Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setitik harapan itu,
Adakah untukku?
Jika ada, tolong sekali saja
Izinkan aku memilikinya
Aku mencintainya.
+×+
Bayu,
Kukira kisah kita sampai sini
Namun semesta tidak mengizinkannya
Bahkan saat ini aku masih saja memikirkanmu
Saat mata itu meredup tanpa cahaya
Tidakkah kau tahu? Aku begitu dangkal saat itu
Semuanya goyah termasuk air mataku
Tidakkah kau tahu? Aku telah lelah
Namun lelahku bukan ada padamu
Aku lelah karena aku menjauh tapi semesta malah mendekatkanku
Aku juga ingin menyerah bahkan pasrah
Saat pisau itu hendak memotong seluruh hidupku,
Aku juga tersadar... Aku membutuhkanmu
Terlebih kita pernah berciuman saat itu,
Malu? Tentu
Cerita itu dimana kala netra kita menjadi satu
Kenangan itu selalu hadir muncul, terlebih lagi...
Air mata sialan itu selalu terjun jatuh tanpa menentukan waktu
Bayu... Bertahanlah untukku, maka aku akan bertahan juga untukmu.
Suara bising alat membuat mata Alana membuka secara perlahan, untuk awalan pertama matanya begitu silau, tapi setelah menyadari bahwa dirinya saat ini terbaring di Rumah Sakit akhirnya Alana mencoba untuk sadar.
Matanya mengedar menemukan Haikal yang tertidur di sofa dan juga Satya yang sedang menulis sesuatu di bukunya, Alana merasa kondisinya lebih baik daripada Bayu saat ini.
Matanya memanas mengingat dimana dan bagaimana keadaan Bayu saat ini, isakan pelan keluar dari dalam dirinya. Satya yang mendengar itupun langsung saja menoleh cepat dan mendapatkan Alana tengah sadar dan menangis itu.