Chapter 1

13.6K 470 8
                                    

"pagi mi, pi" sapa pemuda yang baru saja bergabung. "pagi sayang" sang ibu menatap lembut putra tunggalnya itu. "kok aku nggak di sapa, key?" singgung gadis yang lebih tua darinya, ia sedang asyik melahap sarapannya.

"pagi kakakku yang cantik" sapanya duduk di sebelah gadis itu. "pagi...Keynzieku yang manis" balasnya tersenyum, "jangan manis dong kak, kan aku cowok" ucapnya. "memangnya kenapa, kan wajahmu memang manis, Key" balas sang kakak.

"baiklah terserah kakak saja" ia tersenyum kemudian duduk di sebelah sang kakak. Ia mengambil dua lembar roti dan mengolesnya dengan selai stroberi kesukaannya. "ini" ia tersenyum, menerima segelas susu yang ibunya berikan.

"Briella" yang dipanggil pun menoleh dengan mulut penuh dan roti panggang di tangan, ia menatap sang ayah. Mereka menahan tawa melihat kelakuan gadis 26 tahun itu yang masih seperti anak kecil.

"nanti siang papi ada meeting di luar, kamu bisa temani sekertaris papi untuk meeting di kantor?" tanya pria paruh baya itu. "okay, lagipula itu sudah tugasku sebagai wakil papi kan?!" ia tersenyum manis, membuat pria itu tersenyum balik.

"terus skripsiku gimana? Katanya kakak mau bantuin aku?" tanya pemuda itu menoleh, menatap kakanya penuh harap. "tenang saja, nanti selesai rapat kakak bakal bantu kamu kok. Nggak usah khawatir okay. Kan Cuma bantu kamu Latihan buat sidang" Briella mengedipkan sebelah matanya tersenyum. Keynzie tersenyum senang, kakaknya memang selalu bisa diandalkan. "tapi kamu juga harus ingat, kalau ujian nanti harus dapat nilai bagus, okay?!" gadis itu mengingatkan, Keynzie hanya mengangguk mengerti.

Kedua orang tua mereka tersenyum setiap melihat interaksi kedua anak mereka. Keduanya selalu bersama sejak kecil, dan entah bagaimana kedua kakak beradik itu selalu rukun.

"sudah, selesaikan sarapan kalian sebelum terlambat" sang ibu mengingatkan, membuat keduanya kompak melihat jam couple yang melingkar di pergelangan tangan mereka. "damn!" umpat Briella, "aku terlambat" ia berdiri mengusak surai sang adik, kemudian mengecup pipi kedua orang tuanya sebelum pergi meninggalkan rumah mereka. "bye mi, pi" pamitnya setengah berlari, ia keluar dari rumah besar itu.

"kalau gitu aku juga berangkat ya, pi, mi" Keynzie berdiri memberikan kecupan singkat di kedua pipi orang tuanya kemudian pergi menyusul sang kakak yang sudah berangkat. Melihat kedua anak mereka tumbuh menjadi seorang yang penyayang seperti itu selalu membuat keduanya bersyukur.

Namun raut wajah keduanya berubah sendu, ketika iris coklat itu mereka bertemu. Seakan keduanya mengingat sesuatu yang sama, tapi bukan sesuatu yang menyenangkan.

"apa kita perlu melakukannya?" tanya Mrs. Shepherd menatap iris hitam suaminya, ia ragu dengan keputusan yang mereka buat beberapa hari yang lalu. "entahlah, tapi Lucy dan Wynd sangat antusias dengan impian masa lalu kita, mi" ucap sang suami yang sebenarnya juga masih ragu dengan hal itu. keduanya menghela nafas, duduk terdiam sesaat sebelum kembali melakukan rutinitas mereka.

Di lain tempat,

"pokoknya papa ngak mau tau! Kamu harus menerima perjodohan ini!" bentak pria paruh baya itu kesal. "dengar ya pak tua! Sudah berapa kali saya bilang, saya tidak akan menerimanya!" bantah pria itu tak kalah keras kepala. "sudah sudah, kenapa kalian berdua selau ribut begini?" lerai wanita paruh baya itu, ia sudah jengah melihat pertengkaran suami dan putranya sejak kemarin malam.

"Felix, mama mohon pertimbangkan permintaan kami, ya sayang" pinta Mrs. Princeton, ia tersenyum lembut kepada anak tunggalnya itu. "ma, Felix sudah punya Algea. Kita sudah bersama lebih dari setahun ma" ia Lelah menjelaskan alasan penolakkannya.

"mama tahu sayang, tapi coba kamu pertimbangkan lagi" ia mengelus bahu sang putra mencoba membujuknya. "bisa apa wanita murahan macam Algea itu!" ketus Mr. Princeton, ia menatap iris hitam itu tajam. "jaga mulut anda! Tuan Princeton yang terhormat!" sarkas Felix, ia sudah tak bisa menahan emosinya lagi.

my brother-in-law is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang