Bab 1: Kebetulan Yang Terkait

86 13 0
                                    

Bukan hal yang menyenangkan bagi laki-laki berusia sekitar dua puluh lima tahun melihat ibunya menekukkan wajah. Ada kegelisahan yang tersirat, laki-laki itu pun menghampiri sang ibu untuk mengajak berbincang. Mereka duduk di kursi kayu dekat meja makan yang terletak di dapur.

"Masih pagi sepertinya ada yang Ibu pikirkan. Ibu ada masalah apa?" tanya Fadhil sambil memandang lekat wajah cerah sang ibu. "Ceritakan sama Fadhil."

Ibu Fadhil turut memandang wajah anaknya, tetapi seakan enggan untuk bercerita. Takut-takut ia membuat anaknya tersinggung.

Fadhil meraih tangan ibunya. Ia tidak tega jika melihat orangtua satu-satunya murung. "Ada apa, Bu? Biasanya juga Ibu banyak cerita ini-itu sama Fadhil. Jangan sampai karena ada sesuatu yang dipikirkan, kesehatan Ibu jadi terganggu."

Melihat kecemasan anaknya, ibu Fadhil pun bersedia bicara, "Semalam, Ibu kepikiran kamu bertemu dengan perempuan yang baik juga salihah. Karena memikirkan itu, Ibu jadi berharap kamu bisa segera menikah. Ibu tahu saat ini kamu masih belum memiliki pasangan. Tapi, Ibu mau tanya, Dhil. Apa kamu sudah kepikiran untuk menikah?"

Pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Namun, Fadhil tetap harus menjawab. "Ya Allah, Bu. Jadi ... Ibu bersedih seperti ini karena berharap Fadhil menikah?" Ia berusaha tersenyum ramah, sedangkan hati bimbang. "Ibu doakan saja yang terbaik buat Fadhil, ya. Sampai sekarang, Fadhil masih belum memikirkan itu, Bu. Insyaallah kalau sudah waktunya juga akan ketemu. Memikirkan hari-hari yang panas seperti sekarang-sekarang ini juga membuat Fadhil tidak nyaman. "

Fadhil menepuk-nepuk tangan ibunya, lalu ia berdiri untuk mengambil botol air di lemari pendingin.

"Tapi Dhil, kamu harus memikirkan itu juga. Paling tidak, kamu sudah ada rencana, lalu menemukan calon istri yang baik." Perempuan paruh baya itu masih terus berusaha membujuk anaknya.

Fadhil kembali duduk. Ia menuang air ke gelas yang sudah berdiri tegak di meja. Meski masih pagi, tetapi tenggorokannya terasa cepat mengering. Ia pun meminum air dingin tersebut dengan segera.

"Insya Allah, Bu. Sudah ya... Ibu jangan terlalu memikirkan aku. Apalagi sampai kepikiran terus-menerus. Pikirkan juga kesehatan Ibu. Cuaca masih sangat panas beberapa hari ini, kurangi berpikir yang tidak-tidak. Ibu lebih baik fokus menyehatkan diri dengan pikiran yang positif," ucap laki-laki bernama lengkap Abdul Fadhillah.

"Memikirkan kamu menikah dengan perempuan yang baik juga merupakan pikiran yang positif. Memang ya, kamu tidak mau memikirkan Ibu yang sudah mulai menua ini. Kalau kamu menikah dan punya istri, istrimu kan bisa menemani Ibu." Wajah perempuan paruh baya itu bertambah sendu.

Fadhil perlahan menelan ludah. Hatinya terasa diketuk pelan-pelan. Ia mengerti keinginan ibunya, tetapi ia pun tahu mencari pasangan hidup tidak semudah mencari rezeki. Apalagi setelah menikah, akan ada tanggung jawab yang besar. Ia sangat memahami itu.

Sambil memandang wajah Ibu yang sudah membesarkannya dari kecil, ia pun mendekat, lalu mengusap pundak orangtua satu-satunya itu. "Doakan saja yang terbaik untuk anakmu ini, Bu."

Berkat diskusi dengan sang ibu, Fadhil baru mengerti alasan perempuan yang penuh kasih sayang di depannya ini tiba-tiba menanyakan tentang menikah. Kesepian, itulah yang dirasakan perempuan paruh baya itu.

Fadhil yang bekerja sebagai guru sekolah, waktunya hampir habis untuk mengajar. Belum lagi jika ada rapat, dirinya bisa menemani sang ibu di malam hari sampai sebelum berangkat ke sekolah. Ketika Fadhil berada di sekolah, ibunya di rumah seorang diri. Tidak ada yang bisa menemani ibunya karena bapaknya telah lama meninggalkan dunia.

***

Sudah hampir satu bulan, desa Pengadegan di Purbalingga, sungai-sungai dan sawah mengering. Terik matahari memancar lebih panas dari tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya di desa Pengadegan, beberapa desa lain di Purbalingga juga mengalami hal yang sama. Suhu diperkirakan hampir mencapai empat puluh derajat celsius yang jika terkena kulit, panas akan terasa menyengat dan membuat siapa saja ingin cepat-cepat bersembunyi di bawah tempat yang teduh.

Cinta di Tanah yang Kering ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang