RINDU

32.6K 5K 80
                                    

"DANIAAAA!!" Seorang wanita di ruang sidang berteriak kencang. Tubuhnya memberontak kasar para polisi yang menahan.

Gadis itu adalah Yasmin. Ia berhasil melepas tahanan para polisi dan langsung berlari menuju Dania yang tengah berpelukan dengan Silvi.

"Dania, Maafin gue, Dan, maafin gue! Gue minta maaf Dan... GUE MINTA MAAF!!" Yasmin bersujud sambil memohon histeris.

TASSS!
Dania menampar kasar pipi wanita bejat itu.

"MAAF? MAAF KAMU BILANG, MIN? Setelah kesengsaraan yang kamu kasih sama aku selama di asrama dan kamu juga bunuh Luna, Min. Terus kamu fitnah aku, sampe aku sengsara di penjara 2 bulan! Sekarang, dengan gampangnya kamu mau minta maaf? DI MANA HATI NURANI KAMU, MIN?" Dania membentak. Membuat seisi ruangan sidang terdiam.

"DI MANA HATI KAMU, YASMIN? DI MANA HATI NURANI KAMU!!?" Dania mencakup wajah Yasmin dengan tangannya yang bergetar.

"Maaf, Dan, maafin gue. Gue ngaku gue salah, Dan! T-tapi tolong maafin gue!" Yasmin memohon kembali.

"Nggak akan, Min—NGGAK AKAN!!" Dania berteriak sambil mendorong kasar tubuh Yasmin hingga terjatuh.

Dania membungkuk, hendak berbisik. "Temuin hati nurani kamu, Min. Cari hati nurani kamu di dalam penjara. Cari selama dua puluh tahun itu... Baru aku bakal maafin kamu."

Wajah gadis itu telah berlinangan air mata. Althar buru-buru menjauhi Dania. Menarik tangannya dan membawa keluar dari ruang sidang.

Bunda berdiri di depan pintu masuk. Seketika langsung memeluk tubuh Dania setelah melihatnya keluar dari ruang sidang. Bunda menangis. Amat deras. Wanita tua itu tak pernah percaya bahwa Dania yang bersalah selama ini.

"Kamu anak yang baik, Dania, Bunda percaya sama kamu," Bunda mengelus-eluskan kepalanya.

Tangisan semakin histeris. Lama-kelamaan berubah menjadi isakan yang sangat cekit. Althar dan Bunda menuntun gadis itu. Berjalan perlahan-lahan menuju mobil yang terparkir di halaman gedung.

Hukuman penjara Dania sudah dicabut. Gadis itu telah terbebas dari ruang tahanan jeruji besi. Kini ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Bukan lagi ke Asrama Keputrian. Melainkan ke rumah Althar.

Bunda terus mendekap tubuh Dania. Bahkan sampai di dalam mobil sekalipun. Wanita dewasa itu sengaja duduk di kursi belakang bersama Dania. Berharap dirinya dapat menenangkan hati anaknya yang amat hancur.

Kening pria tampan di kursi depan tampak mengerut. Menatap Dania yang terbaring di belakang lewat kaca spion depan. Pria itu mulai menyalakan mesin. Memutarkan setir, berjalan pergi meninggalkan Kantor Pengadilan.

Mereka akan kembali ke rumah. Dan kali ini, Bunda tak akan mengizinkan Dania untuk tinggal di Asrama Keputrian lagi. Kejadian gila barusan akan menjadi sebuah pelajaran luar biasa yang tak akan pernah terlupa oleh para insan yang mencakupnya.

Di dalam mobil hanya terdengar suara isakan tangis Dania. Air mata gadis itu belum juga berhenti mengalir. Kejadian barusan membuatnya trauma sangat parah. Bunda terus mencoba membuat gadis itu untuk lebih tenang.

Namun tak bisa. Sangat sulit! Hati Dania sungguh sangat hancur. Bahkan sangat amat hancur.

• • •

Pukul 14.50
Mobil yang dikendarai Althar berhenti. Mereka telah sampai di halaman rumah. Tampak Sri sudah bersiap membukakan pintu pagar.

Dania, Althar, beserta Bunda langsung keluar dari mobil. Bunda membantu Dania untuk berjalan. Tubuh gadis itu tampak lemas tak bertenaga.

Ia melepas rangkulan Bunda. Berjalan menghampiri Sri, memeluk amat kencang.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang