GELISAH

28.1K 4.6K 209
                                    

Tak lama setelah mengetuk pintu, Nenek datang membuka pintu dari dalam. Kemudian mempersilahkan gadis cantik itu untuk masuk.

"Udah pulang kamu, Dan? Abis lembur, ya?" Nenek tersenyum. Merangkul lembut pundak Dania.

"Iya, Nek." Dania mengangguk. Berbohong. Ia tak mau Nenek mengetahui soal hubungannya dengan Zafran.

"Kamu udah makan?" Nenek menatap serius. Penuh perhatian.

Gadis itu mengangguk, "Udah, Nek!"

Dania langsung berjalan menuju kamar. Meletakkan tas dan barang-barang yang dibawa. Sungguh lelah kegiatan hari ini. Namun benar-benar amat menyenangkan. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar. Berjalan menemui Nenek yang duduk di ruang tengah.

"Nenek ada baju kotor nggak, Nek? Biar Dania cuciin sekalian sama baju Dania." Gadis itu menawarkan.

"Ada itu, Nenek taro di belakang." Nenek menunjuk pada tempat mencuci.

"Oh, oke, Nek! Dania mandi dulu, ya! Entar Dania cuciin abis mandi." Dania meminta izin. Berkata amat sopan.

"Siap!" Nenek mengangguk. Tersenyum simpul.

Dania kembali ke kamar. Mengambil satu setel pakaian dan langsung bergegas menuju kamar mandi. Perasaannya masih berdebar-debar saat itu. Sungguh apa yang Zafran berikan tadi sore masih sangat membekas di dalam kepala.

Usai mandi gadis itu langsung menuju tempat mencuci di belakang. Mencuci pakaian kotor miliknya dan pakaian kotor milik nenek di sebuah mesin cuci. Kemudian menjemur pakaian-pakaian itu di jemuran.

Tidak selesai begitu saja, ia harus menyetrika pakaian miliknya dan milik Nenek yang telah dijemur dari semalam. Mengangkat beberapa pakaian ke dalam keranjang dan membawa seluruhnya ke kamar. Papan beserta setrika berada di kamarnya. Semua baju itu akan disetrika di dalam kamar.

Hal itu selalu Dania lakukan sepulang kerja. Semuanya dikerjaan dengan ikhlas, karena merasa berhutang budi dengan kebaikan yang telah Nenek berikan.

Usai menyetrika, gadis itu langsung membereskan seluruhnya. Mulai dari meletakkan papan setrika di sebelah lemari, baju-baju yang dimasukkan ke dalam sebuah keranjang, juga memasukkan alat setrika ke dalam lemari.

Pekerjaan rumah telah selesai. Dania langsung berbaring di ranjang untuk segera beristirahat. Benar-benar hidup seperti ini yang ia inginkan dari dulu.

Tangannya cepat mengambil ponsel di meja sebelah ranjang. Sekarang adalah waktunya untuk menghibur diri. Menonton video-video, membuka sosial media, dan membalas pesan-pesan yang belum dibaca. Ini adalah rutinitas yang Dania lakukan setiap hendak pergi tidur.

Entah kenapa, mulut gadis itu sungguh terasa gatal. Rasanya hendak bercerita kepada orang-orang tentang apa yang ia rasakan. Tentang Zafran tadi, tentang lamaran tadi, tentang perbuatan romantis Zafran.

Jari jempol Dania mulai mengusapkan layar. Mencari orang di daftar nomor untuk ia bercerita akan hal itu.

Naura? Hmm... rasanya kurang cocok untuk bercerita malam ini kepadanya. Lebih baik bercerita esok hari. Langsung di depan wajah, saat bertemu di kantor.

Dania lanjut mengusap layar. Terus mencari sosok yang cocok untuk diajak bercerita.

"Sri!" Nomor beserta nama Sri terlewat di dalam layar. Dania berteriak di dalam hati. Sepertinya wanita itu adalah orang yang tepat. Lagi pula, Dania juga sudah lama tak mendengar suaranya.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang