PEMAKAMAN MASSAL

51.5K 7.4K 73
                                    

"Semuanya bakal kembali sama Tuhan. Semuanya bakal kembali pada waktu yang udah ditetapkan. Kita udah punya waktu masing-masing. Kita semua ini, berada di bawah genggaman Tuhan. Jadi, Dan, kita harus berusaha ikhlas. Kepergian seseorang itu adalah salah satu bentuk kasih sayang Tuhan. Pertanda bahwa Allah udah sangat merindukan mereka." Althar mencoba menguatkan. Duduk di sebelah Dania yang tak henti-henti menangis.

Tubuh kecil Veni yang sudah tak bernyawa diletakkan di atas sebuah terpal plastik berwarna biru, bersama dengan jasad-jasad para korban tsunami lainnya yang ditemukan di sekitar kawasan Pantai Pelangi.

Hati Dania hancur. Penuh dengan goresan luka-luka yang sangat perih. Ia tak pernah menyangka, akan menyaksikan tubuh sahabatnya terbaring tak bernyawa secepat ini.

Dania menutupi jasad Veni dengan sebuah plastik hitam yang diberikan relawan bencana. Ia kemudian duduk di atas pasir pantai bersama Althar, 15 meter dari terpal tempat jasad Veni diletakkan.

Sekitar 24 jasad korban lainnya juga diletakkan di atas terpal biru tersebut. Mayat korban tsunami yang telah ditemukan di area Pantai Wisata Pelangi tersebut akan dimakamkan nanti sore.

Dania tidak berbicara sedikitpun dari tadi. Ia hanya menangis sambil meratapi jasad Veni. Seekor burung kecil tiba-tiba hinggap di atas pasir, tepat di hadapan Dania. Burung itu mendongak, menatap fokus ke wajah Dania tanpa berpaling sedikit pun.

Dania mengusap air matanya, menoleh ke arah Pria di sebelahnya. "Althar... aku pengen ketemu ibuku,"

Althar hanya terdiam. Menundukkan kepala menatap wajah burung kecil yang berdiri di hadapan Dania. Air mata pria itu terus mengalir, hati Althar sangat sakit menyaksikan puluhan jasad korban di atas terpal biru.

"Nanti sore akan ada pemakaman massal. Semua jasad korban bencana yang udah ditemuin hari ini, akan dikuburin di sana. Nanti sepertinya di sana ada banyak masyarakat yang akan ziarah dan juga orang-orang yang mencari keluarganya yang hilang. Kalian boleh ikut kami ke-sana jika kalian mau." Relawan yang mengkat jasad Veni tadi berjalan menghampiri Althar dan Dania. Memberi tahu sebuah kabar.

"Gimana, Dan?" Althar sontak menatap ke arah Dania. Meminta jawaban dari Dania mengenai tawaran relawan barusan.

Dania hanya mengangguk. Ia sedang tak selera berbicara. Gadis itu menerima tawaran relawan bencana barusan. Mereka akan ikut ke pemakaman massal nanti sore. Dania berharap, ia bisa bertemu dengan Sarah nanti.

• • •

Pukul 12.30 WITA.
Dania dan Althar masih berdiam di depan terpal biru tempat pengumpulan jasad para korban.

Dua remaja itu duduk di tengah teriknya matahari siang itu. Menunggu sore hari untuk ikut dengan relawan bencana menuju tempat pemakaman massal.

Dania masih menangis sambil terduduk memeluk kedua kakinya. Masih menetap di atas pasir pantai 15 meter di depan tubuh Veni yang sudah tak bernyawa.

Althar tiba-tiba beranjak, berjalan entah kemana meninggalkan gadis yang tengah duduk di sebelahnya itu. Pria itu mulai melangkahkan kakinya, menuju bibir pantai dengan melewati reruntuhan-rerutuhan bangunan.

Foto kondisi Pantai Pelangi :

Foto kondisi Pantai Pelangi :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria tampan itu membungkuk. Menggulung bagian hujung celana panjang yang ia kenakan, dan maju beberapa langkah mendekat kepada air laut. Althar mengambil air untuk berwudhu. Setelah itu kembali ke tempat Dania. Waktu sudah memasuki jam sholat zuhur. Pria itu hendak melaksanakan kewajibannya sebagai umat Muslim.

Althar membentangkan kemeja putih yang ia kenakan kemarin dari dalam ransel hitamnya. Kemudian langsung melaksanakan sholat zuhur dengan arah kiblat seperkiraannya saja, di tengah teriknya matahari siang itu.

Usai sholat, Althar mengeluarkan sebuah roti cokelat dari dalam tas. Roti tersebut merupakan roti yang Dania jatuhkan tadi pagi, ketika gadis itu menangis di depan pintu bangunan tempat mereka berlindung.

"Makan, Dan. Kamu sama sekali belum makan dari kemaren sore. Nanti kalo kamu sakit lagi—" Althar menjulurkan roti cokelat yang dikeluarkannya. Sambil tersenyum tipis berusaha membujuk Dania.

Brrr...
Perut Dania seketika keroncongan.
Dania merasa sangat lapar saat itu. Benar kata Althar barusan, gadis itu sudah tak makan dari kemarin sore. Tangan Dania bergerak perlahan, mengambil roti cokelat yang Althar julurkan. Tangisnya tak berhenti, Dania memakan roti cokelat itu sambil berlinangan air mata.

"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang ketika ditimpa musibah mereka mengatakan 'inna lillahi wa inna ilaihi  roji'un' sesungguhnya kami milik Allah, dan hanya kepadanya-lah kami kembali. Qur'an surah Al-baqarah, ayat seratus lima puluh lima, sampai seratus lima puluh enam." Althar tiba-tiba menyampaikan 2 buah ayat Al-Qur'an.

Dania yang mendengar perkataan pria itu semakin histeris. Tangisannya sampai membuat ia terisak-isak, kesulitan untuk menyunyah roti cokelat yang ia makan.

Dania terdiam. Menghentikan kunyahannya,
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un."

• • •

Pukul 14.43 WITA.
Korban bencana yang telah ditemukan di sekitar kawasan Pantai Pelangi sudah terkumpul sebanyak 27 tubuh manusia. Dimana salah satu dari 27 jasad tersebut merupakan seorang gadis cantik berusia 17 tahun bernama Veni.

27 jasad di atas terpal biru tersebut dipisahkan menjadi dua terpal. Dua terpal itu kemudian dinaikkan ke bagian belakang dua buah truk relawan bencana alam yang akan membawa menuju tempat pemakaman massal.

Dania dan Althar berjalan mengikuti beberapa relawan bencana alam menuju ke tempat pemakaman massal. Mereka naik di truk urutan ke 4 dari 6 truk yang telah datang di kawasan Pantai Pelangi.

Althar dan Dania duduk di bagian belakang truk relawan tersebut bersama dengan 12 orang lainnya. Tujuan dari seluruh orang yang naik ke atas truk tersebut adalah tempat pemakaman massal.

"Ya Allah, Ya Tuhanku... pertemukanlah aku dengan Ibu di sana nanti." Dania berdoa di dalam hati. Keadaannya sungguh sangat hancur saat itu. Hanya mampu berharap kepada yang maha kuasa, agar mendapat takdir terbaik.

Dania sangat berharap kepada Tuhan, agar Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk bisa bertemu dengan Sarah nanti.

• • •

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang