51. LYTA✓

2.2K 226 309
                                    

Lyta memainkan jari-jari kakinya, ia merenung di balkon kamarnya seorang diri. Ia menelungkup kan wajahnya di sela kaki, sudah seminggu lebih ia tidak bertemu Elang, cowok itu bilang akan pulang namun mana buktinya, Elang mengingkarinya lagi.

"Apa ada bule yang lebih cantik dari gue disana? Bodoh! Pasti banyak lah."  Lyta menggerutu kesal.

Lyta duduk tegak, ia menatap cincin di jari manisnya tidak suka. "Gunanya lo di jari manis gue kayaknya sebagai sogokan deh, sogokan biar tuh cowok nyebelin bisa lama-lama di London!"

Dengan mulut yang bergumam tanpa henti, Lyta dengan wajah kucelnya itu mengambil handphonenya di saku celana. Kepalanya ia senderkan pada besi pembatas balkon. Ia mengetikkan sesuatu di layar handphone miliknya.

Elang nyebelin😡

Gue udah nunggu!

Mau berapa lama lagi disana?

Gak usah pulang sekalian!

Nyebelin!

Kalau lo kelamaan disana jangan salahin gue kalau misalnya gue nerima lamaran cowok lain! Bye.

Read.

Lyta rasanya ingin berteriak kencang dan memaki Elang. Matanya memanas menahan tangis! Hanya di read saja? Elang benar-benar tak memikirkan hatinya yang gelisah.

Selama seminggu ia tak mendengar suara Elang, dan selama seminggu pula ia tak saling menerima kabar, dan selama Elang mengingkari janjinya untuk pulang, ia berusaha mencari kabar cowok itu, namun apa? Elang hanya membaca pesan nya saja tanpa berniat ingin membalas.

Brakk!

Lyta melempar handphone nya itu hingga jatuh kebawah, tidak peduli tentang Elang yang mungkin saja memberinya kabar nanti, perasaan kesalnya lebih besar dari itu.

"Lyta ini kenapa handphone kamu main dibanting aja?" teriak Cintia, bunda Lyta dari bawah.

Lyta menatap kebawah dan menatap bundanya. "Biarin aja!"

......

Elang merebahkan tubuhnya ke kasur, ia menatap langit-langit kamarnya. Ia memejamkan matanya sebentar.

Ia kembali terduduk dan menatap pesan yang kekasihnya itu kirimkan. Lucu!

"Tunggu sebentar lagi sayang," ucap Elang.

"Kelamaan! Awas nanti keburu yang lain," sahut Abram tiba-tiba.

"Ada hak miliknya pa," celetuk Elang.

Abram tertawa. "Terserah kamu saja, Papa hanya ikut mau kamu."

"Makasih Pah," ucap Elang.

"Jangan lupa ke makam mama kamu," kata Abram tersenyum tipis, lalu meninggalkan Elang sendiri di kamarnya.

"Pasti," gumam Elang.

Elang kembali merebahkan tubuhnya ke kasur. "Tunggu sebentar sayang," gumamnya sebelum pergi menemui makam mamanya.

Dua puluh menit perjalanan Elang menuju pemakaman, ia turun dari motornya. Elang menghela nafas berat sambil memegang buket bunga untuk mamanya.

Elang melangkahkan kakinya, ia menoleh kebelakang saat suara mobil yang direm terdengar olehnya.

"Papa," ujar Elang penuh terkejutan.

"Kenapa kaget, gak ada salahnya kan Papa datang nemuin istri sendiri," ucap Abram sambil membawa buket bunga yang sama persis dengan yang Elang bawa.

Lyta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang