MASA LALU

57.1K 8.1K 50
                                    

Pukul 14.00
Dania baru saja sampai di rumah.

"Ibuu!" Gadis itu berteriak dari luar pintu.

Berlari menuju Sarah dan langsung memeluk tubuh Sarah dari belakang. Sarah saat itu sedang duduk di ruang tamu. Ia tengah menghabiskan makan siang sembari membaca sebuah novel milik Dania.

"Waalaikumussalam!" Gurau Sarah. Mengingatkan Dania yang belum mengucapkan salam saat masuk.

"Hehe, assalamualaikum!" Dania tertawa. Buru-buru mengucapkan salam, dan menyalim tangan Sarah.

"Waalaikumussalam." Jawab Sarah lagi dengan lembut.

Hari itu Sarah tidak pergi bekerja seperti biasanya. Ia awalnya bekerja di 4 rumah sebagai seorang pencuci pakaian. Namun setelah difitnah mencuri cincin milik majikannya kemarin, kini Sarah hanya bekerja di 2 rumah saja.

Majikan yang memfitnah Sarah itu bercerita kepada temannya yang juga merupakan majikan Sarah di rumah yang 1 lagi. Sarah akhirnya dipecat di 2 rumah tempat ia bekerja. Saat ini, Sarah hanya mencuci di 2 rumah saja.

Sebelum dipecat, biasanya Sarah pergi ke 2 rumah pertama untuk mencuci. Ia berangkat dari rumah pukul 08.00 pagi dan kembali ke rumah menjelang adzan zuhur. Sarah lalu beristirahat sebentar sampai pukul 14.00.

Kemudian pukul 14.00, Sarah akan pergi ke 2 rumah selanjutnya untuk mencuci. Wanita itu akan kembali ke rumah menjelang adzan maghrib.

2 majikan yang memecat Sarah itu adalah 2 rumah tempat Sarah mencuci ketika sore hari. Dan kini Sarah hanya bekerja pagi hari saja. Sebelum waktu zuhur sekitar pukul 11.40, wanita itu sudah kembali ke rumah dan tidak akan pergi bekerja lagi setelahnya.

"Ibu baca novelku? Emangnya Ibu suka?" Dania memandang heran novel yang sedang Sarah baca.

"Emangnya yang boleh baca novel anak-anak doang?" Balas Sarah tidak terima.

"Ya nggak juga, sih, tapi biasanya kan cerita di novel tuh tentang cinta-cintaan anak remaja. Masa Ibu mau baca begituan? Kalo emak-emak jaman sekarang itu, biasanya lebih suka baca status di facebook!" Gurau Dania. Keduanya kemudian tertawa.

Sarah tidak menggunakan aplikasi facebook. Ia sebetulnya memiliki sebuah ponsel layar sentuh. Namun ponsel miliknya itu hanya digunakan untuk menelpon dan mengirim pesan saja.

Dania menunggu saat yang tepat untuk menunjukkan hasil jualan basrengnya tadi pagi. Ia sangat yakin Sarah pasti akan senang mendengar kabar ini.

"Kamu nggak makan dulu? Nggak laper? Makan dulu sana!" Suruh Sarah tiba-tiba.

"Oke deh!" Sahut Dania. Gadis itu langsung beranjak meninggalkan Sarah.

Dania menuju sebuah dandang besar di atas tungku yang tidak menyala. Kemudian mengambil nasi dari dalam dandang tersebut sesuai dengan porsi makan seperti biasa. Ia lalu menuju meja makan kayu di sebelah dapur untuk mengambil lauk 2 buah tempe dan 2 ekor ikan asin terletak di dalam sebuah piring di atas meja makan tersebut.

Dania kemudian mengambil satu ekor ikan asin dan satu buah tempe. Sama seperti lauk makan siangnya kemarin. Ia juga mengambil sebuah botol kecap di samping piring lauk. Kemudian dengan santai menuangkan kecap itu ke atas piring makannya sesuka hati. Gadis itu langsung berjalan kembali menuju ruang tamu tempat Sarah makan siang tadi.

"Ibu udah sampe bagian mana, Bu?" Tanya Dania. Menanyakan titik cerita terakhir yang Sarah baca di novelnya itu.

"Bagian ini.. yang ceweknya ketahuan selingkuh sama pacarnya." Jawab Sarah sambil fokus membaca.

Dania tertawa kecil melihat kelakuan ibunya itu. Ia merasa lucu melihat Sarah. Ibunya itu tampak seperti anak remaja.

"Mungkin waktu Ibu masih muda, dia sepertiku!" Batin Dania sambil mulai menyuapkan sesuap nasi dengan ikan asin ke dalam mulutnya.

Sarah adalah sosok wanita yang kuat. Usianya sudah menginjak 44 tahun. Ia adalah wanita yang cantik, wajahnya terlihat awet muda seperti wanita berumur 30 tahun-an. Namun nasibnya saja yang kurang baik.

"Dulu ibumu juga banyak yang nembak, kaya si Kasih!" Ucap Sarah tiba-tiba. Menyebutkan nama seorang tokoh pada novel yang dibacanya itu.

"Tapi Ibu nggak pernah tuh, kalo udah nerima cinta cowok malah selingkuh sama cowok lain." Lanjut Sarah dengan ekspresinya yang tampak lucu. Dania berusaha menahan tawa.

"Dulu ibumu ini anak orang kaya, Dania. Kakek dan nenekmu itu banyak duitnya. Ibu dulu tinggal di rumah yang jauh lebih bagus dari rumah kita ini." Sarah menutup buku itu. Menghadap ke arah Dania.

"Dulu waktu ibu kelas 12 kaya kamu sekarang. Ada salah satu hari waktu itu, Ibu lupa hari apa. Waktu itu Ibu lagi sekolah. Ibu tiba-tiba dapet kabar dari guru ibu kalo kakek dan nenekmu kecelakaan mobil." Sarah mulai bercerita. Wanita itu beranjak dari duduknya. Berjalan cepat ke kamar mandi.

Sarah kemudian mencuci tangan. Kamar mandi itu hanya tertutup dengan sebuah tirai tipis bermotif bunga-bunga. Wanita dewasa itu kemudian melanjutkan cerita tentang masa lalunya sembari mencuci tangan di dalam kamar mandi.

"Abis dapet kabar kalo kakek sama nenekmu kecelakaan mobil, Ibu langsung pergi ke rumah sakit tempat kakek sama nenekmu dibawa."

"Ibu nggak tau separah apa kecelakaan kakek dan nenekmu. Kata orang-orang, sih, parah. Sampai-sampai waktu Ibu baru sampe di rumah sakit, kakekmu udah meninggal, Dania." Sarah berjalan keluar. Mengentikan ceritanya sekejap, lalu duduk kembali di ruang tamu.

"Ibu akhirnya pergi ke tempat nenekmu dirawat. Nenekmu udah koma nggak sadarin diri. Ibu nggak bisa nahan tangis liat kondisi nenekmu yang udah parah waktu itu. Ibu terus nangis di rumah sakit. Apa lagi kakekmu waktu itu udah meninggal." Lanjut Sarah. Wajahnya terlihat menyimpan sebuah rasa sakit yang begitu dalam.

Dania hanya terdiam. Siang itu adalah kali pertama ia mendengarkan cerita Sarah tentang masa lalunya.

"Nenekmu akhirnya bangun. Dia berusaha gerakin tangannya. Ibu nangis liat nenekmu itu. Nenekmu bilang, 'Sarah jangan nangis, Ibu akan selalu ada di hatimu'. Ibu langsung tambah nangis denger perkataan nenekmu itu. Terus nenekmu bilang lagi ke Ibu, 'Sarah... Ibu boleh minta permintaan terakhir sebelum ibu pergi?'. Ibu bener-bener kaget, Dania. Nenekmu kaya udah tau ajalnya waktu itu. Dan kamu tau permintaan terakhir nenekmu itu apa? Nenekmu bilang, 'Menikahlah dengan seorang anak laki-laki sahabat ibu. Ibu Rina yang sering main ke rumah kita. Dulu Ibu udah janji buat nikahin anaknya sama anak Ibu'. Ibu bener-bener nggak kenal sama anak sahabat nenekmu itu...." Sarah terhenti. Suaranya tercekit. Wanita itu tak kuasa menahankan air matanya.

Mata Dania berkaca-kaca. Tak sanggup mendengar cerita Sarah. Ia sama sekali belum pernah mendengar cerita masa lalu Sarah sebelum ini. Dania mulai tersadar maksud dari perkataan Sarah barusan. Ia mulai menyadari siapa laki-laki yang dimaksud oleh neneknya untuk menikah dengan Sarah.

"Nenekmu wafat. Dia ngucapin salam setelah minta wasiat permintaan terakhirnya itu. Di situ ibu bener-bener hancur Dania. Nenekmu sama kakekmu setelah itu dikubur. Mereka berdua dikuburin sampingan 1 hari habis kecelakaan mobil itu. Setelah itu, Ibu tinggal sendirian di rumah. Cuman sama pembantu Ibu. Ibu nangis setiap hari, nggak mau makan. Temen-temen dan guru-guru Ibu juga sempet dateng mau jenguk. Tapi Ibu nggak mau keluar kamar. Ibu nggak pengen ketemu sama siapa-siapa waktu itu. Ibu nggak mau keluar sebelum Ibu ngelaksanain wasiat yang nenekmu bilang sebelum dia meninggal." Tangisan Sarah membeludak.

"Nasibmu nggak akan seburuk ini, Dania, kalo nenekmu nggak bersahabat sama perempuan keji itu!" Sarah menoleh ke arah pintu keluar. Matanya menatap penuh rasa benci.

Dania tak mengerti maksud tatapan Sarah itu. Ia hanya tertunduk sambil menangis menghabiskan makan siangnya.

~ ~ ~

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang