[10]. Flashback

203 38 7
                                    

Satu langkahDua langkahTiga langkahDarah itu semakin banyakMenyeka lantai denganWarna merahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu langkah
Dua langkah
Tiga langkah
Darah itu semakin banyak
Menyeka lantai dengan
Warna merahnya

Kaki itu masih terjerat
Sangat kuat hingga
Ringisan keluar dengan
Cepat dan teriakan
Yang semakin besar

"Kak Bay, selametin Arthur"

"Kak, Satya takut. Disana gelap,
Ayah ninggalin Satya gitu aja
Dia pergi bahkan nggak
Noleh kebelakang
Buat ngeliat Satya disana"

+×+

Mata itu menerjap pelan mencoba melihat bayang-bayang didepannya. Cahaya yang sedikit masuk dimana lebih dikuasai oleh temaramnya keadaan. Matanya mulai menyusuri setiap lekukan persegi itu, kamar yang begitu sangat terjaga namun cahaya yang sedikit masuk ditambah lampu yang tidak dinyalakan.

Seharusnya dirinya tahu bahwa ini tidak akan berakhir, semuanya belum berakhir hingga sebuah langkah kaki yang tergesa-gesa membuat dirinya memundurkan diri membentur lemari dibelakang tubuhnya. Arthur berusaha untuk menyembukan dirinya.

"Kak Juna, Kak Sam, Kak Bay, Haikal, tolongin Arthur" lirihnya menutup matanya saat pintu itu terbuka kasar lalu terdengar suara yang membuat dirinya makin bergetar.

Bugh

Netranya mengamati ke arah dimana seseorang itu sepertinya sedang mencari dirinya.

"Kemana anak itu, sialan!" geramnya masuk mencari, sedangkan yang dicari meringkuk penuh ketakutan di dalam lemari.

Pyar

Pyar

Brakk

"Hei Tara kecil, apakah kamu masih tidak mau keluar hm?" ujarnya lembut namun penuh penekanan dan bisa dipastikan beberapa benda sudsh pecah karena dibanting tadi.

Arthur Gemantara, pemuda dari keluarga GEVROZA dengan otak yang berada di atas rata-rata, selalu menjadi kebanggaan kakak-kakaknya dan juga adiknya. Menjadi juara utama disetiap kegiatan perlombaan ajang akademis maupun non akademis.

"Tara, keluarlah atau aku akan menghancurkan kakak-kakakmu"

Dengan ancaman itu, Arthur mulai keluar dari lemari perlahan. Matanya menuju ke bawah bersamaan dengan kepalanya yang menunduk saat melihat sekilas kemarahan ada di depannya.

Orang itulah yang sudah membuat dirinya menjadi banyak lebam dan juga sayatan kecil di ujung lehernya. Beruntung sayatan itu tidak mengenai nadi Arthur yang berada di leher, jika sampai terjadi mungkin sekarang Arthur tidak akan bisa sampai sembunyi bahkan menghela nafasnya sekalipun.

My Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang