31. LYTA✓

3.2K 264 179
                                    

Cepet kan up nya, rajin-rajin vote ☺️

Dari 600 orang yang baca di part 30 dan yang vote gak nyampe 100 😭
Yang lainnya kemana aja eh🔪 sedih, kesel tapi gak bisa marah........

Yaudah lah☺️🙏

Yaudah lah☺️🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

Genap sudah 1 bulan Elang berpacaran dengan Lyta, dan hari ini Lyta menyiapkan sesuatu yang akan ia berikan kepada cowok itu.

Dengan langkah pelan Lyta keluar dari kamarnya menyusuri setiap anak tangga, ia menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan makanan di ruang makan.

"Pagi bund," ucap Lyta yang langsung memeluk bundanya dari belakang.

"Astaga, kamu tuh datang-datang bikin rusuh aja, sana mending kamu susun piring sama gelasnya," ujar Cintia yang jengah terhadap kelakuan putrinya.

"Iya," ujar Lyta kesal.

Dilihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, ia berlari ke dapur dan mengambil satu kotak makan yang sudah ia sediakan. Bukan kotak makan sembarangan, karena gadis itu memasaknya sendiri hari ini tanpa bantuan dari ibunya. Hanya untuk Elang, jadi ia melakukan nya.

Ia hari ini berangkat di antar oleh supir karena ayahnya masih belum keluar dari kamarnya, gadis itu menetralkan wajahnya yang terlihat senang pagi ini. Ia tarik kotak makan itu di dalam tas kecil. Gadis itu berniat memberikan makanan ini saat waktu istirahat pertama.

Ia ingin tahu bagaimana reaksi Elang saat mencicipi makanan pertama yang ia buat untuk cowok itu.

SMA Angkasan, gadis itu turun dari mobilnya lalu masuk kedalam lingkungan sekolah yang masih lumayan sepi.

Tak ada yang memandangnya aneh lagi, semenjak kejadian yang menimpa dirinya saat Mauren ingin melukainya, semenjak itu pula para murid SMA Angkasa tak ada yang berani menjelekkannya.

"Aghh untung belum ada yang dateng," ujar Lyta seraya menetralkan nafasnya.

"Woy!" Lyta terlonjak kaget, ia menatap tajam pelaku yang membuat jangtungnya serasa ingin melompat dari tempatnya.

"Bisa gak sih lo gak usah teriak?"

"Gak bisa lah, habisnya gue dari tadi liatin lo kayak orang aneh. Jalan di koridor juga kek gelagat mo maling, wah jangan-jangan mau maling beneran lo Lyt," celetuk Kaca menginterogasi Lyta, ia memegang dagu Lyta sambil meneliti wajahnya.

"Ngadi-ngadi mulu kerjaan lo Ca," Lyta menggeplak tangan Kaca yang bertengger di dagunya.

"Yee salahin muka lo noh, muka-muka maling."

"Enak aja," tukas Lyta kesal.

Kedua orang tersebut akhirnya hanya duduk di kursi masing-masing, ada yang memilih membaca Wattpad dan memainkan handphone.

Lyta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang