"KAMU GADIS CANTIK YANG BERUNTUNG, DANIA! KAMU GADIS CANTIK YANG BERUNTUNG!" Seorang wanita dengan wajah bercahaya berteriak.
"Di mana? Di mana letak keberuntunganku? Sebetulnya siapa gadis cantik yang beruntung itu? Dania tidak pernah beruntung!" Air mata Dania mengalir deras.
Wanita dengan wajah bercahaya berjalan mendekati Dania. Mengelus lembut rambut gadis cantik itu.
"Kamu! Kamu gadis cantik beruntung itu. Kamu sangat beruntung, Dania. Percayalah!" Wanita dengan wajah bercahaya itu berbisik.
Dania terus menangis. Wanita dengan wajah bercahaya memeluk tubuhnya.
"Aku sudah lelah mencari keberuntungan itu. Harus sampai kapan aku terus mencarinya? Aku sungguh lelah! Izinkan aku untuk menjadi gadis yang malang saja!" Dania berkata pasrah. Memelas di dalam dekapan wanita bercahaya.
"Tidak, Dania! Sekarang kamu tidak perlu mencarinya lagi. Kamu cukup menunggunya saja. Keberuntunganmu itu akan mendatangimu sebentar lagi. Sudah sangat dekat! Dan kamu, akan benar-benar menjadi gadis cantik yang beruntung. Bahkan sangat beruntung, Dania!" Wanita dengan wajah bercahaya tersenyum manis.
Tangisan Dania terus mengalir. Deras bagai hujan lebat. Perlahan wanita dengan wajah bercahaya melepas dekapannya. Mundur beberapa langkah dari hadapan gadis itu.
"Sampai jumpa, Dania. Kamu adalah gadis cantik yang beruntung!" Sekali lagi wanita dengan wajah bercahaya itu mengatakannya. Kemudian berjalan pergi menuju sinar cahaya di belakangnya.
"LUNAAAAAAAA......................"
~
Deg...
Dania terbangun. Ia baru saja mengalami koma. Hingga tak sadarkan diri selama 2 hari usai tertabrak waktu itu.Matanya sayup menatap lampu ruangan. Terbaring dengan balutan perban di mana-mana. Itu adalah ruangan rumah sakit. Yang mampu ditangkap pandangan Dania saat itu hanya lampu.
"Althar... Althar..." nama pria tampan keluar pertama kali setelah ia sadar.
Sungguh apa yang dicarinya hanya pria itu. Tangannya bergerak lemah mencengkram kain kasur. Ia harus menemui Althar! Pria itu yang menjadikan alasan mengapa bisa terbaring kritis saat ini.
"Iya, Dan, aku di sini." Suara Althar tiba-tiba muncul. Ini bukan lagi sebuah mimpi. Pria itu benar-benar ada di dekatnya. Duduk menemani di sebelah ranjang.
Dania menggeser kepalanya perlahan. Mengarah ke asal suara pria tampan itu.
"Kamu di sini, Althar?" Dania bertanya lemah. Senyuman tipis terbentuk kala menemukan Althar di sebelahnya.
"Iya, Dan, aku di sini. Aku nemenin kamu, Dan." Althar menjawab. Dengan wajah basah yang ditetesi air mata.
Dania memutar kepalanya. Melihat isi ruangan. "Aku di mana, Thar?"
"Rumah sakit. Kamu habis kecelakaan." Althar menjawab.
"Kamu datang ke Jakarta?" Kepala Dania kembali menghadap Althar.
"Iya, Dan, aku mau ketemu kamu..." Althar berkata canggung. Menunduk.
Perlahan pria itu mengambil tangan Dania. Menggenggam lembut tangan yang dipasangkan infus itu. Air mata terus mengalir. Sungguh pria itu menangis.
Bunda, Sarah, dan Sri duduk di sofa ruangan itu. Menyaksikan bagaimana Dania terbangun dari komanya.
"Bunda?" Dania baru tersadar. Menatap Bunda yang duduk bertiga bersama Sri dan Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)
Romansa"𝘼𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝 𝙠𝙚𝙟𝙖𝙢 𝙙𝙖𝙧𝙞𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙙𝙖𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙖𝙞𝙧 𝙡𝙖𝙪𝙩?" Diselimuti dengan pedihnya sudut semesta yang hanya diberikan kepada insan-insan yang malang. Hari itu tanggal 28 September 2018, keberuntungan sudah tak in...