Bab 20: Kesedihan Yang Berbeda

13 4 0
                                    

Perasaan yang sebelumnya penuh ketidaknyamanan hari demi hari menjadi lebih tenang. Kabar baik atau buruk tentang Fadhil belum juga sampai ke telinganya. Ia hanya tahu dari Pak Ghani jika Fadhil masih belum masuk mengajar. Ketika ia tanyakan alasan Fadhil tidak masuk, Pak Ghani tidak bisa memberikan jawaban karena Fadhil meminta pihak sekolah untuk menjaga rahasia.

Awalnya, Hanifah merasa cemas saat mendengar informasi tersebut. Namun setelah waktu berlalu, ia mulai bisa menerima keadaan. Ia berpikir Fadhil memang benar-benar menghindarinya sampai menutup rapat alasan tidak bisa mengajar.

Dirinya sudah bisa bernapas lega.

Dalam waktu beberapa hari ini, setiap selesai salat, Hanifah selalu menyisipkan doa yang meminta penjelasan tentang perasaan gelisah yang sering ia rasakan. "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, perasaan gelisah ini selalu mengganjal hati saya. Apa yang terjadi dengan Mas Fadhil, Engkau lebih tahu. Saya mohon padamu, Ya Allah, berikan petunjuk dan jawaban atas perasaan ini. Berikan ketenangan pada hati ini."

Setiap selesai sesi curhat kepada Allah, Hanifah menjadi sedikit lega. Hal itu yang bisa ia lakukan––saat pikiran tentang Fadhil selalu datang––daripada terus-terusan bersedih. Dirinya belajar dari pengalaman yang dahulu. Jika yang pertama mengalami kekecewaan sampai setiap hari mengurung diri, bahkan membuat orang tuanya cemas, kali ini ia ingin lebih menghargai hidupnya. Ada perasaan sedih yang terkadang datang, tetapi ia berusaha agar tidak berlarut-larut.

Nama Fadhil masih tertanam lekat di hatinya sehingga Hanifah benar-benar harus menjaga perasaan agar tidak goyah dan berujung kesedihan yang mendalam. Ia tahu sakitnya ketika tidak menerima kenyataan. Ia tahu jika terus-menerus bersedih, kekuatan fisiknya juga akan menurun.

Ia berusaha agar bisa menjalani hari dengan bahagia karena masih ada orang tua yang sayang kepada dirinya. Ia masih memiliki Tuhan Yang Maha Esa sebagai penciptanya yang begitu menyayangi seluruh makhluk.

Karena merasa bosan di rumah, Hanifah pergi mengantre air. Ia pamit kepada orang tuanya, dan mengembangkan senyum bahagia. Awalnya bapak Hanifah tidak mengizinkan, tetapi dirinya bersikeras untuk keluar. Sebelumnya, ibu Hanifah tidak membiarkan sang anak keluar rumah jauh-jauh karena khawatir emosi tidak stabil, jadi sang suami menitipkan jerigen untuk diisi air langsung ke paman.

Melihat Hanifah sudah lebih tenang, mereka pun membiarkan sang anak menikmati udara di luar.

Hanifah merasa bersyukur dengan perasaan saat ini, ia bisa menikmati lagi hari-hari seperti biasa.

Sore hari panas masih menyapa, tetapi tidak sesengit di siang hari. Hawa terasa hangat, dan udara sedikit sejuk.

Sekembali dari mengantre air karena jeriken sudah diambil sang paman, Hanifah berjalan tanpa terasa melewati sswah yang mengingatkannya akan Fadhil. Sambil menghela napas, ia memandang sawah dengan mengingat berbagai kenangan, masa kecil yang berjalan di pinggiran sawah, lalu saat-saat terakhir ia datang bersama Fadhil.

Dengan perasaan lebih tenang, ia melangkah menuju gubuk di tengah sawah. Ia duduk sambil menggerakan kaki––sebuah kebiasaan ketika menikmati suasana––dan pandangannya tertuju jalan yang dilintasi kendaraan.

Kenangan tentang Fadhil kembali bergulir. Hanifah mengingat dengan jelas saat ia terpesona melihat wajah Fadhil yang hitam manis––tidak terlalu hitam, tetapi seperti sawo matang. Ia juga mengagumi senyum tulus laki-laki itu.

Ia belum pernah merasakan kekaguman yang luar biasa seperti ini. Dirinya mulai berdebar setiap memikirkan Fadhil. Ia pernah merasakan suka dengan seseorang, tetapi tidak ada perasaan seperti ini.

Hanifah menatap langit, ia pun berguman dalam hati, Ya Allah perasaan ini begitu kuat. Apakah Engkau yang mengirimkannya? Jika ini petunjuk dari-Mu, maka jagalah perasaan ini dengan baik dan saya tetap bisa merasakannya. Jika ini hanya perasaan saya saja dan bukan sesuatu yang baik, hilangkan perasaan ini dari saya.

Cinta di Tanah yang Kering ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang