya itu anunya Rizal mati," ucap Rizal terlihat gugup.
"Anu kamu mati? Maksudnya alat kelamin kamu Zal, kenapa gak dibawa kerumah sakit zal," ucap Cintia khawatir.
Sementara yang lainnya terlihat saling menatap dan tertawa karena hal itu, Rizal berhasil membuat satu ruangan ketawa dibuatnya.
Rizal lagi-lagi menggaruk kepalanya prustasi, cowok itu sudah kehabisan akal. Yang dia maksud anu itu bukan miliknya melainkan game ML yang ia mainkan.
"Enggak Tante, bukan punya Rizal tapi game ML nya Rizal yang mati," jelas Rizal kesal.
Cintia menghela nafasnya lelah menghadapi berbagai macam sifat anak muda pada jaman ini.
Cintia menggelengkan kepalanya, perempuan itu turun kembali kebawah setelah mengatakan sesuatu kepada mereka.
"Matikan dulu game nya Tante udah masakin buat kalian, langsung turun kebawah jangan nanti-nanti."
Mereka meringis mendengar penuturan bunda Lyta yang terdengar sedikit mencekam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyta
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA! TAMAT (September 2021) Lengkap✓ "Itu tanda kepemilikan, ingat lo milik gue!" ujar Elang seraya membenarkan buku di rak yang hampir jatuh mengenai kepala Lyta. Merasa tidak mendapat respon dari Lyta, Elang tersenyum tipi...