Pukul 14.02
Mobil yang dikendarai Althar berhenti. Mereka telah sampai di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Althar langsung memarkirkan mobil di basemant.2 remaja di dalam mobil itu langsung turun dan masuk ke dalam mall. Dania berjalan di belakang Althar. Ia sengaja menjaga jarak dengan Althar karena merasa bahwa pria itu akan risih jika terlalu dekat dengannya.
Mereka sampai di sebuah toko yang menjual pakaian pria dan wanita. Memang tujuan dari tadi adalah untuk membelikan baju Dania.
"Kamu ambil aja baju yang kamu mau, tempat baju-baju cewek di sebelah sana. Nanti kalo udah, kamu ke sini aja. Aku nungguin kamu sambil nyari celana di sini." Seru Althar sambil menunjuk ke tempat bagian pakaian wanita di dalam toko tersebut.
Dania hanya mengangguk. Lalu berbalik dari hadapan Althar, dan langsung berjalan menuju bagian pakaian wanita.
"Dan, kata Bunda kamu disuruh beli baju tidur sepuluh pasang. Kalo baju buat jalan, Bunda bilang nanti ambil dari tokonya Bunda aja." Althar menghentikan langkah gadis itu. Memberitahukan-nya lagi.
Lagi-lagi Dania hanya mengangguk, ia masih merasa bersalah pada Althar soal Ryo tadi. Gadis itu kemudian berjalan kembali. Kepalanya menunduk merasa tak enak.
~
Pukul 14.40.
Dania kembali ke tempat baju-baju pria untuk mencari Althar. Ia sudah menemukan 10 pasang baju tidur yang disuruhkan oleh Bunda. Semua baju dimasukkan ke dalam sebuah tas belanjaan.Althar ternyata sedang memilih-milih baju di sana. Dania yang melihatnya langsung berjalan menghampiri pria itu. Lalu berdiri diam menunggu Althar di belakangnya.
"Astaghfirullah!" Althar terkaget. Baru saja membalikkan badan dan menyadari keberadaan Dania.
"Cepet banget, Dan? Udah kamu coba bajunya?" Pria itu menatap penasaran.
Dania lagi-lagi hanya mengangguk menjawab pertanyaan pria itu. Sebenarnya tak semua baju yang ia bawa telah dicoba. Hanya beberapa baju, dan sisanya disesuaikan dengan ukuran baju sebelumnya.
"Kamu kenapa si, Dan? Dari tadi aku nanya jawabnya cuman ngangguk-ngangguk doang?" Kening Althar mengerut. Menggerutu sambil menatap heran wajah gadis di depannya.
Dania hanya menggeleng, ia lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Althar dengan sepatah katapun.
"Kamu kenapa sih, Dan? Kamu mikir aku marah ya? Aku nggak marah kok sama kamu!" Ucap Althar sambil membalikkan badannya kembali. Pria itu seperti bisa membaca isi pikiran Dania.
"Kamu—nggak marah, Thar?" Dania bertanya pelan. Merasa sedikit takut dengan di hadapannya. Ekspresinya lucu seperti anak kecil yang ketakutan.
"Nah, kan bener! Lagian apa yang perlu aku marahin sih, Dan?" Althar menghadap kepada Dania kembali, alisnya mengerut tajam.
"Kamu keliatan kaya ngejauh gitu, Thar. Kaya... lagi marah." Dania menjawab dengan wajah gelisah.
"Hahahaha... Aku kan udah bilang sama kamu waktu itu, aku itu bukan benci sama kamu, Dania... Aku ngejauh dari kamu, karena kita itu bukan mahram. Gitu aja." Althar tertawa kecil. Sedikit menunduk menatap gadis pendek temannya itu.
"J-jadi, kamu nggak marah?" Dania memastikan kembali, sambil menggigit bibir bagian bawah.
"Ya nggak lah! Apa juga yang harus aku marahin? Udah, mending sekarang kamu bantuin aku milihin celana aja!" Althar mancairkan suasana. Tersenyum manis.
Hati Dania seketika merasa lega. Baguslah jika dugaan buruknya itu salah. Ia kemudian membantu Althar untuk mencari celana.
"Ini bagus nih, Thar!" Dania menunjukkan pada sebuah celana pendek berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)
Romansa"𝘼𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙢 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙙𝙖𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙞𝙧 𝙡𝙖𝙪𝙩?" Diselimuti dengan pedihnya sudut semesta yang hanya diberikan kepada insan-insan yang malang. Hari itu tanggal 28 September 2018, keberuntungan sudah tak in...