44. LYTA✓

2.5K 224 315
                                    

"Pasang alat pernafasannya dan ganti infusnya, terus awasi detak jantungnya" ujar sang dokter pada suster sebelum keluar dari ruat rawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pasang alat pernafasannya dan ganti infusnya, terus awasi detak jantungnya" ujar sang dokter pada suster sebelum keluar dari ruat rawat.

Abram mengepalkan tangannya erat, ia menghela nafas berat saat mengetahui dokter yang memeriksa putranya keluar.

"Bagaimana keadaannya dok, tak ada gejala berat yang terjadi bukan." Abram menatap dokter dengan perasaan campir aduk.

"Pukulan kuat yang diterima Elang pada kepalanya membuat pembuluh darah di kepalanya membengkak," jelas dokter itu.

Rahang Abram mengeras. "Lalu, mengapa putra saya mengeluarkan darah dari mulutnya?"

Dokter itu menghela nafas berat, ia lantas menjelaskan dengan detail tentang permasalahan penyakit yang di derita oleh Elang.

"Elang mengidap gagal ginjal."

Deg.

Abram menatap dokter itu tak percaya. "Tapi dok sejak kapan?"

"Sudah sejak dua minggu belakangan ini," ujar dokter itu.

"Apa putra saya sering datang kemari?" tanya Abram memastikan.

"Ya, saya menyuruhnya untuk melakukan cuci darah namun dia hanya datang dan meminta obat penenang, kalau begitu saya izin pergi dahulu," ucap sang dokter, lalu melangkah pergi meninggalkan Abram yang memijat pelipisnya.

"Kenapa semuanya jadi begini," gumam Abram.

Nenek Elang masuk kedalam dan menatap cucunya sayang, ia mengusap lembut wajah Elang. Elang menyingkirkan tangan neneknya itu pelan karena tubuhnya lemah.

"Jangan sentuh gue," ucap Elang seperti bergumam.

"Nak, kenapa tak pernah memberitahu jika kamu mengidap penyakit gagal ginjal," ujar Sarah, nenek Elang lembut.

"Urusan saya itu bukan urusan anda," kata Elang sambil memejamkan matanya.

"Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu? Saya ini nenek kamu Elang." Sarah menggenggam tangan Elang.

Abram masuk dan menghela nafas berat. "Lebih baik anda pulang."

"Abram!" Sarah menatap putranya tak habis pikir.

Sarah mengalah, kali ini ia akan mengalah demi cucu nya sembuh. Sarah keluar tanpa berkata satu kata pun.

Abram menatap putranya itu, ia mendekat. Abram tau betul jika anaknya itu butuh kasih sayang seorang ibu. Ia menghela nafas berat dan menepuk pundak Elang.

"Bagaimana keadaan mu?" tanya Abram.

Elang diam, lelaki itu hanya berpura-pura tidur demi menyembunyikan rasa sakit yang menjalar di tubuhnya. Tanpa ia sadari, ia menitikkan air matanya.

Elang tak mampu membendung rasa sakitnya itu.

"Pah," gumam Elang.

Abram mengusap lembut kepala putranya. "Maafkan papa yang belum bisa merawat mu dengan baik, maafkan papa yang tak bisa menjadi ibu untukmu."

Lyta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang